Disebuah ruangan Ghea mengerjapkan matanya. Ada perasaan yang berbeda dari dirinya, seperti ada yang hilang.
Beberapa menit ia berfikir, Draco masuk kedalam ruangan yang ditempati Ghea. Ghea menatap ekspresi Draco yang tampak murung.
"Draco... anak kita? dia tidak apa apa kan?" tanya Ghea seraya mengusap perutnya.
Draco menggenggam jari jemari Ghea "dia sudah tiada sayang, tuhan lebih sayang padanya"
Mendengar penuturan Draco membuat air mata Ghea jatuh tak tertahankan, ia sangat mengharapkan bayi itu hadir dihidupnya tapi kenyataannya berbanding terbalik.
Ibu mana yang tidak terpukul saat kehilangan anaknya?
Air mata Ghea tak berhenti membasahi pipinya yang kian memucat, bibirnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.
"maaf sayang mommy tidak bisa menjagamu dengan baik" Ghea mengusap perutnya yang sudah tidak terdapat bayinya lagi.
"itu bukan salahmu sayang, jangan salahkan dirimu sendiri"
"maaf" ucap Ghea menatap Draco nanar, ia tau kalau Draco sangat menginginkan bayi itu, semua orang menginginkannya.
Draco memeluk tubuh Ghea "its oke darling, itu bukan salahmu"
"bayi kita tiada Draco" kata Ghea pelan.
"tidak apa sayang"
Saat itu juga, Narcissa dan Lucius datang dan masuk kedalam ruang rawat Ghea dengan mimik yang benar benar khawatir.
"Ghea, tidak apa apa kan?" tanya Narcissa khawatir.
"Ghea tidak apa tapi bayinya, ibu"
"tidak apa sayang, ibu mengerti pasti berat bagimu ibu paham"
----------------------
Setelah pulang dari rumah sakit, Ghea masih sering diam dan mengurung dirinya didalam kamar. Hatinya sangat sakit saat mengingat calon bayinya tak lagi bersamanya.
Terkadang Draco pun sedih melihat kondisi Ghea yang terpukul seperti ini. Tidak, Draco tak mungkin diam saja, ia akan akan membalaskan sakit yang dirasakan Ghea.
"sayang, makan?"
Ghea menoleh kearah Draco yang membawakan nampan berisi makanan dan minuman untuknya. Ghea menatap Draco, matanya mulai berkaca kaca.
Draco mengusap air mata Ghea "sudah sayang, dia sudah bahagia disana, tuhan lebih sayang padanya, mungkin kali ini bukan saatnya tapi nanti"
"tapi Ghea sakit, Ghea mempertahankannya tapi dia pergi"
"aku tau sayang aku mengerti bagaimana sakitnya hati mu, tapi kita harus merelakannya"
'tunggu saja Olivia kau akan memohon kematianmu padanya' batin Draco.
"sudah oke? sekarang makan lah, ibu membuatnya untukmu" Draco mulai menyuapi sendok demi sendok kedalam mulut Ghea.
Ghea menolak suapan terakhir dari Draco "sudah, Ghea kenyang"
"satu sendok lagi, sayang"
Ghea menggeleng, perutnya sudah benar benar kenyang sekarang.
Draco akhirnya menuruti kemauan Ghea, ia memberikan air putih untuk Ghea minum.
"mau jalan jalan?" tawar Draco menatap Ghea penuh harap.
Karena tak tega, Ghea mengangguk. Tak enak juga jika ia terus terusan menjadi lemah seperti ini, ia akan terus membebani orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance? (Draco Ghea mini series)
FanfictionYang belum baca A Life, please baca dulu kalian gak akan ngerti kalo baca mini series ini duluan. Ini bukan sequel melainkan mini series dari cerita A Life. Bercerita tentang sepasang kekasih yang berakhir kandas. Trauma akan kekerasan selalu memb...