33. Rekayasa Genetika

124 8 0
                                    

"aku harus menemui Bara" jawabku ketika Rea mengajakku ke kantin. Ayolah ini masih istirahat pertama aku belum lapar.

Rea memberiku tatapan curiga "sekarang benar-benar Bara ?"

Aku mengangguk dengan senyum menahan malu. Aku berhutang banyak kepada Rea, seharusnya aku berbagi cerita seperti hubungan persahabatan pada umumnya, tapi nyatanya aku menyimpan semua sendiri. Padahal Rea selalu menceritakan semuanya padaku.

"kau berhutang cerita padaku" ucap Rea dengan wajah kesal. Dia pasti merasa kecewa, dia juga ingin merasa dipercaya jika aku menceritakan kehidupanku padanya.

"dengar. Aku tidak bercerita padamu bukan berarti aku tidak mempercayaimu tapi semuanya begitu rumit dan aku ingin menyimpannya sendiri. Kau jangan marah" aku meraih lengan Rea, membujuknya agar tidak marah

"kau harus menceritakan padaku apapun itu. untuk bisa dibilang sahabat kita harus terbuka satu sama lain, apa mungkin sekarang kau anggap aku orang asing bagimu. Aku hanya ingin dengar ceritamu karena aku tidak mau hal buruk terjadi padamu kau tahu terkadang orang butuh saran dari orang lain kan" Rea benar, berbagi cerita dan terbuka kepada orang terdekat itu sangat berguna, orang terdekat kita yang sudah tahu bagaimana kita bisa memberi saran atau mengingatkan ketika keputusan yang kita ambil salah. Lagipula orang terdekat kita bisa melindungi kita jika ada indikasi orang lain berbuat tidak baik. Aku terlalu percaya diri, aku tidak mempercayai Rea untuk mengerti ceritaku.

"aku tahu, aku akan lakukan itu secepatnya tidak sekarang" jawabku dengan nada rendah.

Setelah itu Rea pergi ke kantin, ia pergi bersama Jafin. Aku sendiri tidak terlarut dalam perasaa bersalah aku kembali tersenyum ketika aku ingat aku akan menemui Bara. Aku tidak sabar.

Bara duduk sendiri di ruang kelas, dia membaca buku. Jika kulihat dari jauh dia membaca buku genetika. Aku mendekati Bara dan menarik kursi lain untuk bisa kududuki di dekat Bara.

"hai !" Bara mengalihkan pandangannya dari buku yang dia pegang. "sepertinya kau sedang asyik" aku melirik ke Buku yang Bara baca.

"ini buku genetika. Aku ambil dari buku mamaku"

"mamamu ?" aku tidak pernah mendengar cerita mengenai keluarga Bara. Sekarang aku dengar mama Bara memiliki buku genetika aku jadi penasaran siapa mama Bara, kenapa sampai bisa punya buku genetika. Apa mungkin seorang dokter. "mamamu dokter ?"

"mamaku ilmuwan"

"waw" aku terkejut mendengarnya, itu pekerjaan yang keren. Berada di Laboratorium sepanjang hari bermain dengan benda benda menarik seperti mikroskop.

"kau tahu rekayasa genetika ?"

Aku mengerlingkan mata mencoba mengingat pelajaran biologi. Tapi sialnya aku lupa apa itu rekayasa genetika. Akupun menggelengkan kepala.

"sederhananya rekayasa genetika adalah manipulasi gen" akupun hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Bara. Sepertinya dia sedang menyukai hal yang berbau biologi dan seisinya.

"jaman dulu sebelum ada rekayasa genetika buah pisang itu memiliki biji yang sangat banyak, saking banyaknya sampai tidak bisa dimakan. Nah semenjak dilakukan rekayasa genetika jadinya seperti sekarang kita bisa makan pisang tanpa susah payah memisahkan buah dari bijinya"

"aku baru dengar fakta itu, keren"

"Tidak hanya pisang, dulu semangka juga tidak bisa dimakan karena memiliki terlalu banyak biji. Jagung yang sering kita lihat pada awalnya juga tidak seperti itu, dulu hanya biji bijian kecil. Semua hal itu sangat bermanfaat bagi manusia kan. Dari rekayasa genetika kita bisa memodifikasi suatu hal dengan hanya mengambil DNA yang bagus. Dengan rekayasa genetika juga banyak ditemukan obat seperti memproduksi insulin dari bakteri"

Who Are U ?Where stories live. Discover now