Enam

152 26 0
                                    

Suna dengan cepat menyungging senyum begitu melihat Osamu datang, segera ia mempersilahkan lelaki itu duduk. Ruangan khusus untuk dinner mereka cukup luas untuk hanya mereka, membuat sedikit canggung di antara mereka.

Beberapa menit berlalu dan mereka hanya saling diam. Suna yang bingung harus mengatakan apa, serta Osamu yang masih dipenuhi dengan segala macam pikiran nya. Setidaknya aroma teraphy yang menguar dari hiasan lilin yang ada membuat mereka bisa sedikit rileks.

"ngga suka sama tema malam ini?" Suna mencoba membunuh sunyi diantara mereka.

"uhm, ngga kok. Ini udah nyaman banget." Balas Osamu cepat.

Masih beberapa menit lagi sebelum hidangan utama diantar ke ruangan mereka, beberapa pelayan masuk untuk menuang minuman atau sekedar memastikan kenyamanan keduanya selama menikmati fasilitas yang ada. Setelah itu mereka benar benar tinggal berdua saja, masih agak canggung.

"gimana kabar kakak nya?"

Osamu sedikit tersentak mendengar Suna menanyakan kabar Atsumu, ia segera tersenyum dan menjawab pertanyaan nya. "ya, gitu deh. Sibuk banget akhir akhir ini jadi kita jarang ngobrol."

"pasti sulit jadi owner perusahaan sebesar itu, masih ngurus Itachiyama group company." Kata Suna, "gua denger lu juga ngambil alih Fukurodani group ya?"

"uhm, iya. Tapi sebagian besar diurus Atsumu semua, sih. Dan, ya, karena sejak awal kita emang mitra kerja jadinya ngga susah susah amat menyesuaikan jadwal."

Tentu saja begitu, karena sejak kekasih Atsumu meninggal, kepemilikan perusahaan nya otomatis jadi milik Atsumu. Sama hal nya dengan kekasih Osamu yang notabene nya anak tunggal, tentu nya Osamu yang otomatis menjadi owner perusahaan nya. Dengan begini, saham yang dimiliki keluarga Miya bukan main besar nya.

"kalian berdua ngga kesepian? Maaf, tapi gua denger anggota keluarga Miya Cuma tinggal kalian berdua?"

"kami ngga pernah ngerasa gitu, kok. Kami udah jadi rumah buat masing-masing, udah cukup gua yang ada buat Atsumu dan Atsumu yang ada buat gua."

Osamu kembali membentuk senyum, lebih tepat nya senyum pahit. Ia merenungkan kata kata nya, memang benar, alasan Atsumu dan dirinya bisa bertahan hingga titik ini tak lain adalah karena satu sama lain. Osamu tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Atsumu, dan ia cukup yakin Atsumu juga begitu.

Sejak awal, Atsumu tidak mungkin berani membunuh seluruh keluarga nya sendiri dan hanya menyisakan Osamu bila ia tidak menyayangi nya. Ketika itu Osamu tidak tau harus sedih atau bahagia, ia hanya menangis. Sedih karena tinggal sebatang kara bersama kakak kembar nya, atau senang karena ia tidak lagi harus mengikuti aturan keras ayah nya yang menyiksa.

Semakin larut memikirkan nya, Osamu semakin tenggelam. Merenungi semua yang telah terjadi sejak pertama kali ia menemukan Atsumu yang tersenyum menang di depan mayat ayah nya. Semua sudah salah sejak mereka berdua dilahirkan.

"Miya Osamu?"

"maaf, Suna. Gua ngga maksud ngerusak malam ini." Ucap Osamu pada akhirnya, "tapi sekeras apapun gua mikirin ini semua, ngga bakal ada akhirnya."

Manik Suna melebar seketika melihat apa yang dilakukan Osamu selanjutnya, tangan nya dengan cepat mengulur, secepat mungkin berdiri hingga tak mempedulikan botol kaca yang jatuh dari meja.

PYARR!!

Kita Shin baru saja keluar dari apartemen nya, melangkah cepat menuju basement dan meluncur menggunakan mobil nya. Ia mengemudikan mobil nya secepat yang ia bisa menuju lokasi yang barusan ia terima.

"Suna?! Apa apaan maksud lo?! Tunggu gua sampe 10 menit lagi?!" seru Kita Shin dari headset nirkabel yang tersambung dengan ponsel nya.

"maaf, kak Kita. Ini taruhan gua. Kalo emang masih sempat, kak Kita bisa nyelesaiin misi ini. Kalo ngga, permintaan gua sih, cuma pengen kasus ini di tutup secara baik baik."

tak,... PYARR

"jangan bercanda, sialan!!" seru Kita ketika sambungan terputus, ia semakin mempercepat laju mobil nya.

Tanpa pikir panjang ia langsung turun begitu sampai, setelah mengehntikan mobil nya di sembarang tempat ia langsung menuju meja resepionis dan menujukkan ID card nya untuk di tunjukkan jalan ke ruangan Suna.

"saya ngga punya banyak waktu, mohon kerja sama nya!" ujar Kita Shin.

Salah satu pelayan mereka pada akhirnya mengantar Kita Shin ke tempat tujuan nya, beberapa jarak dari sana terlihat banyak staff yang panik serta alarm tanda kebakaran yang berbunyi. Firasat Kita Shin semakin buruk, ia mempercepat langkah nya.

Ia langsung saja mendobrak salah satu ruangan VVIP di sana yang mengepulkan asap dari dalam. Manik Kita Shin melebar sempurna ketika mendapati bagaimana kacau nya kondisi di dalam sana. Lelaki bersurai dwiwarna itu rupanya telah terlambat.

.

.

.

[To Be Continue]

CantarellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang