11. Keju

184 22 1
                                    

Pukul 08.56 Pagi

“Kamu bakal bolos lagi?” tanya ayahmu yang sudah siap dengan pakaian formalnya.

Kamu hanya mengangguk, “Y/n males kuliah. Pengennya langsung nikah, begitu-begitu, hamil, punya anak. Udah sih itu aja.”

Ibumu menghela napas, “Mau dikasih makan apa anak kamu? kalo dapet suami tajir sih gak masalah.”

“Y/n gak peduli. Mau makan batu, pasir, semen, ataupun kerikil, Y/n gak peduli. Pokoknya Y/n mau nikah.”

“KAMU PIKIR ANAK KAMU ITU APAAN?! MAKANNYA BAHAN BANGUNAN!”

“Sama aja sih. Bangunan dibuat sambil berkeringat, anak juga kek gitu. Bedanya kalo buat anak itu bisa dinikmatin.”

Ibumu hanya bisa menggelengkan kepalanya, “Boleh gak sih Mama jual kamu?”

“Emang ada yang mau beli Y/n?” ujarmu yang diangguki Jay dan Ayahmu.

“Bener tuh, yang ada cuman jadi beban hidup aja.”

Kamu mengangguk, “Itu tau.”

“Y/n berangkat.” ujarmu lalu beranjak meninggalkan tempatmu.

BRUKKK!!!

“Akhhh.”

“NOONA!!” Jay segera menghampirimu. Ia kemudian mengusap-usap pelan lantai dimana kamu terjatuh.

“Lantainya gak lecet 'kan?”

Plak!

“Akhhh, Noona sakit!”

Jay segera melirik ke arah ayah dan ibumu, “Mama--”

SRETT!!

“Sini lu curut!”

Kamu menarik Jay keluar dari rumah. Kamu baru melepas cengkramanmu begitu sudah sampai di depan mobil sport milikmu.

“Anterin gue. Setelah itu, lo bebas pake mobil gue kemana aja.”

Jay membulatkan matanya, “Beneran, Noona?”

Kamu hanya mengangguk malas. Sebenarnya malas membujuk Jay dengan cara ini.

Chup!

“Jay sayang Noona!” ujarnya antusias kemudian memelukmu setelah mengecup pipimu.

“Udah sih! gak usah peluk lama-lama. Gak usah teriak juga, napas lo bau jengkol.”

---

Kamu sudah sampai di area kantor. Sedari tadi kamu sudah senyum-senyum sendiri karena masuk bersamaan dengan Jungkook.

“Bapak nungguin saya yah?”

“Ge er kamu.” ujarnya dingin.

Jungkook berhenti melangkah lalu menghadap ke arahmu, “Daripada kamu gak ada kerjaan, mending kamu minta berkas sama Lucas terus bawa ke ruangan saya.”

“Berkas apa? Ah, berkas-berkas buat pernikahan kita yah? Bapak mah gitu, kan saya bisa bantu, gak harus bapak semua yang urus.”

Jungkook tersenyum ke arahmu, “Berkas buat mengurus pemakaman kamu.”

---

Cklek!

“Mama? sejak kapan mama dateng?”

Yuri, ibu Jungkook hanya tersenyum, “Baru aja.”

Jungkook berjalan ke arah ibunya sambil memicinkan matanya sebagai tanda ia sedang curiga. Tidak biasanya ia akan disambut dengan senyuman, apalagi sampai Yuri harus menunggu, pasti Jungkook biasanya akan dimarahi.

SUAMI DARI MUSUH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang