14. Salting

153 22 0
                                    

Pukul 07.28 Pagi

Jungkook mengerjapkan matanya begitu sinar matahari mulai masuk kedalam kamarnya dan mengenai kelopak matanya.

“Morning, sayang.”

“Astaga, Mama! ngagetin aja sih.” ujar Jungkook yang langsung terbangun akibat kaget dengan kehadiran mamanya disampingnya.

“Itu suara ngorok apa traktor sih? berisik banget.” julid Yuri pada Hara yang masih molor disamping Jungkook.

Jungkook hanya mengangkat bahunya. Ia kemudian melirik ke atas nakas dan melihat sebuah paper bag.

“Apaan tuh, Ma?”

“Itu kue brownies buat calon menantu Mama, si Yn sebagai tanda permintaan maaf. Ini 'kan weekend, jadi kamu anterin ke rumah sakit yah? soalnya Mama lagi sibuk banget, sayang.”

Jungkook mengusap wajahnya, “Ma, Jungkook it--”

“Gak ada protes, protes. Anterin pokoknya. Mau mama gantung kamu di tempat jemuran?”

“Ya janganlah, Ma. Iya, nanti Jungkook anterin. Jungkook mau mandi dulu.”

Jungkook segera beranjak dari tempat tidur kemudian berjalan ke arah kamar mandi.

“Eunghhh.” Hara melenguh pelan, kemudian mengerjapkan matanya. Ia tersentak kaget begitu melihat mertuanya sudah duduk dikasurnya.

“Eh, Mama. Pagi, Ma.” sapanya.

Yuri tersenyum paksa, “Pagi menantu laknat.”

---

“Udah mama bilangin juga jangan asal makan. Gini 'kan jadinya?!”

Kamu hanya memutar bola matamu malas. Sedari tadi telingamu mulai panas karena mendengar omelan dari ibumu.

“Ma--”

“Diem kamu! Mama gak nyuruh kamu ngomong. Lagian kok kamu bisa sih punya alergi sama keju separah ini? sampai masuk rumah sakit pula. Biasanya juga kamu ngemilin palu, obeng, linggis bahkan sering minum air bekas cebok sama air gorong-gorong tapi gak kenapa-kenapa tuh?!”

Kamu berdecak pelan, “Y/n gak kenapa-kenapa, Ma. Gak separah itu juga. Paling mati doang.”

Ibumu melotot ke arahmu, “Mati doang kamu bilang? MATI DOANG PALAMU PEANG! NANTI KALAU KAMU MATI SIAPA YANG JADI BABU MAMA!”

Ayahmu mengelus pelan punggung ibumu untuk menenangkan ibumu, “Kan apa papa bilang waktu itu, Ma? Pas Mama mau lahirin Y/n, jangan berak dulu. Tahan sampai selesai lahiran baru berak. Kan jadinya otak Y/n kebalik karena keserempet Tai.”

“Papa diem!”

“Jay, kamu juga diem!” ujar ibumu menunjuk Jay yang sedari tadi diam saja.

“Ma, Jay cuman napas loh daritadi. Kok kena semprot juga?” protes Jay.

Tok Tok Tok

Cklek!

Jungkook berhenti melangkah begitu melihat ayah, ibumu, dan Jay melirik ke arahnya.

Ibumu lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arahmu, “Siapa lagi ini? pacar kamu yang ke sembilan?”

Kamu tersenyum, “Calon suami, Ma.”

“Hyung, masuk.” panggil Jay pada Jungkook membuat Jungkook tersenyum kaku.

Jungkook kemudian berjalan mendekati Ayah dan ibumu lalu menyalimi mereka.

“Selamat pagi, om, tante.”

Ayahmu menatap datar ke arah Jungkook, “Om, Tante? kita gak sedekat itu yah, Bro. Nikahin anak saya dulu baru bilang gitu. Panggil Mama, papa juga udah boleh.”

Jungkook hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tapi kini ia tersenyum senang. Ayahmu benar-benar mengingatkannya pada mendiang ayahnya.

“Namanya siapa ganteng?” tanya ibumu pada Jungkook.

“Jungkook, Jeon Jungkook.”

“Ganteng banget sih.” ujar ibumu gemas, bahkan sudah mencubit kedua pipi Jungkook membuat Jungkook tersenyum sambil menahan rasa sakit di pipinya.

“Ma, lepasin. Itu Jungkook kesakitan.”

Ibumu kemudian melepaskan cubitannya dari pipi Jungkook dan melihat pipi Jungkook yang memerah.

“Rahasia mama, papa kamu apa sih? kok bisa ganteng gini. Gak kayak tante, anak pertama dan terakhir sih berhasil, tapi anak tengah agak sengklek.”

Kamu mencebikkan bibirmu kesal, “Mama ishhh!!”

“Ssst ... diem. Beban keluarga gak boleh nyahut.”

Ayahmu membelai rambutmu, “Mama, Papa sama Jay pulang dulu yah? kamu udah boleh pulang juga 'kan? mau ikut sama Mama Papa sekalian, atau nanti?”

Kamu berpikir sejenak, “Nanti aja deh, Pa. Ada Jungkook juga disini.”

“Hyung, itu apaan?” tanya Jay yang kini mendekat ke arah Jungkook untuk melihat isi paper bag yang Jungkook pegang.

“Eumm ... ini kue brownies dari Mama buat--”

Jay merebut paper bag itu dari Jungkook, “Buat Noona 'kan?”

“Noona! Brownies nya buat Jay yah?” sambung Jay lalu berjalan keluar dari ruangan mu diikuti ayah dan ibumu.

Kini hanya kamu dan Jungkook di ruangan ini membuat suasana terasa hening.

“Kamu udah boleh pulang?”

Kamu mengangguk, “Udah, Pak. Ini infusnya udah dilepas juga.”

Jungkook duduk di sampingmu, membuat kamu menatapnya mengejek.

“Bener kata Mama, bapak ganteng banget.” ujarmu membuat pipi Jungkook semakin merona, bahkan kini sudah menjalar sampai telinganya.

“Ciee, ada yang salting.”

Jungkook segera berdiri, “S-Siapa yang salting! saya pulang aja, lagian kamu udah boleh pulang juga!”

Jungkook berjalan menuju tembok, “INI PINTUNYA KOK HILANG SIH?!”

Kamu tertawa cekikikan, “Itu pintunya disebelah bapak. Bapak salting sampe gak liat pintu.”

Jungkook berbalik menatapmu dengan tatapan datar, “Siapa yang salting? huh?!”

“Ciee, salting HAHAHAHA.”

Kamu tertawa terbahak-bahak melihat Jungkook yang malah terlihat malu-malu sendiri.

BRUKK!!

“Awwww” Kamu meringis begitu terjatuh dari atas brankar akibat terlalu banyak gerak.

“Cie, Jatoh HAHAHAH.” Jungkook tertawa lalu berbalik untuk pergi.

BUGHH!!

“Akhhhh.” Kini giliran Jungkook yang malah terbentur di tembok, pria itu memegangi kepalanya yang baru saja terbentur.

Kamu tersenyum miring ke arah Jungkook, “Rasain tuh. Cieeeee kejedot, canda kejedot.”

.
.
.
.
.
.
.

TBC

SUAMI DARI MUSUH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang