18. Lagi?

88 18 12
                                    

▪▪▪

"Kalian darimana, heh?" tanya Joy setelah melihat Gobs Squad yang merebahkan diri ke sofa ruang tamu seperti orang yang kelelahan.

"Jalan-jalan doang." sahut Yohan cuek.

"Jalan-jalan matamu! Kalian tuh trending di lapak web kampus gue."

"Ya terus kalo udah tau kenapa nanya sih."

"Kan memastikan gak ada salahnya."

Semua orang sibuk dengan urusannya sendiri dan mengabaikan ucapan Joy.

"Nama gue juga ikut buruk, guys. Mereka ngiranya gue jalang, gue yang goda Jhonny." Otomatis mereka semua yang asalnya memejamkan matanya langsung berdiri tegap.

"Siapa yang bilang gitu, hah?"

"Kasih tau akunnya, Kak."

"Enak bener kalo ngomong. Belum aja gue tabok pake kaos kaki gue yang baunya kaya cucian belum kering."

Joy tertawa mendengar ucapan mereka. "Kalian lucu banget sih. Tsundere tau gak."

"Lo boong soal komentar itu, Kak?" Joy menggeleng. "Kalo itu beneran ada."

"Tapi gue gak usah takut lagi, kan? Gue punya kalian, gue punya keluarga gue, gue punya Yerin, Hayoung sama Doyoung juga." lanjut Joy yang tersenyum manis.

"Makasih banget, adek-adek guee. Gue berasa berharga banget karena dijaga kalian terus." Joy merangkul mereka semua agar bisa berpelukan bersama.

"Keluarga Gobs Squad udah kita anggep jadi keluarga kita juga, Kak."

"Tapi Yena nanti jadi adek ipar gue, gimana dong?" tanya Joy jahil.

"KAK SOOYOUNGG!!" teriak Yohan, Jihoon, Hyungseob dan Sihoon kesal. Anak-anak cewe tertawa keras. Sedangkan Woojin hanya cengar-cengir tidak jelas. Pasti ia berhalu akan menikah dengan Yena.

▪▪▪

Malam ini, Yena disuruh Mama Yoona untuk pergi ke toserba. Ia menghentakkan kakinya kesal, padahal bisa saja Mamahnya itu menyuruh Bang Sungmin.

"Gue kan gak bisa belanja, Bek. Yang biasa kan ciwi-ciwi."

Begitulah kata Sungmin. Bagaimana ia tidak kesal. Padahal hanya beli gula, masa tidak bisa?! Apalagi setelah Sungmin berkata seperti itu, Mamahnya memarahi dirinya. Triple kesal.

Tringg

Bruk

Yena mendongakkan wajahnya, "Duh mas kalo jalan liat-liat dong. Dikira jalan nenek moyang lo kali." ucap Yena kesal setengah mati.

"Maaf, mbak. Tapi tadi Mbaknya yang jalannya sambil nunduk." Yena yang menyadari itu merasakan pipinya memerah malu dan segera pergi dari situ. Sebelum pergi, ia membungkuk ke arah pemuda itu.

Pemuda itu terkekeh gemas melihat Yena. "Lucu banget anjir." batinnya.

"Aduh. Bodoh lo, Yena! Bodoh!" ujar Yena sendiri dengan memukul kepalanya berkali-kali.

Calon Ipar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang