Ekstra

139 23 0
                                    


Malam terakhir Atsumu

Lelaki itu sudah mempersiapkan semuanya sejak ia berinisiatif menceritakan semua pada Motoya, meskipun ia tidak mengatakannya secara langsung. Ia sudah mengurus perusahaannya, sejak 3 tahun terakhir memang ia sengaja menjual beberapa saham yang ia punya, walaupun itu tetap tak banyak membuat company-nya berubah. Mempercayakan kepemimpinan pada orang paling ia percaya hingga Motoya sudah cukup siap mengambil alih nantinya.

Kini Atsumu cukup bisa tenang, duduk menghadap sebuah lilin kecil. Di tangannya ada sebuah ampul berisi bubuk seputih salju, tersenyum miris menatap ampul itu. Atsumu menghela nafas panjang, ia masih tidak ingin meninggalkan Motoya. Setidaknya ia masih ingin melihat anak itu tumbuh sedikit lagi. Namun raga dan pikirannya sudah terlalu lelah.

Sudah sejak lama ia telah merindukan Osamu dan Kiyoomi, meski ia tak yakin akan bertemu dengan mereka nantinya. Untuk yang satu ini Atsumu meringis. Harapan terakhirnya hanya dapat melihat dua orang tersayang-nya itu sebelum dijatuhkan dalam neraka, paling tidak ia tau kalau mereka telah bahagia di nirwana.

"just smile for me is fine." Gumam Atsumu.

Perlahan Atsumu membuka ampul itu dan menuangkan bubuk itu di atas lilin, tangannya gemetar untuk beberapa saat sebelum mematik lilinnya dengan api. Setelahnya ia cukup lega dan mulai bisa duduk dengan tenang. Menatap cahaya lilin itu nanar, sudah berapa lama Atsumu menantikan ini? Akhirnya ia bisa beristirahat juga.

"jaga diri kamu baik-baik, Motoya. Kamu cahaya terakhir yang om punya di dunia ini. Jangan sampai cahaya murni kamu padam."

Semakin lama, lilin yang terbakar itu semakin habis. Atsumu semakin tenang dan ringan, menatap cahaya kecil itu hingga benar benar lengkap padam. Ketika itulah ia melihat mereka, Atsumu menatap tak percaya. Adik dan kekasihnya datang.

Ya, itu benar benar adalah Osamu dan Kiyoomi yang kini mengulurkan tangan padanya. Dengan segera Atsumu meraih keduanya, ia tak ingin melepaskan tangan-tangan itu lagi. Mereka berdua tersenyum, menggenggam tangan Atsumu dengan hangat.


Kalau memang neraka yang menanti mu, maka kita akan ke sana bersama-sama

Janjiku di altar putih kala itu, bukan hanya sekedar mendampingi mu hingga ajal menjemput. Kemana pun kau pergi, bahkan bila kau tak punya tempat kembali selain neraka, maka aku akan tetap bersama dengan mu

Kita akan melewatinya bersama-sama, Miya Atsumu.


Senyum lebar segera merekah sempurna di wajah Atsumu, air mata kesedihannya kini telah berubah bahagia. Lelaki itu bisa meninggalkan dunia dengan tenang.

Terima Kasih, Osamu, Kiyoomi


-Fin-


Thank you for Reading!!

CantarellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang