[ 8 ]

5.2K 142 4
                                    

Bagian [ 8 ]
• Regrette •

:::



Kilat lampu blitz memenuhi ruangan yang didominasi warna putih itu. Suasana cukup lengang, hanya suara jepretan kamera yang memecah hening di sana.

"Verasha, angkat dagumu sedikit. Ya, seperti itu! Nice, how perfect you are!" Sang fotografer kembali membidikkan lensanya pada sosok cantik Verasha yang mengenakan outfit AVO beserta aksesoris lainnya.

"Last, berposelah senatural mungkin seolah kamu sangat nyaman dan menikmati pakaian yang kau kenakan. Aku akan merekamnya," arah sang fotografer. Verasha bergerak sesuai instruksi. Ekspresinya begitu natural dan mendalami perannya.

"Done. Kerja bagus Verasha. Kita bisa istirahat lebih awal sebelum dua setelan lainnya." Sang fotografer memandang puas hasil jepretannya. Verasha mendekat, melihat hasilnya. Tersenyum sama puasnya dengan sang fotografer.

Ara menyerahkan botol air mineral pada Verasha, memeluknya erat.

"Kau sangat cantik!" Ara bertepuk tangan senang melihat Verasha dalam balutan make up natural dan outfit yang stylist. Tentunya, hasil dekorasi tangan-tangan profesional. Membuatnya cantik berkali-kali lipat.

"Ini karenamu, terima kasih!" Verasha menciumi kening Ara. Ara menatap Verasha horor, ia melihat pantulan wajahnya di cermin, mengusap keningnya. Tidak ada bekas lipstik seperti perkiraannya.

"Wah, produk AVO benar-benar bagus! Lipstiknya bahkan tidak meninggalkan bekas di kulitku." Ara bernapas lega.

Verasha tertawa, "Kau memuji produk sendiri?"

Ara ikut tertawa. "Tidak, tidak. Bukan punyaku. Tapi milik Daddy-ku yang paling menyebalkan tapi juga paling kusayangi."

Verasha tersenyum lebar. Matanya menatap ke belakang Ara, membuat Ara ikut menolehkan kepala ke belakang.

"Well, ada yang baru menyatakan perasaannya padaku, hmm?" Orville mencium pipi Ara. Memeluk tubuh kecil itu dari belakang.

"Daddy! Kau bikin malu! Jangan memperlakukanku seperti anak kecil!" Ara berteriak histeris, membuat seisi ruangan tertawa.

"Minggu lalu ada yang memaksa untuk dimandikan seperti bayi. Kenapa sekarang jadi sok dewasa? Siapa ya?" Orville mengelus jenggot ghaibnya. Pura-pura berpikir. Ara mendongakkan kepala, memijat keningnya seolah ikut memikirkan siapa itu.

"Ah, entahlah Daddy. Aku juga tidak tahu, mungkin anak tetanggamu. Kau punya banyak tetangga, mari kita mulai dari Nyonya Marrie--"

Orville menggendong tubuh Ara, menciumi wajahnya dan membawanya keluar dari ruangan itu.

"Dasar gadis nakal!" Orville berbisik dan Ara tertawa renyah.

Ara mengalungkan tangannya di leher Orville, mengecup bibir Orville dan tersenyum memamerkan gigi-gigi putihnya.

Love You, Daddy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang