Bagian [ 10 ]
• Geishara Ameede •:::
Bastian berjalan ke sisi kanan mobil, membuka pintu dan memapah tubuh penuh lebam milik Blue. Lelaki itu tampak meringis di tiap beberapa langkahnya.
"Seharusnya aku dilarikan ke rumah sakit, bukan ke tengah hutan seperti ini!" protes Blue.
Bastian mendengar tanpa menanggapinya, membuat Blue berdecak kesal. "Pantas saja kalian cocok, sama-sama batu yang diberi nyawa."
Bastian mengerti siapa yang dimaksud Blue. Ia melirik Blue lewat ekor matanya, "Seharusnya kau banyak berdoa, bukan mengeluh. Mr. Ov belum pernah semarah ini sebelumnya." Kalimat Bastian resmi menutup mulut Blue. Ia menatap tangga di depannya, naik perlahan dibantu Bastian. Ia tidak mengerti akan menuju ke mana, tapi sepertinya Bastian tahu benar dimana Orville berada.
Bastian menghentikan langkahnya, Blue menoleh ke arahnya. Lelaki itu mengetuk pintu dua kali hingga suara dehaman terdengar dari dalam. Bastian mendorong pintu, mempersilakan Blue masuk dan menemui sosok yang tengah berdiri di depan jendela.
Blue menegakkan tubuhnya dan melangkah perlahan. Pintu di belakangnya kembali tertutup, memberikan privasi pada mereka berdua. Blue membungkuk, lalu memberi salam pada Orville yang masih membelakanginya.
"Mr. Ov," salamnya tanpa berani menaikkan kepalanya satu senti pun.
Orville menatap pohon-pohon rindang di depannya. Beberapa kali telinganya menangkap suara burung hantu dan jangkrik serta hewan malam lainnya. Orville berjalan ke arah meja kerjanya, menarik satu map dan melemparkannya tepat di depan Blue yang masih membungkuk.
Blue terkejut, matanya membulat dengan detakan jantung yang berpacu cepat. Firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi. Susah payah ia menelan ludah yang seperti batu di tenggorokannya kini.
"Kurasa kau tahu tentang berkas itu." sarkas Orville membuat Blue merinding seketika. Ia berjongkok, tangannya terjulur meraih map itu dan membukanya buru-buru. Tubuhnya terhuyung dan mundur selangkah. Wajahnya pucat dengan keringat sebiji jagung mulai menghiasi pelipisnya.
"Mr. Ov, saya bisa jelaskan. Ini semua-"
"Kalau begitu, jelaskan!" potong Orville membuat Blue bergeming.
Tak ada suara atau percakapan yang terjadi selama beberapa waktu kemudian. Keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.
"Mengakui kesalahanmu?" sindir Orville sambil menyilangkan kakinya di balik meja.
"Mmm-Mr. Ov, ini semua tidak seperti yang Anda pikirkan. Saya hanya-"
"Memangnya apa yang kupikirkan?" tanya Orville dingin. Tatapan tajamnya tak menyurut sedikitpun.
"Saya hanya...," Bibir Blue terbungkam. Ia menunduk pasrah tanpa tahu harus mengatakan apa lagi.
"Il n’y a pas de verités moyennes,"* ucap Orville seraya bangkit dari duduknya.
Kakinya melangkah mendekati Blue, lalu melewati pria itu.
"Ini terakhir kali kau menyembunyikan sesuatu dariku!" ujar Orville yang diakhiri dengan suara bantingan pintu. Blue langsung berlutut ke lantai. Kakinya langsung lemas setelah sekuat tenaga menahan gemetar sedari tadi.
Ia melihat map itu lagi.
"Kenapa Mr. Ov bisa sampai tahu?" gumamnya lirih dengan raut bingung dan penuh penyesalan.
::
Tak hanya Verasha yang kini menjadi trendsetter di perbincangan publik. Setelah suksesnya Verasha yang menjadi cover model musim panas, Ara pun demikian. Fotonya memenuhi majalah edisi musim gugur bulan ini dan berhasil menjadi best seller. Dua serangkai ini memang menjadi magnet dimanapun mereka berada. Tapi sekarang, lebih lagi.
Mereka telah berhasil menjelma sebagai selebriti di sekolah. Meski sekolah mereka memang rata-rata diisi oleh anak-anak dari keluarga menengah ke atas hingga keluarga tersohor, dua serangkai itu tetap terlihat paling menonjol di sekolah. Jangan sangka mereka sekelas, tidak. Mereka berada di kelas yang berbeda. Namun hal tersebut tak menghalangi kedekatan keduanya.
Di sisi lain, ketenaran Ara dan Verasha menimbulkan kegusaran bagi sebagian orang. Termasuk Orville yang kini tengah menatapi majalah-majalah yang memuat foto anaknya di sana.
Ia meletakkan majalah yang digenggamnya ke atas meja. Ia menarik sebatang rokok dan menyalakannya, napasnya kini berembus udara yang tak sehat dari celah-celah bibirnya yang seksi.
Pintu diketuk, kemudian muncul sosok familiar yang mengenakan jas biru dongker membawa tas borderland hitam di tangan kanannya.
"Ini surat-surat pindah, visa, pasport, dan dokumen-dokumen penting lainnya yang sekiranya diperlukan, Mr. Ov!" Bastian menyerahkan tas itu. Orville membukanya, mengecek isi di dalamnya. Tangannya terulur meraih salinan dokumen adopsi.
Geishara Ameede Ferdinand.
Orville termenung memandangi kertas itu.
"Dia akan tetap jadi anakku, kan?" gumam Orville lirih. Bastian menatap Orville dengan alis yang menyatu. Apa tuannya memang mengatakan sesuatu? Atau memang ia hanya salah dengar?
"Tiket untuk besok pagi, sudah dipesan Mr. Ov. Anda bisa mengeceknya di email pribadi Anda." Bastian menyodorkan bukti transaksi pada Orville. Dan hanya ditanggapi oleh anggukan singkat pria tersebut.
"Kau boleh keluar." Orville kembali fokus pada laptop di mejanya. Bastian mengangguk lalu keluar setelah mengucapkan salam dan menutup pintu kembali.
Orville menghela napas. Ia menarik laci, mengambil dokumen yang dua hari lalu menjadi penyebab kemarahannya pada Blue.
"Ara adalah anakku, dan akan selalu jadi milikku." lirih Orville lalu memasukkan kembali dokumen itu ke laci dan menutupnya dengan kasar.
•••
Note:
- (*) Tidak ada setengah kebenaran
•••(Orville)
WARNING!
JANGAN LUPA KLIK BINTANG. Pojok kiri bawah ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Daddy!
RomanceWarning! 21+ -Mature content [please be wise, mature are not same with porn. So open ur mind] "Jika kita bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, percayalah... cinta takkan lagi jadi sesuatu yang istimewa." [• Love you, Daddy!• ]