15. Calon Mertua

160 22 1
                                    

Jungkook memegangi kepalanya yang barusan terbentur lalu berbalik menatapmu.

“Hampir lupa, Mama saya juga manggil kamu ke rumah kalo kamu udah baikan. Nah sekarang kamu udah”

Kamu segera beranjak dari lantai kemudian duduk di brankar, “Ngapain? buat persiapan lamaran buat saya yah?”

“Oh tentu aja ... bukan.” ujar Jungkook.

“Udah buruan, gak usah pulang mandi, gak usah gosok gigi. Nanti kalo lambat, Mama saya bisa gantung saya dijemuran.”

---

Tok Tok Tok

“Iya, sebentar.” teriak Yuri dari dalam.

Tok Tok Tok

“IYA, SABAR NAPA!! BULU KETEK SAYA BELUM KERING INI!!”

Yuri segera berjalan menuju pintu utama, hanya dengan handuk yang melilit tubuh polosnya.

Cklek!

“APAAN SIH KAMU ANAK SET--ehh calon menantu mama.” ujar Yuri yang hendak mengomeli Jungkook namun langsung tersenyum begitu melihatmu.

“Eh, Mama. Gimana, Ma? bulu ketek Mama udah kering belum?”

“Belum sih. Ini masih digosok-gosok biar cepat kering.” ujar Yuri lalu memperlihatkan bulu keteknya yang sedang ia gosok dengan tissu.

Kamu tercengang melihatnya, “Panjang yah, kayak punya anak Mama ”

Jungkook menatap datar ke arah mu, “Maksudnya apa nih?”

“Bapak tuh pikirannya jangan ngeres mulu. Maksudnya itu panjang kayak perjalanan kisah cinta saya dan bapak.”

“Sh*t!” umpatnya.

“Humppphhh.”

“Rasain, siapa suruh ngumpat calon menantu Mama kayak gitu.”

Yuri menarik lenganmu dan mengajakmu masuk ke dalam rumahnya.

Sementara Jungkook sudah hampir muntah akibat mulutnya disumpal tissu bekas gosokan ketiak.

“Mama udah berapa tahun sih gak pernag pakai deodorant?”

---

Kini Yuri dengan telaten mengajarimu memasak, padahal itu sebenarnya tidak perlu. Meskipun otakmu agak bermasalah, tapi kalau soal memasak, keahlianmu bisalah dibandingkan dengan chef profesional.

Sementara daritadi Jungkook hanya duduk disofa ruang tamunya. Ia harusnya berangkat ke kantor, namun Yuri melarangnya berangkat. Sementara Hara sendiri belum pulang dari kampus.

“Sayang, ini TBM-nya habis. Kamu bisa gak suruh Jungkook beli di warung sebelah?”

Kamu mengangguk kemudian berjalan ke arah Jungkook, “Pak, disuruh Mama beli BBM.”

Kening Jungkook mengeryit, “BBM? buat apa?”

“Buat hapus dosa-dosa, Bapak. ... yah buat bikin adonan kue lah.”

“BBM? TBM kali.”

“Sama aja.”

Jungkook melotot ke arah mu, “SAMA AJA YOUR HEAD FATHER!! BBM MAU KAMU PAKE BUAT DICAMPUR ADONAN KUE? MAU BAKAR DIRI KAMU!”

“Sabar, Pak. Sabar. Orang sabar pant*tnya lebar.”

“Pant*t lebar, pant*t lebar. JIDATMU YANG LEBAR!”

Setelah puas melampiaskan emosinya, Jungkook berjalan menuju warung paling dekat, sementara kamu sendiri sedang menyentuh jidatmu.

“Emang jidat gue lebar?”

Kamu hanya menggidikkan bahumu. 5 menit kemudian Jungkook pulang sambil membawa bahan yang kamu maksud.

“Ini.” ujarnya lalu menyerahkannya padamu.

“Makasih, sayang. Makin cinta deh.”

Jungkook berdecih, “Cih! Tai.”

Jungkook berjalan menuju sofa dan mulai sibuk dengan urusannya kembali.

“Sayang, kamu temenin aja Jungkook sana. Biar Mama yang ngerjain.”

“Tapi, Ma--”

“Udah sana.” ujar Yuri yang kamu balas dengan anggukan.

Kamu menghampiri Jungkook yang sedang sibuk memainkan ponselnya di ruang tamu lalu duduk disamping pria itu.

“Bapak lagi ngapain?”

“Lagi dugem!” jawabnya ketus.

Kamu mengangguk paham, “Oh, dugem. Kirain lagi main HP.”

“KALO UDAH TAU KENAPA NANYA, ANJ-- Aishhh!!”

“Namanya juga basa basi, Pak.”

Kamu kemudian semakin menggeser bokokngmu hingga kini kamu duduk semakin dekat dengan Jungkook.

“Bapak mau dengerin cerita saya pas lagi dirumah sakit semalam, gak?”

“Gak, makasih.”

“Jadi gini pak--”

“Kebiasaan.” ujarnya kesal, ia sudah bilang kalau tak mau mendengar ceritamu, namun kamu malah melanjutkannya.

“Jadi gini, Pak. Semalam 'kan saya sendirian tuh di rumah sakit soalnya Mama sama Papa sibuk, terus Jay juga nginep dirumah temennya ngerjain tugas kelompok. Nah, pas sekitar jam 2 pagi saya bangun karena kebelet. Pas saya udah keluar dari toilet, saya denger kek ada yang ngetok-ngetok pintu ruang rawat saya dari luar.”

“Terus-terus?” tanya Jungkook, sepertinya ia mulai tertarik dengan ceritamu bahkan ia sudah menaruh ponselnya diatas meja agar fokus mendengarmu bercerita.

“Nah, abis itu kan saya penasaran tuh. Saya jalan deketin pintu itu. Saya ngintip di jendela-jendela yang dipasang dipintu kan, abis itu ...”

“Abis itu apa?” tanyanya makin penasaran.

“Abis itu ... abis itu saya gak tau lagi sih, Pak. Soalnya saya cuman ngarang.”

Plak!

.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

SUAMI DARI MUSUH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang