BAB 9 : TROUBLE(HAND)SOME

88 10 3
                                    

"Oke

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oke. Ulangin sekali lagi," Erick menekan salah satu tombol berwarna merah yang membuatnya bisa berkomunikasi dengan penyanyi yang ada di live room. Ramera, salah satu penyanyi awam dari Australia, mengangguk dan kembali menyanyikan satu bait lagu yang Erick minta untuk diulang. Erick memiringkan kepalanya lalu tersenyum kecil, "Erm, Ramera?"

Ramera mengerjapkan mata lalu mencopot headphonesnya. "Yes?"

"You have to sing it like you mean it. Okay? From the top!" ucap Erick yang kembali memainkan lagu midi dan Ramera mengulang nyanyiannya.

Erick memiringkan kepalanya dan kembali menekan tombol warna merah, "Ramera. Coba kamu nyanyikan bagian dua—"

"For you, I can jump the sea~"

Erick menjentikkan jarinya, "Nah, sekarang kamu nyanyi bagian 'sea' sambil tersenyum yang lebar."

Ramera mengangguk lalu bernyanyi sesuai instruksi Erick yang terlihat puas. "Begini?"

Erick mengangkat ibu jarinya dan mengangguk, "Betul. Jadi, maksud saya coba rasakan liriknya seperti you can do anything to get his love for you. Kayak semuanya itu menjadi mungkin kalau kamu dapat hati pria itu."

"Ah..." Ramera mengangguk, "Aku akan ulang menyanyikan bait keduanya lagi, sir."

Erick kembali mengacungkan ibu jarinya. Ia menutup mata dan mencoba merasakan lantunan nyanyian Ramera yang menghiasi telinganya. Kini ia benar-benar bisa merasakan perasaan seorang wanita riang yang ingin sang pria untuk memberikan hati kepada wanita itu. Erick tersenyum lebar—menunjukkan barisan gigi rapih dan senyuman mautnya—dan mencondongkan badannya kearah mikrofon, "Bagus! Sekarang nyanyikan bagian selanjutnya dengan pelan dan napas teratur. Tidak perlu diburu-buru. Oke?"

Ramera menghela napas kecil dan tersenyum pahit. Ia tau dari beberapa kolega sesame penyanyi baru yang pernah bekerja sama dengan seorang Erick Hikichi. Semuanya memuji lagu buatan Erick tetapi sesi rekaman dengan Erick tidak mungkin bisa selesai dalam kurun waktu satu hari. Erick tidak bisa mentolelir kesalahan dalam penyampaian pesan suatu lirik, intonasi saat bernyanyi dan juga yang paling penting nada-nada yang dinyanyikan harus sempurna. Erick bukanlah seorang produser musik yang suka pakai polesan suara terlalu banyak. Begitulah reputasi seorang Erick Hikichi.

"Ramera?" Erick menaikkan alisnya karena Ramera tidak kunjung mengulang bagian yang Erick minta.

"Oh. Baik." Ramera mencoba untuk kembali mengulas senyum dan kembali bernyanyi.

Salah satu pria paruh baya mengulurkan tangan kehadapan Erick yang tentunya langsung disambut hangat olehnya.

"Terima kasih. Terima kasih. Lagu yang dinyanyikan Ramera benar-benar terasa menyentuh. Kami tidak salah pilih anda untuk menggarap musik kami." Ucapan pria paruh baya itu benar-benar terdengar tulus.

The Life After Bachelor Party - COMPLETEDWhere stories live. Discover now