21. KABAR GEMBIRA UNTUK FAHRI

271 45 14
                                    

Dua tahun berlalu.

Waktu yang dirasa sangat singkat untuk Fahri dan Adelia lalui.

Sejak hari di mana Adel dan Fahri memutuskan untuk kembali melanjutkan bahtera rumah tangga mereka yang hampir saja hancur, hari-hari setelahnya menjadi hari-hari terbaik bagi mereka.

Perubahan signifikan atas sikap Adel membuat kepercayaan Fahri perlahan-lahan kembali.

Jika sebelumnya Adel selalu bangun siang, kini dia lebih bisa bertanggung jawab menjalani perannya sebagai seorang istri.

Pagi-pagi buta Adel sudah bangun dan langsung menyibukkan diri di dapur. Membuatkan sarapan untuk Fahri. Menyiapkan pakaian kantor sang suami, memakaikan dasi, dan tak lupa Adel sering menyiapkan bekal makanan untuk sang suami makan siang di kantornya.

Karena seringnya Adel mengasah kemampuan memasaknya, masakan yang tadinya tidak enak, hambar atau seringkali keasinan lambat laun pun berubah menjadi makanan yang selalu Fahri rindukan karena rasanya yang sangat enak.

Bukan hanya dalam hal memasak, tapi penampilan Adel pun perlahan berubah menjadi lebih sopan.

Seperti hari ini ketika Fahri mengajak Adel ke Surabaya untuk bersilaturahmi ke kediaman orang tuanya, Adel memutuskan untuk mengenakan hijab. Hal itu sontak membuat sang suami terkejut.

"Ini beneran Adelia Kartika Wibowo? Aku nggak salah lihat?" ucap Fahri terkesima saat melihat penampilan seorang wanita cantik berhijab merah di hadapannya.

'Nggak usah lebay deh," jawab Adel sambil tersenyum tanpa bisa menutupi rona merah di pipinya.

"Cantik," puji Fahri kemudian.

"Kemana aja dari kemarin-kemarin? Baru sadar aku cantik?" timpal Adel seraya bergegas masuk ke dalam mobil, Fahri langsung mengekor.

"Mami dan Papi pasti spechless liat kamu kayak begini," ujar Fahri dari balik kemudi.

Hari itu mereka berangkat ke Surabaya untuk merayakan hari jadi pernikahan kedua orang tua Fahri, Pak Hendrawan dan Nyonya Heni Hendrawan.

Malam itu, acara pesta yang digelar oleh keluarga Hendrawan cukup meriah meski hanya dihadiri oleh segenap keluarga besar dan segelintir tetangga dekat serta rekan kerja yang merangkap sahabat Pak Hendrawan.

Keharmonisan rumah tangga Pak Hendrawan dengan Nyonya Heni jelas membuat iri banyak pihak. Di usia mereka yang sudah terbilang senja, namun hubungan mereka sebagai sepasang suami istri seakan jauh dari masalah.

"Wah, saya salut loh sama kamu, Hen. Benar-benar sosok lelaki idaman wanita. Ayahmu ini lelaki paling setia di antara kami, Fahri," ungkap Bari salah satu sahabat dekat Hendawan.

Hendrawan tertawa renyah mendapati pujian seperti itu. "Pak Bari ini bisa saja," ujarnya.

"Hebatnya, kesetiaan Pak Hendrawan itu menitis pada anaknya, Fahri," sambung Januar.

Lalu mereka tertawa bersamaan.

Dari kelima lelaki yang bercakap di dalam ruangan megah kediaman Hendrawan, Fahrilah yang termuda.

Mereka saling bersulang minuman dan kembali bercakap santai membahas hal-hal yang terjadi di sekitar mereka baru-baru ini.

"Oh ya, Hen, kalau boleh tahu bagaimana kabar Pak Jamal sekarang? Sejak saya kembali dari London, saya tidak pernah melihat Pak Jamal menghadiri acara-acara besar lagi?" tanya Ranu menengahi di sela-sela percakapan mereka. "Bukankah seharusnya Pak Jamal itu dulu menjadi besan kamu, Hen?"

Senyum mempesona di wajah Hendrawan langsung meredup tatapannya beradu dengan tatapan sahabat-sahabatnya yang lain, yakni Bari dan Januar.

"Hm, jadi begini Nu, satu tahun yang lalu itu Pak Jamal meninggal dunia," beritahu Bari pada sahabatnya yang bernama Ranu, yang memang sudah dua tahun ini tinggal menetap di London. Ranu kembali ke Indonesia karena ada urusan dengan pihak keluarganya di Indo.

SAUDADE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang