Empat

172 27 1
                                    

"Gu, gua ngga bisa..." Osamu duduk terpuruk di lantai kamar nya.

Ia sudah jadi semakin dekat dengan Suna sesuai rencana Atsumu, bahkan Suna sendiri setuju untuk bertunangan dengan Osamu. Ia berjanji akan melamar Osamu ketika lelaki itu telah siap.

Bukan berarti Cinta nya pada Akaashi merupakan sebuah kebohongan, tapi membuka hati untuk orang baru bukanlah hal yang mudah. Osamu juga tidak ingin terbawa perasaan, namun nihil, karena akal nya telah dikalahkan telak oleh perasaan nya.

Osamu mulai jatuh Cinta pada Suna.

"SIALAN?!"

BRAKK!!

Osamu tersentak, ia lekas keluar kamar untuk melihat. Barusan itu adalah Atsumu yang baru pulang, lelaki itu terlihat sangat kesal hingga melempar vas bunga sampai pecah.

"Tsumu, ada apa?!"

"Si brengsek Suna Rintarou itu udah tau?!" seru Atsumu begitu marah, terlihat jelas urat kemarahan di wajah nya.

"Te, tenang oke? Dia ngga punya bukti, sekalipun dia bisa berdalih, ngga ada dokter manapun yang bisa mengungkap jejak arsenik." Osamu menenangkan.

Ya, itu kenyataan paling buruk yang dihadapi Osamu. Karena perusahaan Miya memang merupakan perusahaan obat dan bahan kimia, tentu bukan hal sulit bagi Atsumu maupun Osamu sendiri untuk meracik senyawa arsenik yang jadi bahan dasar pembunuhan mereka.

Atsumu, yang notabene nya lebih pintar dari Osamu, bisa dengan mudah menakar dosis yang tepat untuk memperkirakan kematian seseorang. Perhitungan rasio nya terlalu mengerikan hingga bisa membuat rentetan kecelakaan dengan berbagai motif.

Dan sehebat apa orang yang bisa menarik satu garis merah dari semua kejadian itu? Bahkan Osamu sendiri yang tau jelas seluk beluk Atsumu saja tidak bisa menguraikan bukti pembunuhan itu. Tapi Suna bisa?

"Gua ngga mau tau, Sam?! Suna Rintarou harus mati." ujar Atsumu dengan nada rendah, "dan gimana caranya, besok malam dia harus udah mati."

Osamu lemas seketika, beberapa hari lalu ia sudah sepakat akan dinner bersama Suna. Dan waktu nya adalah besok malam.

"Gua ngga bisa, Tsumu." ucap Osamu pelan.

"Apa?! Apa lu bilang?!" Atsumu menarik kasar kerah baju Osamu, "lu mau kita berdua ketangkep polisi?!"

Itu bukan pilihan, tapi Osamu terkadang merasa, berada dibalik jeruji besi itu akan jauh lebih baik daripada ini. Ia tidak ingin lagi terlibat hal rumit semacam ini, namun tangan tangan nya sudah terlanjur ternoda.

"Gua takut, Tsumu. Iya, gua takut. Tapi gua lebih takut kalo harus membunuh lagi, Tsum. Gua ngga mau."

Brakk!!

Osamu meringis sakit, punggung nya menghantam tembok cukup keras. Dan tentu saja pelaku nya adalah Atsumu itu sendiri. Lelaki itu menghampiri Osamu dengan tatapan intimidasi yang cukup membuat Osamu bungkam.

"Miya Osamu, adik kesayangan gua yang bodoh." ucap Atsumu dengan nada rendah, "asal lu inget, cuma gua yang bisa lu percaya. Cuma gua yang bisa menjaga lu baik baik, cuma gua yang bisa lu andalkan, NGERTI?!"

Osamu gemetar, entah kapan sejak terakhir kali kakak kembar nya ini marah besar. Lelaki ini bahkan jauh lebih mengerikan dari ayah nya dulu. Dan Osamu tidak bisa berkutik atas itu, karena ia tau Atsumu tidak akan tega membunuh ayah nya sendiri bila bukan karena dirinya.

"Gua bisa aja balik semua fakta yang ada biar lu aja yang di penjara, gua juga bisa aja tiba tiba bunuh lu tanpa rencana. Tapi ngga kan?! Itu karena gua sayang sama lu, Sam?!"

Atsumu menangkup dagu Osamu sedikit kasar, "cuma gua yang bisa mencintai lu, Sam. Jadi lu ngga perlu jatuh Cinta lagi sama siapapun, cukup jadi saudara gua yang penurut."

"Iya, Tsumu." jawab Osamu lemah.

Atsumu pun meninggalkan Osamu yang masih pada tempat nya. Lelaki itu tertunduk lesu. Ia masih tidak ingin membiarkan Suna terbunuh, ia tidak mau kejadian yang sama terjadi seperti apa yang telah menimpa Keiji, kekasih nya sendiri.

.

.

.

[To Be Continue]

CantarellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang