45. Menyusup

104 7 0
                                    

Aku mempercepat langkahku untuk pergi ke kelas Bara. Setelah mendengar bel istirahat berbunyi, aku tidak sabar untuk bertemu dengannya. Sampai di depan kelas Bara aku mengintip melalui pintu. Kelas sepi, semua siswa sepertinya sudah keluar. Kuperhatikan sekali lagi tempat duduk Bara. Anehnya tidak terlihat ada tas milik Bara disana.

Salah seorang siswa laki-laki masuk ke kelas Bara, kurasa ini teman sekelas Bara, aku segera mencegahnya. "Kau melihat Bara ?" tanyaku padanya. Siswa tersebut menggelengkan kepala "Bara tidak masuk"

Aku kembali ke kelas dengan perasaan penuh pertanyaan. Aku duduk di tempatku lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Untuk menjawab rasa penasaranku aku mengirim pesan untuk Bara, menanyakan kenapa Dia tidak masuk sekolah.

Aku tidak mendapat jawaban apapun dari Bara. Keesokan harinya aku kembali ke kelas Bara. Hal yang sama, tidak ada tanda-tanda kehadiran Bara di kursi miliknya. Aku mengerucutkan bibir dan mulai khawatir dengan Bara. Aku melangkah kembali ke kelas dengan kepala menunduk dan mata menatap lantai.

Seseorang memukul kepalaku, ini sakit dan membuatku kesal. Aku harus memaki siapapun yang melakukan ini.

"kalau jalan lihat ke depan" ucap Jafin si pelaku penganiayaan.

Melihat Jafin membuatku ingat bahwa aku harus memanfaatkan Jafin untuk mendapat informasi mengenai Bara "kau tahu Bara kemana, Dia sudah dua hari tidak masuk sekolah"

"Bara tidak akan kembali ke sekolah. Dia dikurung dirumah"

Aku terkejut dan membuat mulutku melongo seketika. Aku menutup mulut dengan telapak tanganku. Astaga ini pasti ada hubungannya dengan keputusan yang kami berdua bicarakan. Malang sekali Bara. Aku harus melakukan sesuatu agar Bara tidak perlu mendapat hukuman ini.

"lalu bagaimana sekolahnya ?"

"Mamanya memanggil guru untuk datang kerumah" Jafin melangkah pergi, tapi sebelum dia menjauh aku segera menahan tangannya.

"kau harus membantuku, aku harus bertemu Bara"

Jafin memberiku tatapan jengah, dia menggelengkan kepala lalu melepaskan genggamanku. Aku kembali menariknya, kali ini lebih kuat "aku mohon" aku memberinya tatapan memohon dengan kedua mata berkaca-kaca.

"kau tinggal datang memencet bel di pagar rumahnya. Semudah itu"

Aku menggeleng kuat "tidak.tidak, Mama Bara tidak akan membiarkanku bertemu dengannya"

Jafin menatapku curigia "bukankah kau baru saja berkunjung ke rumah Bara ? Sebenarnya apa yang kalian lakukan sampai membuat Mamanya begitu marah"

Aku menjelaskan semua yang terjadi, mulai dari aku berkunjung ke rumah Bara hingga keputusan yang kuambil bersama Bara kemarin. Setelah Jafin mengetahui seluk beluk permasalahan kami akhirnya Dia mau membantuku untuk bertemu dengan Bara. Besok pulang sekolah kami akan melakukan misi rahasia ke rumah Bara.

Aku dan Jafin mulai menyusun rencana. Rumah Bara diawasi banyak cctv di setiap sudut ruangan. Ada penjaga di pintu gerbang. Sudah pasti Mama Bara memberikan perintah ke semua penjaga untuk melarangku masuk.

"sebaiknya aku berpura-pura jadi laki-laki" kataku memotong penjelasan Jafin.

Jafin menggelengkan kepala "tidak bisa, mereka punya teknologi untuk men-scan tubuh seseorang dan melihat identitas aslinya" jawab Jafin. Akupun hanya bisa diam dan mendengar penjelasan Jafin lagi.

Teknologi yang dimiliki keluarga Bara juga sangat canggih. Tidak sembarang orang bisa masuk. Tamu yang datang harus melalui pemeriksaan dengan scan khusus untuk memeriksa tamu tersebut aman atau tidak serta tidak membawa senjata berbahaya. Mereka sangat ketat dalam menerima tamu. Mengingat papa Jafin adalah pebisnis terpandang dan Mama Jafin seorang ilmuwan yang sudah pasti hasil penelitiannya menjadi rahasia yang harus dijaga sampai beliau mempublikasi jurnal penelitiannya. Banyak orang yang berusaha mengunjungi Lab pribadi milik mama jafin. Beliau ilmuwan yang terkenal di kalangan saintis. Mama jafin orang yang cerdas dan bisa menemukan inovasi baru dibidang tumbuhan. Entah itu penemuan obat baru atau rekayasa genetika dari buah-buahan.

.................................................................................

Hari yang kita tunggu pun tiba. Kami berdua berdiri tak jauh dari gerbang rumah Bara. Entah nantinya aku bisa bertemu Bara atau aku akan semakin jauh dengan Bara aku juga tidak tahu. Sesuai rencana pelayan dapur rumah Bara akan tiba dan kami mendekati mereka. Pekerja tidak perlu melakukan scan identitas hanya melakukan pemeriksaan barang bawaan.

Ketika aku bersama Bara aku tidak perlu repot untuk memeriksa identitas atau barang bawaan. Bahkan aku tidak melihat adanya kesibukan pelayan waktu itu. Sekarang sangat terasa sekali perbedaannya, aku sedang tidak bersama tuan muda rumah ini. Sekarang aku dan Jafin adalah tamu, orang asing yang ingin masuk.

Jafin segera berlari mendekat.

"Bu Surti" Jafin melakukan tugasnya bercengkrama dengan salah satu pelayan yang sudah Dia kenal.

"Mas Jafin, mau bertemu Mas Bara ?" pintu gerbang dibuka dan muncullah dua penjaga berbaju hitam rapi dan salah satu mereka memakai kaca mata hitam.

Sebelum sempat menjawab Bu Surti, Jafin menyapa si penjaga itu "Pak Roni" sebenarnya semua pekerja disini ramah dan baik hanya saja mereka akan tegas jika menyangkut pekerjaan.

Jafin mengobrol dengan mereka untuk membuat mereka nyaman dan tidak merasa curiga. Jafin memberiku komando untuk mendekat. Aku berjalan mendekati mereka dengan jantungku berdegup begitu cepat.

"oh hai, kau sudah datang. Ini temanku, kalau begitu kami masuk dulu ya Bu Surti" ketika petugas penjaga sibuk memeriksa barang belanjaan dan para pelayan sudah nyaman mengobrol dengan Jafin maka di waktu itu kami mengelabui mereka untuk masuk ke rumah tanpa pemeriksaan identitas.

"oh iya silahkan, nanti akan saya buatkan makanan" jawab Bu Surti yang mempersilahkan kami masuk.

Sialnya, jarak pintu gerbang hingga rumah Jafin begitu jauh. Kami harus berjalan cepat sebelum para petugas dan pelayan itu sadar apa kesalahan kami. Aku berdoa dalam hati agar aku bisa selamat dan diberi kesempatan bertemu Bara.

"Jafin !" salah satu petugas memanggil Jafin dengan suara lantang. Kami berdua berdiri kaku seketika. Aliran darahku seperti berhenti. Perlahan Jafin berbalik badan dengan senyum kaku

"iya Pak ?"

"kau membawa siapa ? sebaiknya kita periksa temanmu dulu" matilah aku, kita sudah tertangkap basah. Kedua tanganku terkepal menahan rasa takut yang teramat. Jafin menarikku dan meyakinkanku kita akan baik-baik saja.

Aku menggelengkan kepala dan ingin lari masuk saja "kita sudah tertangkap basah, lebih baik kita ikuti aturan dan pura-pura tidak tahu agar tidak terlihat bahwa ini sudah direncanakan" ahirnya aku mengikuti saran Jafin dan berjalan kembali ke pos penjagaan.

"maaf atas ketidaknyamanan kalian, tapi ini sudah tugas kami" salah seorang petugas yang memakai kacamata berbicara tegas. Aku terkejut dengan suaranya yang lantang karena tadi ketika bercengkrama suaranya terdengar ramah dan menyenangkan. Pak Roni memeriksa isi tas Jafin sedangkan petugas satunya men-scan tubuh Jafin. Tidak ada hal mencurigakan di tubuh Jafin dan tas Jafin.

Sekarang giliranku. Aku menggigit bibir bawah menahan takut. Apa yang akan terjadi padaku jika ketahuan aku adalah tamu larangan. Akankah aku dipenjara atau dijadikan bahan eksperimen. Akankah aku tidak bisa kembali pulang dan bertemu keluargaku. Mengingat hal itu membuatku semakin takut.

Setelah melepaskan tas, aku dipersilahkan masuk ke salah satu pintu. Ruangan itu kecil hanya muat untuk satu orang saja. Ruangan yang terbuat dari kaca, ada pantulan diriku di keempat sisinya. Setelah itu ada cahaya dari atas yang merambat mengenai kepalaku lalu turun hingga ujung kakiku. Setelah beberapa detik pintu kaca terbuka dan wajah petugas penjaga muncul lagi. Aku sudah siap untuk dieksekusi, aku pasrah. Identitasku sudah terbongkar.

"silahkan, pemeriksaan sudah selesai silahkan menemui Mas Bara. terimakasih atas kerjasama kalian" kata si petugas berkacamata.

Aku dan Jafin bengong dan saling pandang. Benarkah kita boleh masuk, kita sudah di scan dengan benar kan.

Sebelum kedua petugas itu berubah pikiran aku segera menarik tangan Jafin untuk menjauh.

"mungkin Mama Bara belum memberi perintah baru untuk melarang identitasmu diterima di rumah ini" ucap Jafin yang masih menatap bingung.

"mungkin juga alat mereka sudah rusak" aku mengatakan kemungkinan lain yang terjadi. Apapun kemungkinan itu yang jelas sekarang aku bisa bertemu Bara.

.......................................................................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now