Satu bulan berlalu setelah kejadian di rumah sakit tempo hari.
Semua berjalan seperti biasa.
Albani membawa Rindu pulang dari rumah sakit pasca mengalami keguguran dan mendapat perawatan intensif selama beberapa hari di rumah sakit, akibat pendarahan hebat yang dialami sang istri, bahkan Rindu sampai menghabiskan dua kantong darah untuk transfusi.
Selama satu bulan ini Albani dengan sabar mengurus Rindu yang masih harus beristirahat total untuk memulihkan kembali kondisi kesehatannya.
Jika biasanya Rindu yang seringkali bangun pagi untuk membuat sarapan, kali ini Albani yang harus turun tangan. Lelaki itu bangun pagi-pagi buta untuk membuatkan Rindu sarapan karena sang istri harus meminum obat. Lalu lelaki itu mencuci pakaian terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja.
Sore harinya selepas pulang bekerja, jika lelah Albani akan membeli makan di luar tapi jika dia tidak lelah Albani akan kembali memasak untuk mereka makan malam.
Semua pekerjaan rumah Albani yang mengerjakan dan tak sama sekali membiarkan Rindu membantunya. Albani hanya ingin melihat Rindu lekas sembuh.
Meski, terkadang Rindu yang merasa kasihan pada suaminya itu, diam-diam jadi mencuri waktu untuk membantu Albani mengurus rumah. Dan hal itu seringkali berbuntut pada omelan Albani terhadap Rindu.
Seperti halnya malam ini ketika Albani pulang dan mendapati masakan di meja makan yang baru matang karena asapnya yang tampak nyata mengepul di udara.
"Kamu masak Ndu?" tanya Albani dengan raut wajah tidak suka. Senyum cerianya lenyap seketika. Moodnya di hari pertama dia terima gaji langsung hancur dalam sekejap karena kengeyelan Rindu.
Rindu mengangguk seraya tersenyum. "Iya Mas. Aku masak semur jengkol kesukaan kamu,"
Albani menaruh bungkusan martabak keju kesukaan Rindu dengan kasar di meja. Wajah lelaki itu terlihat marah.
"Akukan udah bilang berapa kali, jangan bekerja berat dulu! Kenapa kamu bandel banget sih?" omel Albani kemudian. Tatapan lurus ke arah Rindu yang berdiri dihadapannya.
"Mas, aku udah sembuh. Ini sudah satu bulan lewat setelah aku keguguran. Aku bosen tiduran terus. Aku bener-bener udah sembuh, Mas. Aku udah bisa bekerja lagi..."
"APA? BEKERJA KATA KAMU?" potong Albani dengan sentakan keras membuat Rindu terkaget-kaget.
Setelah hampir satu bulan ini Albani selalu bicara dengan nada pelan dan baik-baik, ini kali pertama Albani membentak Rindu, bahkan setelah Rindu memberinya surprise dengan memasak masakan kesukaan sang suami.
"SETELAH APA YANG TERJADI MENIMPA CALON ANAKKU, JADI KAMU MASIH BERNIAT UNTUK BEKERJA? IYA? SUPAYA KAMU BISA KETEMU LAGI SAMA BOS KAMU YANG BRENGSEK ITUKAN?"
"Mas..."
"DENGERIN AKU YA NDU! SAMPAI DETIK INI AKU DIAM, KARENA AKU NGGAK INGIN KAMU TERBEBANI SETELAH KAMU KEGUGURAN. BAHKAN DI SAAT AKU MERASA JADI ORANG PALING BODOH SEDUNIA KARENA SAAT ISTRI AKU HAMIL AKU JUSTRU NGGAK TAHU APA-APA!" kelopak mata Albani mulai berkaca-kaca. Sama halnya dengan Rindu.
"Mas... Aku minta maaf..." Rindu berusaha menyentuh pergelangan tangan Albani tapi Albani dengan cepat menepisnya.
"Terlambat Ndu!" potong Albani lagi. Lelaki itu menarik kursi di meja makan dan mendudukinya. Kepalanya mendadak pening.
Rindu mengambil posisi duduk di sebelah suaminya. Dia meraih jemari Albani dan menggenggamnya lembut. Air mata Rindu sudah tumpah sejak tadi. Sama halnya dengan Albani, meski lelaki itu dengan susah payah menahannya.
"Aku mengaku salah Mas, aku minta maaf," ucap Rindu lagi dengan perasaan takut. Jika boleh jujur, sejak dirinya dan Albani saling mengenal dan menjalin hubungan dekat, Rindu tidak pernah melihat Albani semarah ini padanya. Tapi Rindu berusaha untuk memakluminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE (End)
RomanceDi saat semesta berkonspirasi. Fahri dan Albani, sama-sama seorang suami yang sedang berada dalam perjalanan menuju rumah sakit dikarenakan sang istri hendak melahirkan. Di tengah perjalanan, keduanya terlibat dalam sebuah kecelakaan hingga menyebab...