30. Peduli

132 21 3
                                    


Jungkook masih senantiasa berdiri diambang pintu. Ia masih memandangmu dari jauh, kamu masih terlelap tidur membuatnya bebas untuk memandangimu.

“Aku kangen kamu. Aku kangen omelan kamu, umpatan dari bibir kecil kamu. Aku kangen semuanya.”

Taeyong menepuk pundak Jungkook pelan, “Bawa dia pulang aja. Mumpung dia masih tidur.”

Jungkook menggeleng, “Gue bakal jemput dia kalo dia udah ngerasa baikan. Gue gak mau bikin dia makin tertekan karena keegoisan gue, gue yakin dia butuh waktu untuk nerima semuanya.”

Jungkook menatap Taeyong, “Lo mau kan bantuin gue cari bukti?”

Taeyong mengeryit dahinya, “Bukti apa?”

Jungkook menghela napas sejenak, “Bukti kejahatan Papa aku. Aku memang belum terlalu yakin kalau Papa ngelakuin itu. Tapi ngeliat gimana marahnya Y/n, gimana sakitnya pandangan dia waktu aku belain Papa aku, entah kenapa aku lebih percaya sama dia. Terlebih aku bener-bener gak tau apa yang dilakuin Papa dibelakang aku selama ini.”

“Memang Papa lo ngelakuin apa sampai-sampai lo harus nyari bukti kayak gini?”

Jungkook kembali memandang ke arahmu, memandangmu dengan tatapan sendu, “Papa yang udah b*nuh Kakaknya Y/n, kakak yang mirip banget sama Lo, itu alasan gue larang lo buat deket-deket sama Papa gue. Karena bisa jadi dengan ngeliat lo, Papa akan selalu terbayang-bayang sama tindak kejahatan yang udah dia lakuin.”

Taeyong hanya bisa menelan ludahnya kasar. Dia jadi takut akan jadi incaran juga.

---

Kamu tengah menonron televisi bersama Taeyong. Berusaha untuk bersantai melupakan sejenak tentang Jungkook, meski kamu masih sesekali merindukan pria itu.

Drttt
Drrtt

Taeyong segera meraih ponselnya yang berdering diatas meja tamu. Dia mengerutkan keningnya, untuk apa Jungkook menghubunginya? padahal dia baru saja pergi 3 jam yang lalu.

“Halo? Apaan?”

“Gue di rumah sakit deket kantor gue sekarang. Gue abis kecelakaan.” ujarnya.

“APA!!”

Kamu sedikit menutup telingamu, suara teriakan Taeyong benar-benar terdengar memekik. Dia kemudian beralih menatapmu.

“Y/n?” panggil Taeyong pelan.

Kamu mengangkat sebelah alismu, “Hum.”

“Kamu udah tau belum, kalo Jungkook ... Jungkook kecelakaan. Kakinya pusing, lehernya demam, palanya keseleo.”

Jujur saja kamu kaget mendengar perkataan Taeyong. Kamu bahkan tak menyadari ucapan tak jelas dari Taeyong. Apa benar kondisi Jungkook separah itu sampai Taeyong salah ucap?

“Anj*r” umpat Jungkook pelan, dan tentu saja tak didengar olehmu karena Taeyong tak meng-loudspeaker-nya.

Kamu berpikir sejenak lalu kembali menatap Taeyong, “Dimana Jungkook sekarang?”

Mendengar suaramu yang mengkhawatirkan serta ingin menyusulnya membuat senyum Jungkook mengembang.

“Dia di rumah sakit deket kantornya.”

Kamu segera beranjak dari tempat dudukmu, hendak menyusul Jungkook.

“Bilangin kalo kepala gue bakal di operasi.” ujar Jungkook memperparah.

“Y/NN!! PALA JUNGKOOK JUGA MAU DIAMPUTASI!!”

“ANJ*RR!!”

Kamu semakin berlari menuju halaman depan untuk mencari taksi. Setelah kepergianmu, Taeyong baru menyadari sesuatu, “Lah? gimana cara lo ngomong kalo pala lu di amputasi?”

“DI OPERASI ANJ*RR!! NAPA MALAH NYASAR KE AMPUTASI!!

“Perasaan tadi lo bilangnya amputasi.”

“MANA ADA!! MAKANYA KALO LU BELI SIOMAY, TUSUKNYA JANGAN LANGSUNG LU BUANG, PAKE TUH BUAT NGOREK PERTAMBANGAN DI TELINGA LU!!”

Tut.

Taeyong menjauhkan ponselnya dari telinganya setelah Jungkook mengakhiri panggilan telepon itu secara sepihak.

“Emang telinga gue punya pertambangan?”

Taeyong mengorek telinganya, ia sedikit menutup sebelah matanya karena kesakitan. Setelahnya ia mengeluarkan jari kelingkingnya dari dalam telinganya dan terdapat sebuah benda diujung jari kelingkingnya.

“ANJ*RR!! BERLIAN HITAM!!”

.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

SUAMI DARI MUSUH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang