30. UCAPAN SELAMAT TINGGAL

667 54 21
                                    

Setelah bulan demi bulan yang sulit terlalui sejak sang Suami mendekam di penjara, malam itu rasanya seperti mimpi ketika Rindu mendengar suara seseorang mengetuk pintu kontrakannya dan mengucapkan salam.

Rindu yakin itu suara suaminya sehingga dia lekas bangkit dari kasur lantai di kamarnya dan setengah berlari menuju pintu.

"Mas Bani?" Pekik Rindu yang jelas terkejut.

Albani tersenyum lebar dengan kelopak mata yang berkaca-kaca. Tanpa berbasa-basi, lelaki itu langsung memeluk Rindu yang balas memeluk suaminya.

"Mukjizat apa yang membawa kamu ada di sini Mas? Aku nggak mimpikan Mas?" Ucap Rindu di tengah keterkejutannya. Setelah segala daya upaya perjuangan yang dilakukan Rindu untuk membuat suaminya terbebas dari hukuman pidana namun semuanya gagal, bahkan sampai dirinya mempertaruhkan harga diri dengan mendatangi Fahri untuk memohon pertolongan, tapi nyatanya lelaki itu tak bisa menolong. Rindu yang kecewa hanya bisa mengutuk kebodohannya itu dan berdoa dalam hati agar takdir tak pernah mempertemukan dirinya lagi dengan Fahri.

Rindu yakin Fahri pasti masih menyimpan dendam pada dirinya karena sudah kabur di hari pernikahan mereka bertahun-tahun silam. Membuat keluarga lelaki itu malu termasuk Fahri sendiri. Pasti sekarang lelaki itu sedang tertawa di belakangnya melihat dirinya menderita.

"Ada orang baik yang sudah membantu aku terbebas dari segala tuntutan hukum. Dan besok malam, aku mengundang orang baik itu untuk datang ke rumah kita. Jadi aku mau, besok kamu masak besar dan jangan lupa, masakin aku semur jengkol, aku kangen banget makan semur jengkol buatan kamu," ucap Albani panjang lebar. Dia mencuil hidung Rindu dan mengecup kening sang istri sekilas sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

"Memangnya siapa orang baik itu Mas? Apa aku kenal?" Tanya Rindu mengekor langkah Albani ke dalam kamar mereka. Saat itu Albani hendak mengganti pakaiannya.

Albani hanya tersenyum masam. "Besok juga kamu tahu," ujarnya sembari berlalu dari hadapan Rindu.

Begitu Albani masuk ke kamar mandi, Rindu jadi berpikir keras.

Kira-kira, siapa ya orang baik yang dimaksud Mas Bani!

Ih rese! Pake rahasia-rahasiaan segala!

Tapi siapa pun dia, aku sangat bersyukur Mas Bani bisa bebas...

Terima kasih Ya Allah...

Gumamnya dalam hati.

Saat itu, Rindu hendak beranjak ke dapur berniat untuk menyiapkan makanan untuk sang suami, namun langkahnya jadi tertahan saat dia merasakan kontraksi pada perutnya.

"Aduh..." Pekik Rindu merintih sakit. Dia berpegangan pada dinding.

Akhir-akhir ini Rindu memang sering sekali mengalami kontraksi palsu seperti ini. Itulah sebabnya Rindu semakin membatasi aktifitasnya karena tak mau kandungannya mengalami gangguan jika dia sampai kelelahan atau kurang istirahat.

"Kamu kenapa Ndu?" Tanya Albani setengah panik melihat Rindu yang tampak kesakitan di ambang pintu dapur. Dengan sigap Albani membantu istrinya untuk merebahkan diri di kasur. "HPL kamu sebentar lagikan?" Tanya Albani saat itu.

Rindu mengangguk. "Kurang satu Minggu, Mas,"

"Apa kita ke rumah sakit aja sekarang?" Tanya Albani lagi.

"Nggak usah deh, kemarin-kemarin juga suka begini. Nanti kalau kontraksinya nggak hilang dan makin sering baru kita ke rumah sakit,"

"Oh yaudah. Kamu istirahat aja kalau gitu,"

"Kamu kalau mau makan nasinya masih ada di dapur cuma nggak banyak. Aku cuma masak sedikit, tadi juga cuma beli lauk seadanya aja di warteg. Mau masak juga siapa yang mau makan, aku sendirian," jelas Rindu.

SAUDADE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang