Tiga

195 29 0
                                    


Shall we dance?"

Osamu menatap nanar lelaki yang kini tersenyum dan menawarkan diri untuk berdansa. Sekali lihat saja ia bisa tau siapa dia.

.

"namanya Suna Rintarou, pewaris tunggal perusahan Suna. Dan dia bisa jadi hambatan buat kita."

.

"Maaf, ngga sopan, ya? Perkenalkan, Suna Rintarou dari Suna company." ucap nya sopan sambil membungkuk, "karena kita seumuran, panggil lo-gue ngga papa?"

"It's okay. Gua Miya Osamu." ujar Osamu sambil menerima uluran tangan lelaki itu.

"Turut berduka cita sama apa yang terjadi beberapa waktu lalu."

"Uhm, thank's." kata Osamu masih sakit mengingat kejadian itu, "yang lalu biarlah berlalu."

"Orang orang biadab emang suka nyebar gosip, ga usah di dengerin." lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Suna Rintarou itu tersenyum sambil menyodorkan segelas minuman.

"Ya, gua juga ngga peduli amat, kok."

Apa yang harus dipedulikan kalau semua yang dikatakan mereka benar? Osamu membawa sial untuk semua teman dekat dan pasangan nya. Mereka sial karena harus mengenal Osamu. Mereka harus menemui ajal nya atas bayaran sudah mengenal Osamu.

"Iya, lagian mana ada cowok semanis lu bawa sial." kata Suna, "bawa hati gua yang ada."

Jangan begitu, Osamu takut. Sejak menghadiri acara antar perusahaan besar ini, ia sudah takut. Apalagi kalau bukan karena Atsumu? Kembaran nya itu telah merencanakan semuanya sejak awal, kematian orang orang yang menghadiri acara ini sudah di tentukan.

Walau tidak semua ditargetkan oleh Atsumu, tapi satu yang ia yakin pasti. Lelaki di hadapan nya ini akan segera menemui ajal nya.

"Kok bengong, sih. Gua freak ya?" tanya Suna lagi.

"Ngga, kok. Sorry, gua mau kebelakang bentar." setelah mengatakan itu, Osamu segera berbalik dan pergi.

Suna sendiri hanya menatap punggung itu, sejenak kemudian meneguk minuman nya lalu tersenyum simpul. Ia berbalik dan pergi ke balkon.

"As sweet as honey, attractive like a butterfly." gumam Suna, "the beauty have no meaning but poison."

"Gimana?"

Seorang lelaki bersurai dwiwarna menghampiri nya, jas nya tersampir sembarang di pundak. Ia menatap Suna intens.

"Sans dong, kak Kita. Mana bisa dapet petunjuk kalo baru sehari." Suna tersenyum, "ah, iya. Cowok itu emang manis."

"Miya kembar?" ujar lelaki yang dipanggil Kita itu.

"Iya, tapi yang abu."

"Lu ngga takut?"

"Hah? Ngapain takut? Dia ngga gigit."

Kita menepuk dahi nya, "Suna, lu ngga lupa apa tujuan kita di sini, kan?"

"Tenang aja, kak Kita. Kayak baru kenal gua sehari aja. Gua inget, kok. Cari petunjuk tentang pemilik perusahaan Miya itu kan?"

"Good, sekarang gua ada keperluan. Gua harap laporan besok ngga mengecewakan."

Suna menanggapi Kita sekenanya, ia lalu kembali berbalik menikmati angin malam yang berhembus di balkon. Sejenak meletakkan gelas nya yang telah berkurang setengah.

"Suna Rintarou, benar?"

Atensi Suna teralih mendengar namanya dipanggil, timing yang pas sekali untuk di sebut kebetulan. Karena bertepatan setelah Kita keluar dari acara.

"Ngga usah formal gitu, santai aja. Miya Atsumu, kan?"

Pemilik suara yang tak lain adalah Atsumu itu tertawa renyah, "ya, tepat. Kayak nya enak banget sendirian di sini, makanya gua mau ikutan. Boleh?"

"Of course! Ini juga bukan tempat pribadi." Suna membalas senyum Atsumu, "temen gua baru aja pulang."

"Sayang banget, bentar lagi udah Puncak acara."

"Haha, dia emang ngga begitu suka dansa. Alasan aja ada urusan." kata Suna.

"Shall we dance?" tawar Atsumu.

"Menarik, tapi tadi gua udah ngajak orang lain buat dansa."

"Waduh, siapa, nih? Gua udah keduluan?" Atsumu hanya tersenyum, karena bohong kalau bilang ia tidak tau. Sejak tadi ia sudah memperhatikan nya bersama Osamu.

"Gue, Tsumu."

Atsumu dan Suna bersamaan menoleh mendengar suara Osamu, Miya kuning itu pun tersenyum lebar.

"Ya ampun! Kirain siapa, tau nya adek sendiri." kata Atsumu sambil menepuk pelan pundak Osamu, "have a nice date."

"Ki, kita ngga ada apa apa, Tsum. Baru aja kenal." ucap Osamu dengan pipi memerah.

"Lucu nya adek gua. Bukan adek kembar udah gua nikah lu, Sam." Atsumu pun berlalu dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kakak lo sayang banget sama lo kayak nya." kata Suna setelah Atsumu pergi.

"Ya, gitu deh."

"Enak banget punya kakak, perhatian lagi."

Osamu bersyukur akan hal itu, sangat. Setidaknya itu ketika ia masih menginjak umur 7 tahun. Masa kanak kanak yang sangat ingin Osamu ulang, ketika mereka berdua tidak perlu memikirkan apapun selain bermain. Masa yang begitu Indah.

.

.

.

[To Be Continue]

CantarellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang