5. Botol air mineral

280 10 0
                                    

Aku kembali ke kelas. Duduk di kursi dan kuperhatkan kursi Rea masih kosong. Dia belum kembali dari kantin. Jika dia belum juga kembali sampai guruku datang Dia bisa kena masalah lagi. Aku mengeluarkan ponsel dari saku dan mencari nomor ponsel Rea.

"aku sudah disini" tiba-tiba dia sudah muncul disampingku dengan tampang tak berdosa dan mengayunkan ponselnya di depan mukaku.

"kau tidak menyusulku ke perpustakaan ?" tanyaku menyelidik

Sedangkan Rea hanya tersenyum lalu duduk di kursi miliknya. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dengan segala tingkahnya.

"nanti pulang sekolah kau tidak ada rencana kan, kau bisa kerumahku dan kita belajar bersama. Ok ?"

Aku tidak bisa menolak, aku mengkhawatirkan nilainya. Kenapa bisa aku lebih khawatir dari pada dia sendiri.

"aku sibuk" jawabku bohong.

"aku tahu kau pasti akan kerumahku" Dia sangat percaya diri. Rea memelukku seolah sedang merayuku.

"kau tidak bisa begini Rea, kita sudah kelas XI dan sebentar lagi kelas XII, jika kau tidak berubah lebih baik dari sekarang bagaimana-" Rea meletakkan jari telunjuknya di mulutku membuatku terpaksa berhenti bicara.

"sssttt jangan berisik gurunya datang" aku melirik ke depan kelas ternyata benar guruku datang.

                Aku menyimak apa yang disampaikan guruku. Tapi otakku kali ini tidak bisa fokus. Tiba-tiba muncul wajah Bara di dalam kepalaku. Aku menutup mata dan berusaha menghapus bayangan itu. Aku mencoba fokus dan menatap papan tulis lagi. Tapi anehnya bayangan bibir Bara terlihat jelas dikepalaku, seolah itu muncul di papan tulis. Hal itu sampai membuatku tersentak dan aku kembali memejamkan mata. Kali ini aku menggelengkan kepala berharap bayangan kejadian tadi segera hilang.

"kau baik baik saja ?" Rea mengusap pundakku.

Aku hanya mengangguk menjawabnya. Sekali lagi aku mencoba untuk fokus ke guruku. Lima menit pertama aku bisa fokus tapi entah kenapa bayangan kejadian tadi dimana Bara mendekat dan bibir Bara semakin dekat padaku terus tergambar jelas di pikiran. Tidak sadar aku terhanyut dalam lamunanku. Gambaran semua kejadian itu sangat jelas.

"FALEESHA!" panggilan dari guruku dengan nada tinggi menyadarkanku, membuyarkan segala lamunanku.

"hah no kiss" aku terkejut dan reflek mulutku mengucapkan kalimat laknat itu. Seluruh siswa tertawa mendengarku. Bahkah Rea juga terkekeh geli. Aku malu sekali, sangat malu.

"maaf Bu" aku meminta maaf dengan wajah takut. Semoga guruku tidak bertanya yang membuatku bingung menjawab.

"Faleesha, sebutkan salah satu proses yang terjadi di dalam mitokondria ?"

Tiba-tiba kepalaku nge-blank, aduh apa ya. Mitokondria ....

"glikolisis" jawabku dengan ragu.

"benar. Untung kau masih pintar. Jangan melamun di dalam kelas, apalagi melamunkan hal yang tidak semestinya"

"Baik Bu" seisi kelas kembali terkikik. Aku menyesali perbuatanku. Aku seharusnya tadi menghentikan lamunanku kenapa malah diteruskan.

"melamun jorok ya" bisik Rea padaku.

"bukan"

"itu tadi mikirin ciuman. Ih Faleesha diam diam di kelas ngelamun jorok ih. Mau dicium siapa, cerita dong" Rea terus menggodaku. Aku ingin menyumpal mulutnya dengan kertas agar diam.

"aku ingat film romantis yang tadi malam ku tonton. Itu saja" aku berbohong untuk kebaikan. Semoga dia berhenti menuduhku.

"kau bohong"

Who Are U ?Where stories live. Discover now