09. Jealous?

188 23 0
                                    

Kini kamu tengah duduk di meja bundar. Posisinya kamu duduk disamping kanan Jungkook, Taeyong disamping Hara, sementara Jungkook ditengah-tengah antara kamu dan Hara.

“Oppa?”

“Ya, sayang.”

“Mphhftttttt!!!”

Taeyong menunjukkan ekspresi datar begitu Jungkook menyemburkan makanan ke arahnya.

“SAYANG? KALIAN JADIAN?!”

Kamu menunjukkan ekspresi mengejek lalu meraih lengan Jungkook dan memeluknya meski ada Hara yang tengah melotot ke arahmu.

“Gak jadian, kok. Gak usah kaget gitu, by.”

“BY, BY YOUR EYES! ISTRINYA ADA DISINI, HEH!!”

Kamu mengusap pelan tengkukmu, “Restoran ini kayaknya ada penghuninya. Kayak ada yang teriak, tapi wujudnya gak keliatan”

“APA LO BILANG!! LO ITU--HUMPPHHH” gertakan Hara terhenti begitu kamu langsung menyumpal mulutnya dengan beberapa lembar tissu.

“Gak usah teriak. Suara lo bagus, tapi lebih bagus lagi kalo lo diem. Teriak sekali lagi, gue keluarin lo dari kampus.”

Hara mendegus kesal lalu membuang tissu yang menyumpal mulutnya.

Jungkook menepis tanganmu pelan, “Jadian juga gak apa-apa kali. Saya gak peduli.”

“Bilangnya gak apa-apa, padahal hatinya retak. Ck!”

Kamu melanjutkan acara makanmu, sesekali menyuapi Taeyong bahkan melap wajah Taeyong yang terkena semburan makanan.

---

Cklek!

“BAPAK DIREKTUR KESAYANGAN Y/N! YUHU!!”

Kamu hendak berlari ke arah Jungkook, namun langkahmu terhenti begitu melihat sosok wanita yang sudah kelihatan cukup berumur tengah duduk dihadapan Jungkook.

“Mama gak usah tanggepin dia. Otaknya memang rada geser.”

“Mama?” gumammu pelan, setelahnya mengangguk paham. Jadi dia ibunya Jungkook.

Kamu segera berjalan ke arah ibu Jungkook dan meraih tangannya setelahnya salim layaknya seorang anak ke ibunya.

“Selamat sore, Mama mertua.”

Kening ibu Jungkook mengkerut, “Mama mertua?”

Kamu mengangguk mantap, “Mama mertua Y/n di masa yang akan datang.”

Jungkook memijit pelipisnya. Ternyata ada manusia seberani Y/n di dunia ini. Jungkook saja jika berbicara dengan ibunya pasti dipikir-pikir dulu, terlebih ibunya terkenal galak.

“Itu jidat kamu kenapa?”

Kamu menyentuh jidatmu yang ditempeli plester akibat terbentur di tembok hari itu, tak lama kamu menunjukkan ekspresi memelas dengan puppy eyes.

“Jungkook lempar pulpen ke Y/n, makanya luka.”

BRAKK!!

Jungkook memukul meja lalu menatapmu dengan tatapan tajam, “Heh, luka dikepala kamu itu karena kebentur ditembok! kamu juga lempar saya pakai sepatu setelahnya.”

“Jungkook, duduk.” tegas ibu Jungkook membuat Jungkook langsung duduk menurut.

Kamu menjulurkan lidahmu ke arah Jungkook, hal itu tak luput dari perhatian ibu Jungkook.

“Pak, itu berkas-berkas yang bapak suruh udah saya kerjain semua. Ada diatas meja saya. Saya izin pulang aja yah, Pak.”

“Kenapa gak dibawa kesini aja? Masa saya harus ambil sendiri.”

Kamu tersenyum lebar, “Kalau saya bisa membuat hidup bapak lebih sulit, kenapa harus saya permudah?”

“Yang bos itu sebenarnya saya atau kamu sih?”

“Ying sibinirnyi bis iti siyi itii kimi sih.” Kamu hanya menye-menyekan bibirmu mengejek Jungkook membuat Jungkook melotot.

Kamu melirik ke arah ibu Jungkook, “Mama mertua, calon menantu Mama yang cantik, baik hati, rajin menabung dan tidak sombong ini mau pamit dulu. Besok Mama datang lagi yah? Nanti kita gibah bareng.”

Kamu membungkuk hormat lalu berjalan keluar dari ruangan Jungkook. Ibu Jungkook yang melihat kepergian mu hanya menunjukkan ekspresi datar.

“Itu karyawan kamu?”

Jungkook mengangguk, “Tenang aja, kalau Mama gak suka, Jungkook bakal pecat dia kok.”

“Kata siapa Mama gak suka sama dia? hum? awas yah kalau sampai kamu mau pecat dia, Mama bakal pecat kamu jadi anak mama, terus mama usir. Biarin jadi gembel diluar sana.” ujar ibu Jungkook lalu berjalan keluar dari ruangan Jungkook.

Jungkook hanya menunjukkan ekspresi tak percaya, “Yang anak kandung sebenarnya siapa sih?”

---

Pukul 07.43 Malam.

Kamu tengah berada di Indomaret guna membeli beberapa kepentingan pribadi, berhubung hari ini adalah hari pertama kamu datang bulan.

“Enaknya pakai yang cool apa yang bersayap yah? kalau yang cool bisa-bisa gue membeku, kalau yang bersayap, jangan sampai gue terbang.”

Kamu mengetuk-ngetuk dagumu dengan jari telunjukmu. Berpikir cukup lama, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil kedua pilihan mu tadi.

Setelahnya kamu berjalan menuju rak snack. Kamu mendengus kesal begitu melihat snack favorit mu berada di rak paling atas.

“Bener-bener yah nih yang punya Indojuni. Bisa-bisanya snack favorit gue disimpen di rak paling atas. Ck! Gue tuntut juga lama-lama nih!”

Kamu mengedarkan pandanganmu mencari bantuan. Atensimu terhenti begitu melihat sosok yang kamu kenali tengah sibuk memilih minuman.

Penampilannya sangat keren, layaknya seperti anak kuliahan. Dia memakai kaos oblong putih dilapisi jaket jeans abu-abu, celana jeans panjang berwarna hitam dengan style robekan dibagian lutut.

Kamu berjalan menghampirinya, “Sayang ... pengen snack itu.” ujarmu sambil menunjuk snack favorit mu.

“Sayang? hah? emang kita kenal?” ujar Jungkook berpura-pura tak mengenalimu.

Kamu mengerucutkan bibirmu. Saat seorang ibu-ibu melewatimu, kamu langsung menahannya.

“Ada apa, dek?”

Kamu menunjukkan muka memelas, “Saya boleh minta tolong gak bu? tolong ambilin saya snack itu.” ujarmu sambil menunjuk snack barusan.

“Saya ngidam pengen makan itu, tapi suami saya malah cuekin saya.” sambungmu membuat Jungkook yang mendengarnya jadi melotot.

“Mas, kalo istri lagi ngidam itu diturutin. Nanti bayinya ileran loh.”

“Tapi, bu--”

“Gak ada tapi-tapian. Buruan ambil snack-nya.”

Jungkook hanya tersenyum paksa. Dapat dilihat dari ekspresinya kalau dia sangat tertekan. Dia kemudian berjalan menuju rak snack itu.

“Makasih, Bu.”

“Sama-sama.” setelah mengucapkan itu, ibu-ibu itupun berjalan meninggalkanmu.

Kamu berjalan mendekati Jungkook. Jungkook mengambil snack yang kamu tunjuk dan diberikan kepadamu.

“Nih, makanya jadi orang itu jangan pendek-pendek amat, kayak tuyul.”

“Bapak gak boleh body skriping yah!”

“Body shaming, anj*r!”

.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

SUAMI DARI MUSUH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang