Ting
Ponselku berbunyi, aku buru-buru mengambilnya. Aku berharap itu pesan dari Bara. Aku sudah menunggunya dari pulang sekolah tadi. Aku masih sangat ingat dia bilang dia akan menghubungiku. Tapi sampai pukul 7 malam belum ada satupun pesan yang masuk, menyebalkan. Seharusnya jika tidak akan melakukan tidak perlu memberi harapan.
Aku melempar buku yang kupegang dan berjalan cepat ke nakas, ponselku sedang mengisi daya. Senyumku mengembang ketika melihat notifikasi pesan.
08123476****
Selamat malam, Ini Bara
Apa kau sudah baik baik saja ?
Aku memeluk ponselku dan menari-nari di sekitar kasur. Semua amarah yang tadi ingin kuungkapkan sekarang tiba-tiba menguap begitu saja. Aku bahkan mengusap-usapkan ponselku ke pipiku. Aku senang sekali. Pesan pertama dari Bara. Haruskan aku memotret layar dan mencetaknya lalu memajang di dinding, ini hal bersejarah harus diabadikan.
Tunggu, sebelum itu semua sebaiknya aku membalas pesannya dulu.
Selamat malam juga Bara, iya aku baik baik saja :*
Ini terlalu genit, sebaiknya kuhapus saja
Iya aku baik-baik saja
Tapi kalau begini bukankah terlihat cuek, nanti Bara jadi tidak mau mengirimku pesan lagi. Aku menggigit bibir dan berpikir keras.
Iya, aku baik, berkat kau. Terimakasih
Sepertinya ini cukup. Kali ini aku mengirimkan balasannya. Sedetik kemudian Bara sudah membaca pesanku, dan dia langsung mengetikkan jawabannya. Entah kenapa aku jadi gugup. Aku menebak-nebak apa yang akan dia kirimkan padaku.
Syukurlah. Apa sekarang kau sedang sibuk ?
Tidak, apa kau sendiri sibuk ? dan kenapa kau baru mengirimiku pesan, kau tahu aku menunggumu dari tadi
Maafkan aku, aku memang sibuk. Sibuk memikirkanmu :D
Aku terkejut membaca balasan darinya. Aku menjatuhkan badanku di kasur dan berguling-guling. Jika begini aku bisa benar-benar luluh padanya.
Kenapa kau memikirkanku ?
Aku memikirkan, apakah ini waktu yang tepat untuk mengirim pesan. Aku takut mengganggumu
Untuk sekarang dan selamanya kau bukanlah gangguan bagiku.
Kau yakin. Kurasa suatu hari nanti pernyataanmu itu akan berubah.
Tidak, aku berani jamin
Kami berkirim pesan sampai pukul 10 malam. Seru sekali, kami membicarakan hal remeh dan tidak penting tapi ini menyenangkan. Aku tidak hentinya tersenyum membaca kekonyolan Bara. Dia membuat suasana hatiku menjadi baik.
...............................................................................
Aku mengunjungi kelas Bara ketika bel istirahat berbunyi. Kulihat Bara masih duduk di kursinya memainkan ponsel. Aku memberanikan diri masuk dan menghampirinya. Aku berdiri tepat disamping mejanya. Banyak mata yang menatap aneh kepadaku. Ini pertama kalinya aku ke kelas Bara. Bohong jika aku tidak merasa canggung dengan tatapan mereka tapi disini aku bersikap seolah tak peduli.
Bara menatapku dengan salah satu alisnya menukik. Sepertinya dia tidak menduga jika aku akan kesini.
"kau mau kemana ?" tanya Bara.
"menemuimu, ikut semua kegiatanmu di jam istirahat"
"aku tidak melakukan apapun"
"baiklah aku juga tidak akan melakukan apapun disampingmu"
Bara tersenyum, dia kemudian berdiri dan menarik tanganku keluar dari kelas. Bara membawaku duduk di salah satu kursi di dekat area lapangan basket. Kebetulan ada siswa yang bermain basket jadi ini bisa menjadi tontonan gratis untuk kita.
"berhenti bersikap manis, kau bisa membuat bibirku robek karena terlalu sering tersenyum" aku hanya bisa tertawa malu mendengar gurauan Bara. Seharusnya dia juga sadar jika dia juga membuatku terus-terusan tersenyum sejak kemarin. Tidak-tidak sejak kita pertama kali bertemu.
"mmmm jadi apa ini berarti kau tidak bisa jauh dariku dan aku tidak bisa jauh darimu ?" meskipun kita sudah sangat dekat tapi tetap saja aku butuh kejelasan. Harus jelas semuanya secara resmi butuh pengakuan. Aku tidak mau dipermainkan dibelakang.
"sebenarnya aku bisa, hanya saja tidak nyaman. Lebih bagus jika bersamamu"
"maksudmu ?"
"apa ?"
"kita ?"
"apa ?" aduh aku jadi kesal Bara hanya apa-apa saja.
"jika kau menanyakan sesuatu padaku sudah jelas jawabanku pasti iya, iya aku mau" apa dia tidak mengerti jika aku sudah menerimanya bahkan sebelum dia memintaku menjadi pacarnya. Kenapa Bara terus pura-pura bodoh.
Bukannya menjawab Bara malah tertawa. Aku jadi malu dengan apa yang barusan kukatakan.
"aku akan mengatakannya, tapi tidak sekarang."
"kapan lagi" aku sudah mulai kesal, dia mulai mengulur waktu lagi. Dia mulai mempermainkanku lagi.
"setelah kau tahu siapa aku sebenarnya" aku menatapnya bingung "nanti saja aku jelaskan"
Aku masih tidak mengerti apa yang Bara katakan. Sepertinya dia menyadari kebingunganku
"apa kau masih menyukaiku jika aku tidak seperti manusia pada umumnya ?"
Aku kembali teringat kejadian kemarin. Aku meminta Bara menjelaskan semuanya. Aku mulai menerka-nerka apa yang akan Bara jelaskan padaku. Apa aku bisa menerimanya setelah tahu yang sebenarnya. Apa perasaanku masih akan sama seperti ini. Apa yang akan terjadi pada tubuhku jika aku mengetahuinya. Ada kemungkinan jika tubuhku akan memberi respon menolak Bara. Aku ragu dengan diriku sendiri. Aku mulai takut jika tubuh dan otakku tidak bisa menerima fakta yang tidak masuk akal. Aku yakin yang akan dikatakan Bara pastilah hal yang tidak masuk akal.
Aku takut jika semua keindahan ini berhenti karena perasaanku tidak lagi sama. Aku ingin seperti ini saja. Apa sebaiknya aku tidak perlu tahu apa yang sesungguhnya terjadi, agar semuanya tetap sama seperti ini.
"kau tidak perlu mengatakan apapun Bara, begini saja sudah baik" aku mengusap lutut Bara. Semoga dia setuju usulanku.
"bukankah kau ingin tahu-"
Aku segera menggelengkan kepala menolak ucapannya.
"kenapa, kau takut tidak bisa menerimaku ?"
Pertanyaan Bara begitu menohok. Aku tidak bisa mengendalikan ekspresi terkejutku. Bara pasti bisa membaca pikiranku dari wajahku.
"sudah kuduga, bukan masalah, aku akan terima semua konsekuensinya"
"tapi aku tidak mau Bara, lebih baik tidak perlu kau jelaskan saja. Jika ketidak tahuan membuat kita baik-baik saja kenapa harus tahu" ucapanku sedikit memohon.
Bara menghela napas gusar "kau yakin ?"
Aku mengangguk dengan antusias.
"aku khawatir suatu hari nanti kau akan tahu faktanya dari orang lain dan itu akan lebih menyakitkan untukmu. Jika kau membenciku setelah kita punya banyak kenangan menyenangkan bersama kau pasti akan membenciku, sangat membenciku. Kau pasti akan merasa semua waktu yang kau habiskan denganku adalah sia-sia. Kau membuang-buang waktumu untukku. Lebih baik kujelaskan di awal saja agar kau bisa memutuskan sekarang"
Kenapa masalahnya jadi semakin rumit. Sebenarnya yang dikatakan Bara ada benarnya juga. Aku tidak mau membenci Bara dan tidak mau perasaanku ke Bara berubah. Ini bukan sebuah pilihan karena keduanya buruk.
"aku pernah membaca buku, jika sesuatu dimulai dengan hal baik pasti juga akan berakhir baik" Bara memberikan tatapan serius padaku "dan kejujuran adalah awal yang baik bukan, yakin saja kita akan berakhir baik"
Bara meyakinkanku, aku benar-benar tidak punya pilihan sekarang. Aku harus menghargai keputusan Bara. Di saat orang lain akan mengharap kejujuran dari pasangannya, aku malah menghindari itu, kenapa hubunganku rumit sekali astaga.
.................................
YOU ARE READING
Who Are U ?
Ficțiune științifico-fantasticăPada awalnya semua berjalan normal. Kita bertemu tanpa sengaja, saling mengenal dan semakin dekat. Diam-diam aku menyukaimu dan ternyata kaupun juga. Tidak ada yang lebih indah didunia ini selain perasaan yang terbalas. Sampai pada suatu hari semua...