17. SALAH PAHAM

291 49 12
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan Rindu belum juga pulang.

Albani sudah menghubungi istrinya itu berkali-kali tapi tak ada jawaban.

Terakhir, Rindu hanya mengatakan bahwa dirinya masih di kantor karena harus lembur untuk membicarakan masalah mega proyek PT He-Market dengan perusahaan luar negeri.

Albani memang kurang paham dengan hal-hal seperti itu, tapi yang dia ketahui, saat ini dia khawatir akan kondisi kesehatan Rindu setelah apa yang terjadi kemarin malam di kamar mandi.

Albani tahu kondisi kesehatan Rindu sedang kurang fit, tapi hari ini Rindu justru harus bekerja lembur.

Sebagai seorang suami, Albani merasa begitu bersalah sudah membuat Rindu harus berlelah diri seperti ini demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sepertinya, Albani harus lekas mengambil keputusan dan meminta sang istri untuk berhenti bekerja. Bagi Albani, uang bukan prioritas. Melainkan kesehatan Rindu yang utama.

Albani masih duduk di teras kontrakannya ketika sebuah mobil mewah terparkir tepat di depan halaman kontrakan mereka.

Sepertinya, Albani cukup familiar dengan mobil itu.

Yup, benar saja dugaan Albani saat dilihatnya Rindu keluar dari dalam mobil mewah itu berbarengan dengan si pengemudi mobil yang Albani tahu adalah bos istrinya di kantor.

Ketika Rindu dan lelaki berkemeja hitam itu mendekat, Albani bangkit dari duduknya dan ikut berjalan menghampiri mereka.

"Assalamualaikum," ucap Rindu memberi salam. Seperti biasa, Rindu akan mencium punggung tangan suaminya setiap kali dirinya pulang bekerja atau pun hendak berangkat untuk bekerja. "Mas, kenalin ini Pak Fahri, atasan aku di kantor," Rindu memperkenalkan Fahri pada Albani.

Kedua lelaki itu saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing.

"Mari Pak, masuk. Kita bicara di dalam aja," ajak Rindu kemudian.

Dengan wajah bingung dan penuh tanda tanya Albani hanya mengekor dua orang itu masuk dan ikut mempersilahkan sang tamu untuk duduk.

"Maaf Pak, begini keadaannya," ucap Albani dengan nada sesopan mungkin. Meski dalam hati dia jelas tidak terlalu menyukai kehadiran Fahri di kediamannya. Terlebih setelah lagi-lagi dia mengetahui Fahri mengantar Rindu pulang.

Saat itu, Albani dan Fahri duduk di ruang tamu yang merangkap ruang TV di atas karpet lantai karena memang tidak ada sofa.

Fahri langsung menyampaikan permohonan maafnya karena sudah membuat Rindu harus bekerja lembur hari ini. Lelaki itu juga bercerita tentang bekal makan siang yang dibawakan Rindu untuknya hari ini.

Albani mencoba mendengarkan dan menanggapinya dengan senyuman meski dalam hati dia keki setengah mati.

Pantes tadi semur jengkol gue ludes! Gue kirain dimakan Rindu semua, tahu-tahunya di kasih ke orang ini!

Sialan!

Maki Albani dalam hati.

Di tengah percakapan, Rindu datang dengan membawa dua cangkir berisi kopi hangat untuk dua lelaki itu lalu dia kembali ke dalam, hendak berganti pakaian.

Rindu benar-benar mengutuk kejujuran Fahri saat harus menceritakan tentang bekal makan siang yang dibawa Rindu untuk bosnya itu hari ini pada suaminya. Padahal, Rindu sudah menyiapkan bekal itu secara sembunyi-sembunyi tadi pagi agar Albani tidak tahu.

Di dalam kamar, Rindu terus saja menguping pembicaraan Fahri dengan suaminya sambil berganti pakaian.

"Saya mengucapkan banyak terima kasih karena Bapak sudah begitu baik pada istri saya. Rindu sangat beruntung memiliki atasan seperti Bapak," puji Albani dengan sangat terpaksa. Dia terus memulas senyum palsu dihadapan Fahri dan berharap Fahri lekas pulang.

SAUDADE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang