Jam 6 sore.
Saat ini minhee sedang bersiap-siap untuk menjalani operasi jam 9 malam nanti,minhee sudah mulai puasa sejak jam setelah makan siang hingga nanti selesai operasi. Saat ini jaemin juga bersiap-siap, terutama menyiapkan dirinya agar tidak terlalu cemas saat minhee mulai masuk ruang operasi nanti.
Jaemin memang se sayang itu dengan minhee mengingat ia merupakan anak tunggal di keluarganya dan sejak dulu ia sangat menginginkan seorang adik untuk ia jaga dan akhirnya bertahun-tahun hal itu terwujud dengan hadirnya minhee disisinya.
Bagi minhee, jaemin tak hanya sebagai bos-nya namun juga sebagai kakaknya. Dia merasa dicurahi kasih sayang yang cukup oleh jaemin. Hal itu membuat dia bisa jauh lebih ekspresif daripada ke orang lain.
"Minhee kamu siap kan?"
"Siap kak,tenang aja. Lagian aku operasinya juga masih beberapa jam lagi. Kakak gak usah khawatir ya."
"Iya,kakak bakal usahain."
"Kak jaemin!" Minhee mendadak memanggil jaemin dengan nada yang berbeda,tersirat ketakutan dan kesedihan di panggilan tersebut.
"Ada apa?" Jaemin menatap minhee dengan kedua matanya,ia menatap minhee yang menundukkan kepalanya. Sembari menunduk minhee mulai berkata lagi.
"Kak,maafin aku ya kalau aku selalu ngerepotin kakak. Aku mohon maafin aku ya kak.aku juga gak bisa kasih sesuatu buat kak jaemin atas semua hal yang kak jaemin kasih ke aku. Penghidupan, perlindungan, ikatan emosional, support dan semua hal baik yang kakak kasih ke aku semenjak kita pertama kali mengakrabkan diri." Jaemin yang mendengar itu merasa aneh dan juga sedih disaat yang bersamaan. Ia lalu mengangkat kepala minhee untuk menatap matanya.
"Kamu itu ngomong apa sih? Jangan ngomong gitu ya,aku kasih hal-hal seperti itu karena aku sayang selayaknya adik dan kakak minhee. Kamu gak perlu minta maaf ataupun berterima kasih ke aku."
"Kalau ternyata nanti aku malah gak selamat gimana?" Minhee mulai menangis, dia merasa sedih dan takut jikalau Tuhan tak memberi restu untuknya kembali hidup di dunia saat operasi nanti berlangsung,ia masih merasa punya banyak hal yang ingin ia berikan ke jaemin atas semua hal.
"Ssstt jangan ngomong gitu ya, udah jangan nangis. Kamu udah umur 30 tahun loh." Jaemin yang matanya berkaca-kaca memeluk minhee dan berusaha menenangkannya.
"Udah ya,gak usah khawatir tentang apapun lagi. Kamu pasti bisa selamat. Dokter koo jungmo itu dokter yang hebat,dia dokter yang berbakat di bidangnya. Dia pasti bisa selamatkan kamu dan bisa bikin kamu hidup normal seperti sebelumnya.kamu harus yakin akan hal itu." Minhee hanya mengangguk saja.
"Selamat malam semuanya." Jungmo masuk ke dalam ruang rawat minhee.kali ini hanya dia sendiri saja yang masuk,tidak ada perawat atau suster seperti biasanya.
"Malam dokter." Sapa jaemin dan minhee bergantian
"Gimana kondisi kamu minhee,cemas ya?" Jungmo ikut duduk di ranjang milik minhee.
"Hehe iya dok saya agak takut." Minhee berkata jujur disertai kekehan kecil darinya, meskipun ia merasa sangat cemas namun ia tak ingin dokternya tahu akan seberapa besar rasa cemas yang ada di dalam dirinya.
"Hmm tapi kayaknya kamu cemas banget deh." Jungmo hanya tersenyum saja sedangkan minhee seperti orang yang tertangkap basah, sejenak ia melupakan fakta bahwa jungmo adalah seorang dokter yang pasti pernah belajar tentang psikiatri*. (Psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penanganan gangguan kejiwaan baik secara psikologis ataupun medis.)
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER ME | MINIMO [END]
FanfictionKoo Jungmo seorang dokter bedah saraf di sebuah rumah sakit di kota,dia muda dan tampan. Namun pada malam itu saat sedang jaga malam di IGD,ia bertemu dengan seseorang yang mengeluhkan kepalanya sangat berat dan pusing. Yang ternyata orang tersebut...