29. HIKMAH DIBALIK KEJADIAN

340 47 7
                                    

Kasus yang menjerat Albani tampaknya semakin serius.

Hal itu dibuktikan setelah pihak kepolisian yang menyelidiki kasus ini menemukan beberapa bon hasil penjualan ilegal barang-barang lebih yang tersedia di Minimarket yang dijual Albani secara pribadi dengan harga miring.

Bon-bon itu terkumpul rapi di dalam kontrakan Albani di bawah lipatan pakaian.

Tidak hanya itu, bahkan polisi pun menemukan adanya sekotak barang haram berjenis ganja di dalam kontrakan itu.

Rindu yang tak tahu menahu hal itu jelas syok bahkan dia sempat pingsan saat mengetahui bahwa suaminya selama ini berprofesi sebagai penjual narkoba. Untungnya ada Bu Risma tetangganya yang senantiasa menjaga Rindu yang saat itu sedang dalam keadaan hamil besar.

"Proses hukum atas diri Pak Albani, suami anda masih dalam proses. Tuntutan dari pihak perusahaan serta keterkaitannya dalam penjualan obat-obatan terlarang akan membuat hukumannya semakin berlipat ganda,"

Itulah penjelasan seorang kepala polisi pada Rindu saat lagi dan lagi Rindu mendatangi pihak lapas untuk meminta keringanan hukuman untuk sang suami.

Albani sendiri mengelak dan tak mengakui bahwa dirinya adalah seorang pengedar. Bahkan lelaki itu sampai bersujud di kaki Rindu berharap sang istri mempercayainya.

Sejauh ini, Rindu memang belum mendatangi Fahri dikarenakan Albani yang melarang.

Tapi kali ini, Rindu tak akan menahan niatnya lagi.

Dia harus menemui Fahri dan meminta pertolongan. Rindu sudah benar-benar buntu.

Hari itu, tanpa meminta izin lagi pada suaminya Rindu datang ke kediaman Fahri sendirian.

Sesekali dia meringis karena harus berjalan kaki cukup jauh dari jalan raya tadi ke dalam komplek perumahan elit yang dihuni Fahri.

Rindu mengusap pelan perutnya yang buncit dan terasa sedikit keram.

"Maaf, cari siapa Non?" Tanya salah satu security yang bekerja di kediaman Fahri.

"Saya mau bertemu Pak Fahri, Pak," jawab Rindu.

"Oh, sudah buat janji belum?" Tanya si security berlogat Sunda itu.

"Belum Pak. Tapi ini penting Pak, saya mohon Bapak mengizinkan saya bertemu dengan Pak Fahri," mohon Rindu dengan wajah memelas.

Merasa kasihan, akhirnya si penjaga keamanan itu pun mempersilahkan Rindu masuk dan bertanya lebih dulu pada sang majikan yang memang saat itu ada di rumah.

Tak lama, Fahri keluar menghampiri Rindu yang menunggunya di teras. Adel terlihat mendampingi.

Dengan mata berkaca-kaca, kepala yang terus menunduk, menahan malu dan beribu perasaan aneh lain yang berkecamuk dalam hati, Rindu mengikuti langkah Fahri dan Adel di depan yang tadi mempersilahkannya untuk masuk.

"Ada apa Rindu?" Tanya Fahri saat mereka kini sudah duduk berhadapan di sofa ruang tamu. Sebenarnya, tanpa bertanya pun Fahri sudah tahu apa alasan yang membawa Rindu datang ke menemuinya.

Seorang pelayan baru saja menyajikan secangkir teh hangat untuk Rindu.

Satu titik air mata Rindu menetes. "Maaf sebelumnya jika kedatangan saya mengganggu Bapak dan Ibu. Saya... Saya... Saya..." Tangis Rindu semakin pecah. Berat rasanya mengungkapkan apa yang seharusnya dia ungkapkan dihadapan Fahri terlebih dengan kehadiran Adel di sisi Fahri saat itu.

Merasa kasihan, Adel beringsut dan memposisikan diri di sebelah Rindu. Dia meminta Rindu untuk meminum teh hangat yang disajikan agar keadaannya lebih baik. Mereka sama-sama seorang wanita, sama-sama memiliki suami dan sama-sama sedang hamil, Adel tahu persis apa yang sedang Rindu rasakan saat ini sebab Fahri yang memberitahunya. Dalam hubungan Fahri dan Adel saat ini memang tak ada secuil pun rahasia terkecuali mengenai Adel yang mengidap penyakit serius.

SAUDADE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang