BAB 10 : THE TIDE IS HIGH

71 11 2
                                    

"Gue pilih Lisa. No doubt." Erick menutup pembicaraan dengan melipat kedua tangannya.

" Erick menutup pembicaraan dengan melipat kedua tangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yah, kena paten. Yaudah, kalau lo, Na. Kalau di dunia ini cuman sisa kita bertiga lo pilih siapa?" tanya Stefan sambil berharap bahwa namanya yang disebut oleh Sienna. Why? Stefan juga tidak bisa mendeskripsikan perasaannya.

Sienna menggaruk kepalanya kasar dengan satu batang pena yang ia pegang. Tangan Gavin dengan cekatan mengambil pena yang terbuka itu lalu menutupnya untuk Sienna. Sienna tersenyum lebar dan meraih lengan Gavin. "Gavin Maranatha!"

Stefan menatap tajam Gavin yang mengangkat bahunya. "Lo pilih siapa Vin? Antara Sienna dan Lisa."

Gavin tersenyum lalu membenarkan posisi duduknya. "Kalau Lisa... cantik, anggun, bisa masak, kalau lagi makan juga imut."

"Ah, kalah dah gue kalau udah ngomongin Lisa," Sienna mendecak lalu melepaskan genggamannya dari lengan Gavin. Tetapi, tangan Gavin menarik Sienna dan menatap mata gadis itu dengan senyuman jahilnya.

"Tapi, Sienna Veronika cuman satu."

"Ohh!" mata Sienna berbinar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ohh!" mata Sienna berbinar. "Sayang banget sama Gavin!" lanjutnya. Sifat manja Sienna keluar begitu saja dan menjadi pandangan yang tidak menyenangkan untuk Stefan juga Erick.

"Ketinggalan apa lagi gue hari ini?" Lisa datang dengan muka yang lusuh dan ditekuk. Terlihat dengan jelas, moodnya tidak baik. Tanpa pikir panjang ia duduk disebelah Gavin dan ikut menyenderkan kepalanya dipundak laki-laki itu. Gavin cuman terkekeh dan mengelus kepala Lisa pelan.

"Gila. Gavin menang banyak. Padahal didepan kalian ada dua pasang pundak menganggur loh ini!" seru Erick kesal.

Mata Lisa terbelalak dan langsung mengangkat kepalanya setelah sadar barusan saja ia menyenderkan kepalanya ke bahu Gavin. Tidak. Lisa tidak berpikir jernih ketika ia menyenderkan kepalanya dipundak Gavin. Ia cuman merasa sangat lelah dan benar-benar ingin menyenderkan kepalanya begitu saja.

"Kenapa merah gitu, Lis?" Stefan menahan tawa karena wajah Lisa berubah warna. Kulitnya yang putih membuat rona merah pada wajah Lisa sangat ketara.

"Enggak! Gue nggak merah!" serunya sambil berdiri. Delapan pasang mata melihat kearah Lisa dengan menahan tawa-yang lalu, pecah juga.

The Life After Bachelor Party - COMPLETEDWhere stories live. Discover now