Usai pembicaraan mereka malam itu, Renjun sedikit segan untuk terus menghubungi Jaemin dalam setiap kegiatannya. Sedikit banyaknya pernyataan Jaemin membuatnya merasa bingung. Renjun sejenak lupa tentang siapa mereka. Bagaimana pola pikir yang selama ini menjadi patokan hidupnya.
Jaemin sahabatnya.
Sedikit terlihat jahat memang, Renjun tidak ingin melibatkan banyak orang dalam kisah hidupnya. Namun tanpa sadar ia telah melibatkan Jaemin dalam segala urusannya. Hingga mungkin harapan mulai terpupuk seiring waktu berjalan.
Satu minggu telah berlalu sejak malam itu. Satu minggu pula ia tidak mengunjungi Jeno dirumah sakit. Bukan tidak ingin, tapi memang keadaannya yang memaksanya untuk tetap berdiam diri dalan rumah. Serta satu minggu juga tidak ada komunikasi antara dirinya dan Jaemin.
Dan hari ini, ia memaksakan diri keluar dari rumah. Berbelanja kebutuhan yang seharusnya dilakukan tiga hari yang lalu. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan udara segar diluar rumah. Sesak yang masih enggan pergi dari dadanya seolah mengoloknya menjadi manusia paling menyedihkan. Dalam keadaan sendirian, ia mencoba bangkit. Membawa kakinya untuk terus berjalan mengikuti arus alur kehidupannya.
Raut cerianya menghilang sejak beberapa waktu. Sebenarnya, Renjun dibingungkan dengan bagaimana cara ia menjalani hidup. Apa dirinya mampu bertahan hingga masa yang akan datang? Mengurus anaknya seorang diri. Atau yang paling dekat, apa ia bisa membawa malaikat kecilnya dengan sehat dan selamat? Banyak pertanyaan rancu yang meneror pikirannya. Kadang juga, ia berpikir untuk menyerah. Berpikir bahwa dunia terlalu kejam untuk anaknya yang rapuh. Pernah sekali Renjun memutuskan untuk menggugurkan anaknya.
Sebagai calon ibu, segala pertimbangan ia siapkan sejak dini. Menjadi orang tua bukan perkara hamil dan melahirkan. Renjun terlalu rapuh untuk mengurus anak seorang diri. Untuk dirinya sendiri saja ia masih butuh topangan orang lain. Namun apa boleh buat? Siap tidak siap, anaknya telah menjadi tanggung jawabnya. Menghilangkannya hanya akan menimbulkan kembali penyesalan, mungkin hingga dirinya mati sekalipun.
Dengan segala pemikiran tentang hidupnya, ia mengeratkan mantelnya. Melindungi tubuh dari terpaan hawa dingin. Sesekali tangannya yang berada disaku mantel mengusap pelan perutnya. Menanggapi gerakan kecil dari anaknya. Kakinya terus melangkah memasuki pusat perbelanjaan. Matanya berbinar saat melihat toko perlengkapan bayi didepan sana. Namun ia urungkan niatnya untuk masuk, Renjun belum ada persiapan apa saja yang alam dibeli untuk anaknya. Mungkin lain kali.
Renjun memilih masuk ke dalam super market. Mengambil satu keranjang dorong. Matanya meneliti bahan-bahan yang akan dibelinya. Tangannya cekatan memilah dan memilih. Daging, sayur, buah dan bumbu lainnya ia masukkan dalam satu keranjang. Dari sabun hingga susu pun ia beli sesuai kebutuhannya. Satu hal lagi yang menarik perhatiannya. Ramyeon instan yang terletak pada jajaran rak paling atas.
"Lain kali ya, sayang? Ibu tidak bisa mengambilnya," ucapnya pelan. Berharap keinginannya segera hilang. Renjun meneguk ludah berkali-kali membayangkan makanan yang lama tidak dicicipinya itu. Banyak yang berjualan makanan itu, tapi ia ingin yang instan.
Dengan helaan nafas kasar, ia mendorong kembali trolinya. Hatinya dongkol bukan main. Ini pertama kalinya ia menginginkan sesuatu, tapi sayang harus tandas. Ingin menangis saja rasanya.
"Iya, lain kali kita beli. Sabar, ibumu ini pendek!" Decaknya kesal sendiri. Tubuhnya sesekali menatap ke belakang, berharap ada harapan lain untuknya. Namun kosong, di lorong itu hanya ada dirinya. "Tapi aku ingin..." Isak tangisnya mulai mengudara. Menyebalkan sekali.
Pikirannya berkelana liar, betapa tidak bergunanya ia. Bahkan untuk dirinya saja harus tertunda. Kakinya mengentak kesal dengan bibir tak berhenti menggerutu. Tiba dikasir, ia menyerahkan barang belanjaannya. Menanti hitungan nominal yang harus dibayarnya. Hingga tanpa sadar seseorang menyodorkan lima bungkus mie yang tadi di inginkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soreness | NoRen
Fiksi Penggemar"Yang pertama bukan berarti yang terakhir." BxB || GAY || MPreg ©Jeojae 2021 Start : 18 Mei 2021 Finish : 6 September 2021 Pict : Pinterest