Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat membaca, tandai typo atau kesalahan lainnya ya! Salam sweetttt<3
***
Masa lalu itu di perbaiki bukan di ratapi. Karena masa depan masih bisa di tata rapi.
-Rekza Alaxa Zeynfaruk
***
Senin pagi, sungguh kata yang mendeskripsikan kesibukan di setiap makhluk bumi, sama halnya dengan kesibukan di kelas Cila hari ini.
Ada yang tengah merapihkan make up nya setelah upacara, ada yang hilir mudik mencari contekan dan lain sebagainya.
"Cil, liat tugas kemaren dong." Pinta Rendi, menghampiri bangku Cila.
Perempuan itu menoleh, tanpa banyak bicara dia memberikan buku yang di minta.
"Syukron ukhty, ntar gue balikin kalo udah, Assalamu'alaikum." Cila hanya berdehem dan menjawab salam Rendi. Dia sudah hilang respect sejak mendengar perbincangan mereka kemarin, meskipun yang berbicara tak enak hanya Rafael.
"Si Cila kenapa tuh? Aneh banget ga banyak ngomong, biasanya gue pinjem buku gini. Wuhh! Satu kabupaten tau," Ucap Rendi.
"Biasa Ren, cewe cewe." Balas Rafael, membuat Dani menatapnya dengan alis terangkat, "Pms?" Tanyanya.
"Mungkin, lo tanya aja langsung." Jawab Rafael.
Dani bergidik ngeri, "EMBUNG!"
"Btw, si Diva ga buluk buluk amat ya?" Rafael memperhatikan Diva yang tengah tertawa dengan Sinta.
"Apa gue bilang Raf, benci jangan kelewatan ntar suka," Ledek Vino.
"Dih! Amit amit, udah lemot pendek buntet. Lain tipe aing." Tiba tiba saja lemparan penghapus mengenai kepalanya.
Dan pelaku itu adalah Rekza, dia sedari tadi memperhatikan Rafael dengan lirikan tajam. "Bisa nyiptain lo?"
Rafael cengengesan, dia mengangkat dua jari tangan nya. "Becanda Za, becanda."
Rekza meraih pulpennya sembari menulis dia berkata, "Lo ngomong gitu bisa bikin orang hilang rasa syukur, kalo dia insecure terus nyalahin takdir. Lo ga takut ikut dosa?" Dia mengangkat kepala nya dan menatap Rafael.
"Ya ngga lah!" Seru Rafael.
"Makannya ga usah so roasting orang! Kita aja udah pensiun, lo malah makin jadi." Sahut Dani.
Memang sejak ikut kajian dan mendengarkan ceramah dari berbagai narasumber dakwah, mereka sedikit demi sedikit belajar menjadi lebih baik. Contohnya dalam hal hal kecil, seperti berbicara kotor yang mulai membaik, sikap meledek orang dan lainnya.
"Iya iya maaf," Ucap Rafael yang di respon helaan nafas dan gelengan kepala dari temannya.
Sementara di meja lain, ke empat remaja perempuan tengah beradu nasib masing masing.
"Andai dulu gue ga ikut ikutan si Viola ngebadung, pasti ga akan sebanyak ini penyesalan hidup gue," Ucap Sinta.
Mendengar itu Viola memukul kepala sahabat nya dengan pulpen, "Emang dasarnya iman lo yang lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Untuk Cila [Tongkrongan Gagal Nyantren The Series] END TERBIT ✔️
Teen Fiction(Tersedia di Shopee/firazmedia) Sebuah kisah pertemuan para remaja dengan latar belakang masa lalu yang sama, yakni sebagai remaja remaja yang gagal menimba ilmu di pesantren. Apakah pertemuan ini akan memulai kisah baru untuk mereka? *** Menjadi...