Bagian [ 12 ]
• After Dark•:::
Setelah mengirim Ara jauh darinya, Orville kini merasakan kehampaan ditinggal gadis kecilnya itu. Sudah lama ia tak lagi merasakan perasaan seperti ini. Terasa sepi dan hambar.
Selama ini meski Orville jauh dari Ara karena perjalanan bisnis pun, tak pernah rasanya sehampa ini. Gadis kecilnya begitu lucu dan menggemaskan. Ara bahkan bisa menelponnya 8 kali dalam sehari hanya untuk menanyakan kabar dan menyuruhnya makan.
Kini, 12 jam sudah gadis itu mengudara dan menjauh darinya. Sekitar setengah hingga satu jam lagi, mungkin Ara telah mendarat di kota tujuan. Tapi tak ada satupun riwayat pesan ataupun panggilan dari gadis itu.
Melihat betapa marah dan kecewanya Ara pagi tadi membuat dada Orville sesak. Ia tak mau membuat princess kecilnya itu sedih, tapi ia terpaksa melakukan itu demi Ara.
'Bohong... Kau melakukannya untuk dirimu sendiri!'
Suara kecil dalam benaknya menampar kesadaran Orville. Benar, ini semua bukan demi Ara. Tapi demi dirinya sendiri. Ia terlalu egois dan serakah, tak mau kehilangan lagi untuk kesekian kalinya.
Terlalu larut dalam pikirannya sendiri, Orville baru tersadarkan ketika alarm dari jam tangannya berbunyi. Ia melihat waktu yang tertera di layar,
10.09 p.m
Orville tersenyum getir mengingat waktu telah berlalu 2 jam sejak ia berdiri di pinggiran balkon, sambil mengembuskan asap dari cerutunya. Ia menatapi langit yang gelap tanpa bintang di atasnya.
"Mungkin dia sudah sampai?" gumamnya lirih yang hanya akan didengarnya sendiri. Ia menatap ponsel di atas meja kecil di sisi balkon. Sambil diam-diam berharap ada pesan yang muncul atas nama gadis kecilnya itu.
Meraih ponselnya ragu, Orville harus mengembuskan napas kecewa karena harapannya yang pupus. Yah, ia berharap terlalu tinggi.
Terlalu pusing karena memikirkan banyak hal, Orville merasa kepalanya sangat berat dan panas. Seolah jika disenggol sedikit saja ia bisa meledak.
Sial! Ia butuh pelampiasan.
Ia ingin sekali menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya. Tapi saat ini, Orville tengah berada di balkon kamar Ara. Tempat dimana semua kehangatan dan wangi gadis itu masih tercium pekat di hidungnya. Dan satu-satunya tempat dimana kenangan indah bersemayam.
Pantang baginya merusak bagian kecil dari sisa kebahagiaan yang ia miliki sekarang.
Dengan embusan nikotin terakhir di bibirnya, Orville tampak memanggil seseorang lewat panggilan suara. Sayup-sayup angin membelai rambut hitamnya yang indah. Dan tersamarkan oleh desus angin yang menerbangkan gelombang suara, terdengar satu kalimat yang begitu dingin dan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Daddy!
RomanceWarning! 21+ -Mature content [please be wise, mature are not same with porn. So open ur mind] "Jika kita bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, percayalah... cinta takkan lagi jadi sesuatu yang istimewa." [• Love you, Daddy!• ]