Bel berbunyi ketika aku dan Rea asyik berbicara di kantin. Kamipun pergi ke kelas. Pelajaran kali ini adalah matematika. Aku hapal, Rea pasti tidur ketika guru menjelaskan. As always.
"kalo ada bahaya, senggol aja, aku bakal langsung bangun" nah kan betul dugaanku. Dan membangunkan Rea bukan perkara mudah. Butuh senggolan seperti gempa agar dia bangun. Tapi guruku sepertinya sudah memaklumi kelakuan Rea. Bukan-bukan maksudku sudah lelah menasehati Rea, dari pada membuang waktu menasehati Rea yang tidak pernah bertaubat lebih baik waktunya digunakan untuk menjelaskan materi. Kadang jika kesabaran beliau sudah habis, barulah dikuliti isi kepala Rea
Pelajaran sudah berjalan setengah jam, dan guruku masih membiarkan Rea yang tengkurap di meja. Aku jadi ikut tegang ketika guruku melirik ke arah meja kami.
"bangunkan Rea" ucap guru matematikaku dengan tegas. Aduh sepertinya kesabaran beliau sudah habis. Aku menarik narik lengan Rea yang menjadi tumpuan dia meletakkan kepalanya.
Baru sepuluh kali aku membisikkan nama Rea dia baru bangun. Dia terbangun dengan terkejut dan langsung duduk tegap dengan mata membulat menatap kedepan. Semua siswa di kelas menertawakan tingkah Rea. Dia tidak patut melawak di situasi seperti ini.
"Rea kau kerjakan soal ini sekarang"
Rea menelan ludah dengan susah payah, aku sampai bisa melihat lehernya bergerak. Semua mata tertuju pada Rea, semua menunggu Rea.
"gimana nih" bisik Rea padaku. Akupun tidak tahu harus apa. Jika membantu memberikan jawaban itu tidak mungkin karena guru matematikaku terus mengawasi kami.
"sekarang begini saja" setelah sekian lama diam menunggu Rea, guruku memberi penawaran untuk Rea "setiap hari kau ikut kelas tambahan saya atau setiap hari saya beri kau soal dan kau kerjakan sendiri. Jika kau kerjakan sendiri maka terserah kau bisa pilih bantuan bimbel atau siapapun yang jelas setiap pergantian bab kita akan ujian. Kali ini kau harus memilihnya Rea bukan hanya diam"
Rea melirikku dan aku hanya bisa tersenyum memberinya semangat "saya memilih soal dari Bapak saja dan saya kerjakan sendiri" jawaban Rea terdengar ragu-ragu.
Guru matematikaku memberikan selembar soal pada Rea "kerjakan beserta rumus dan cara penyelesaiannya. Kerjakan sendiri jangan berbohong. Percuma berbohong di ujian nanti kau akan ketahuan seberapa jauh kemampuanmu. Dengan soal ini saya memaksamu untuk belajar"
"Baik Pak" Rea menundukkan kepala
"makanya kau jangan tidur" bisikku ketika guruku berlalu dari meja kami.
"menyimak pun aku tidak akan paham jadi lebih baik tidur kan aku beristirahat" aku hanya bisa tersenyum masam mendengar alasan Rea.
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa menghela napas lega. Sekarang otak kita bisa istirahat sejenak. Rea diminta membantu membawakan buku tugas ke ruang guru, alhasil dia keluar kelas lebih dulu. Aku akan menyusulnya, karena aku harus membantunya menyelesaikan soal-soal tadi.
Dua temanku menghampiri mejaku, Gita dan Sasa.
"Faleesha !"
"ya ?" jawabku dengan senyum ramah. Aku masih duduk di bangkuku.
"habis ini kan kita mau jenguk Dino" Dino adalah teman sekelasku yang baru saja kecelakaan. Aku lupa jika ada janji menjenguk Dino sepulang sekolah.
"iya aku akan ikut dengan Rea"
"masalahnya kita harus bawa sesuatu kesana, kan enggak mungkin dengan tangan kosong. Biasanya keperluan kelas kita pakai uang khas kita kan, nah kebetulan uang khas-nya lagi aku gunakan dulu untuk beli buku. Boleh aku pinjam uangmu dulu" ucap Gita menjelaskan kronologi masalahnya. Kasihan juga kita kalau kesana tidak bawa apa-apa. Akhirnya aku mengeluarkan dompet dari dalam tasku dan memberikan uang kepada Gita dan Sasa.
YOU ARE READING
Who Are U ?
Science FictionPada awalnya semua berjalan normal. Kita bertemu tanpa sengaja, saling mengenal dan semakin dekat. Diam-diam aku menyukaimu dan ternyata kaupun juga. Tidak ada yang lebih indah didunia ini selain perasaan yang terbalas. Sampai pada suatu hari semua...