Empat hari aku menyimpan jaket milik Bara yang belum kucuci. Aku masih suka menikmati aroma tubuh Bara yang tertinggal di jaket ini. Aku seperti kecanduan. Tapi hari ini jaket ini sudah kucuci dengan bersih dan aku akan segera mengembalikannya, sebelum Bara curiga.
"hari ini kita harus berpisah, jangan cerita ke Bara tentang apa yang kita lakukan berdua ya" aku bicara dengan jaket itu. Sebelum kumasukkan ke dalam tas dan aku menyemprotkan parfum milikku. Hanya dua kali semprotan cukup.
Ketika bel istirahat berbunyi aku menolak ajakan Rea untuk ke kantin. Aku harus ke kelas Bara mengembalikan ini. Aku tidak mengirim pesan apapun ke Bara karena sampai sekarang aku belum tahu nomor ponsel Bara, kami belum pernah bertukar pesan. Kuharap Aku akan menemukan Bara di kelas.
Aku harus cepat cepat sampai di kelas Bara sebelum Dia keburu keluar untuk istirahat. Ketika mendekati kelas Bara aku dengar keributan dari sana. Aku penasaran apa yang sedang terjadi disana, apa pelajaran belum selesai. Padahal kelas lain sudah tidak ada guru, apa mungkin di kelas Bara ada yang ulang tahun.
Sampai di depan pintu kelas Bara aku berdiri diam disana. Satu kelas sedang berbondong-bondong mengangkat tubuh salah seorang siswa. Sepertinya siswa perempuan itu pingsan dan yang lain membantu membopong tubunya.
"hey kakinya tersangkut"
"kita bawa ke uks sekarang"
"badannya panas, panas sekali"
"kenapa tidak ada yang tahu dia sakit"
"hey yang bawa jangan banyak-banyak ini membuat kita kesulitan jalan"
"bodoh kakimu menginjak kakiku"
"hey hati-hati jika kau jatuh semua jadi jatuh"
Begitu suara perdebatan mereka yang sibuk bergotong royong membawa siswa yang pingsan itu. Mereka terlihat panik dan khawatir, beberapa perempuan bahkan menangis histeris. Sepertinya itu sahabatnya, dia khawatir siswa itu dalam kondisi berbahaya.
Aku mundur untuk memberi jalan mereka. Kehebohan mereka masih terus berlanjut di sepanjang jalan. Mereka berteriak untuk meminta jalan agar siswa lain minggir.
Aku meilirik ke dalam kelas, apa Bara juga ikut kesana. Tapi pikiran itu segera terbantah ketika aku melihat Bara duduk di kursi dan asyik membaca buku. Lalu sesaat kemudian Dia menutup bukunya dan berjalan keluar. Aku segera menjauh untuk menghindari Bara.
Semua siswa tidak ada kecuali Bara. Apa hanya Bara yang tidak peduli dengan kejadian itu. Kejadian itu di kelasnya sendiri lalu bagaimana bisa Bara bersikap acuh. Ini terjadi karena Bara yang arogan atau karena kehadiran Bara yang tidak diterima lingkungan.
Tapi sikap Bara di depanku tidak seperti itu. Tidak pernah menunjukkan gelagat dia orang yang arogan dan tidak peduli sekitar. Kepalaku serasa berputar memikirkan hal itu.
"hey" suara itu membuatku terkejut dan seketika aku berteriak.
"WAAAAA" tiba-tiba tangan Bara bergerak menutup mulutku.
"eh jangan berteriak" ucap Bara dengan tubuh yang semakin dekat dan mendorongku sampai punggungku menempel dinding.
Akupun diam dan pikiranku kembali tersadar. Aku melepas tangan Bara dari mulutku. Kurasa ada sisa air liurku di tangan Bara.
"maaf" ucapku sambil membersihkan sisa air liru itu dengan telapak tanganku satunya.
"ieewh" ucap Bara meledekku. Aku memberinya tatapan kesal tapi dia malah terkekeh tertawa. Dia yang membuatku terkejut dan dia yang menyumpal mulutku, seharusnya jika tangannya penuh liur begini bukan salahku kan, karena ini semua Dialah penyebabnya.
YOU ARE READING
Who Are U ?
Ficção CientíficaPada awalnya semua berjalan normal. Kita bertemu tanpa sengaja, saling mengenal dan semakin dekat. Diam-diam aku menyukaimu dan ternyata kaupun juga. Tidak ada yang lebih indah didunia ini selain perasaan yang terbalas. Sampai pada suatu hari semua...