O 1 .

715 125 11
                                    

"Tumben." Jeno melirik pada cewek yang lebih pendek darinya itu yang sedang memegang satu buku yang cukup best seller di toko buku ternama.

Cowok itu tau kalau ceweknya yang biasa dipanggil Lia ini lebih suka bersolek dan berswa foto ketimbang baca buku. Tapi, Lia tipikal yang selalu menyempatkan diri ke gramed buat sekadar melihat-lihat, Lia suka pemandangan banyak buku yang tersusun rapi sambil menghirup aroma buku baru. Tapi Lia gak suka ke perpustakaan, karena di sana yang ada menghirup debu.

"Yeji baca series ini terus aku ikutan, eh seru. Nah dia belum sempet baca yang Nebula. Makanya gantian aku yang beli deh."

Jeno senyum abis itu ngacak-ngacak rambut panjangnya membuat bibir cewek itu mengerucut sebal.

"Jen, please deh." Tatapan cerahnya berubah datar, tapi Jeno sama sekali tidak melunturkan senyumnya. Bukannya takut tapi malah gemes. Iya, Jeno tahu betul ceweknya ini ga suka banget tatanan rambutnya acak-acakan apalagi sengaja diacak-acakin kaya tadi.

"Mau beli apa lagi?" tanya Jeno lagi. Kali ini sambil memandang satu set besar cat air seharga ponsel. Iya bund jutaan.

"Mau beli chatime!" serunya pelan lalu sorot matanya kembali ceria.

Setelah ini Jeno dan ceweknya memutuskan untuk beli chatime yang antreannya cukup panjang setelah bayar bukunya tentu aja.

"Kamu pesen apa?"

"Engga deh, kamu aja."

"Kenapa?" sahut cewek itu pelan.

"Ya ga pengen aja. Gih. Aku nunggu sini ya."

Jeno nunggu di kejauahan. Uangnya udah ditransfer pake ovo ke akun ceweknya yang lagi ngantre.

Drrt drrt ....

Dirogohnya saku hoodie-nya, mengambil ponsel yang terdapat panggilan masuk.

Pepeng is calling....

Sebelah alis Jeno terangkat. Dia tadi liat jelas Siyeon dijemput Eric. Semalem pun dia inget banget sama apa yang baru saja dia lakuin. Orang segengsi Siyeon bahkan menundukan egonya demi mendapatkan Eric. Jeno cuman bilang 'good luck'. Mata Jeno menatap Liaㅡceweknyaㅡyang masih ngantri.

"Haㅡ"

Jeno kira akan mendengar kata 'Jeno gue jadian' dengan suara menyenangkan. Tangannya mengepal begitu mendengar hal yang sebenernya dia duga bakal terjadi.

"Lo dimana?"

"Diem disitu gue kesana."

Lia yang baru aja dateng dengan segelas manggo smoothie di tangannya. Matanya menatap bingung pada cowoknya itu yang memasang wajah kesal.

"Li, maafin aku ya. Kayaknya aku harus pergi, aku pesenin gocar ya buatㅡ"

"Itu Siyeon?" Jeno terdiam, menatap Lia dengan tenang.

Lia itu sensitif banget sama Siyeon, tapi kayaknya emang hampir semua mantannya kek gitu. Makanya ga jarang Siyeon sering dilabrak gara-gara terlalu sering nempel sama Jeno.

"Kak Saerom." bohongnya. Padahal Kak Saerom lagi sibuk nyiapin acara tunangannya. Sama siapa lagi kalo bukan Kak Younghoon.

Berkat sikap Jeno yang tenang, tatapan tajam itu berubah khawatir. Meski belum kenal banget sama kakaknya Jeno, tapi Lia pernah beberapa kali ketemu Kak Saerom dan sempet kenalan juga.

Lia mengangguk pelan mengizinkan Jeno untuk pergi.

"Maaf."

Kemudian Jeno berlari menuju parkiran kemudian membawa motornya dengan kecepatan tinggi menuju tujuan.


[2] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang