Sebelas

141 23 0
                                    


"kalo dari apa yang saya pelajari, Miya Osamu malam itu bunuh diri dengan racun yang seharusnya digunakan untuk Suna. Dan Suna,..."

"dia cium bibir yang masih ada sisa racunnya, itu kenapa dia ngga langsung tewas. Tapi dosis yang di pake sejak awal udah terlalu tinggi." Sahut Motoya memahami penjelasan Kita Shin.

Lelaki itu tersenyum, "kamu emang anak yang cerdas, Komori. Ngga salah kalo tn. Miya percayain perusahaan ke kamu."

Motoya kembali menunduk, tangannya mengepal erat. Ia kini tau kenapa Atsumu sampai berpesan untuk tidak menyentuh lilin waktu itu. Sederhana, lilin yang ada di sana telah di campur racun pada sumbunya. itulah mengapa Atsumu sengaja membuka kamarnya. untuk memastikan sisa asap dari lilin itu benar benar lenyap. Atsumu menjaganya dengan baik hingga akhir.

Tentu saja Motoya tidak terlalu bodoh untuk memahami kenyataan bahwa yang membunuh paman Kiyo-nya tak lain adalah Atsumu sendiri. Tapi kalau seperti ini, bagaimana pemuda itu bisa membenci Atsumu? Tidak, kalaupun memang ia tau beberapa waktu lebih awal, Motoya bisa yakin kalau dia tidak akan bisa membenci Atsumu.

Sekalipun ia tau latar belakang Atsumu, yang ia kenali saat ini tentang Atsumu hanyalah seorang lelaki tua yang kesepian. Mengingat bagaimana lelaki itu yang tiba tiba menjemputnya sekolah, atau saat Motoya sendirian di rumah Atsumu akan segera datang untuk menemaninya waktu kecil dulu.

Air mata yang sejak tadi ia tahan kini terjun dengan bebas melintasi pipinya, Motoya akhirnya menangis. Sama seperti ia yang menangis di hari pemakaman Kiyoomi, kini ia pun kembali menangis di hari pemakaman kekasih yang begitu di sayangi paman Kiyo-nya.

***

"maaf, pak. Saya jadi nangis tadi." Ujar Motoya setelah Kita Shin mengantarnya pulang.

Kita Shin hanya tersenyum kemudian mengelus pelan puncak surai Motoya, "ya, saya paham. Lagian kamu juga masih kecil, wajar kalo sedih pas kehilangan orang yang disayang. Asal kamu jangan terus terusan sedihnya."

"terima kasih juga pak Shinsuke udah nyelesaiin cerita om Miya." Motoya mengusap sisa air matanya, "saya cuma mau bilang aja, pak. Om Miya yang saya kenal orangnya baik dan penyayang, pasti waktu om Miya cerita kemaren cuma di lebih lebihin aja, iya kan, pak?"

- People change so often -

Kita Shin termenung sejenak lalu tersenyum, "ya, kayaknya gitu."

Motoya dengan manik yang kembali tergenang air mata ikut tersenyum walau agak dipaksakan, lekas membungkuk dengan hormat dan bersiap keluar dari mobil Kita Shin.

"terima kasih, pak Shinsuke. Kalo gitu saya pamit dulu."

"Komori." Panggil Kita Shin lagi, "kamu... jangan sampai kehilangan kepercayaan kamu, ya?"

Pemuda itu mengangguk cepat, tangannya sejak tadi masih mengepal erat. Ia pun kemudian lekas turun dari mobil. Seperginya Kita Shin, Motoya segera naik ke apartemen lama Atsumu yang kini telah diberikan padanya.

"tenang aja, om. Tempat ini bakal Motoya jaga baik baik."


-Fin-

a/n : masih ada side story-nya, ya. Tambahan satu bab lagi!!

CantarellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang