Bagian °_/(7)\_°

739 54 12
                                    

Typo tandai aja;)







DOGG

DOGG

"Woy Arka bangun!" Teriak Aji sambil menggedor-gedor pintu kamar adik bungsunya.

"Arka bangun lo-" Belum selesai berbicara pintu yang digedornya sedari tadi telah terbuka menampilkan remaja laki-laki yang terlihat kusut.

"Berisik bang! gue enggak budeg enggak usah teriak juga kali, tinggal buka pintunya aja ribet banget dah." Ketusnya berjalan melewati abangnya.

"Lah emang enggak dikunci kamarnya ya?, kok gue buka tadi enggak bisa?" Monolog Aji

.

.

"Semalam pulang jam berapa?" Tanyanya kepada sang adik yang sedang asyik menonton film favoritnya, Doraemon.

"Sebelas." Ucap Arka begitu santai.

"Terus?"

"Terus kena omel papah." Ucap Arka.

"Terus?" Tanya Aji kembali.

"Ya enggak ada terusanya, terus mulu nabrak nanti!" Ucap Arka tanpa menatap sang lawan bicara.

"Hah, lain kali jangan diulangin lagi, gue enggak marah sama lo, gue juga enggak bisa ngekang lo, tapi lebih baiknya kalo lo main jangan pulang kemaleman, enggak baik buat lo juga, ngerti?" Begitulah ceramah pagi yang didapatkan Arka daei abang tersayangnya.

"Iya." Arka hanya mengiyakan perkataan abangnya, toh dari pada diperpanjang nggak kelar-kelar nanti.

"Oya papah mana kok enggak kelihatan wujudnya, semalem ada tuh?" Tanya Arka celingkuan mencari keberadaan papahnya. Masa udah pergi lagi?

"Mulutnya, lo pikir papah mahkluk astral yang enggak kelihatan wujudnya?" Aji tiba-tiba mencomot mulut Arka yang sedang menyunyah sereal.

"Bang tangan lo bau terasi!" Sewot Arka tak terima.

"Enak aja, wangi kok, mungkin bau terasi karena gue tadi habis boker hehehe." Ucap Aji cengengesan, ia tak benar boker yakali seriusan,  ia hanya suka menggoda adiknya saja.

"Jorok lo ih!" Ucapnya kesal.

"Terus papah mana? lo belum jawab pertanyaan gue tadi." Tanya Arka kembali.

"Udah pergi lagi ke luar kota, semalem  pulang cuma ambil berkas penting buat meeting katanya." Ucap Aji menjelaskan alasan papahnya tak terlihat lagi pagi ini.

"Kerja terus anaknya enggak usah diurusin." Ucap Arka ketus. Aji yang mendengar jawaban ketus dari adiknya hanya bisa menghela napas. Ia tau betul apa yang dirasakan adiknya saat ini, karena ia juga pernah melewati masa-masa itu, dimana sering ditinggal bekerja kedua orang tuannya dan berakhir di titipkan dengan saudara. Bi imah?, waktu ia kecil belum ada yang namanya bi Imah sosok yang menjadi orang tua kedua bagi dirinya dan adiknya.

"Udahlah dari pada lo marah-marah mendingan bantuin gue bersihin taman belakang." Ucap Aji lalu bangkit meninggalkan Arka yang masih menggerutu.

Sebenarnya Arka sendiri sangat malas untuk beraktivitas, dihari liburnya ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk rebahan saja di kasur kesayangannya. Tapi apalah daya, menolak permintaan abangnya takut jadi adik durhaka.



Kini di taman belakang mereka berdua saling bergotong royong membersihkan taman yang sudah dipenuhi banyak dedaunan kering berserakan. Adik kakak itu tampak akur, membuat sosok wanita berumur menatap keduanya dengan teduh.

"Lo bersihin bagian situ tu banyak banget daunnya!"  Ucap Aji menunjuk salah satu bagian halaman yang kotor yang letaknya di dekat pohon mangga.

"Ogah banyak banget itu, lo aja deh bang. Lo kan abang gue jadi aturannya abang harus ngalah sama adek!" Elakanya.

About Arka Adhlino MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang