"Lah si Donghyuck sama si Soobin mana dah?"
"Wah! Lo tau gak temen-temen lo ninggalin gua demi nganter cewe. Parah."
"Mana dia tau, orang dia baru aja nyampe." Samber Felix kesal kemudian memutar bola matanya.
Si cowok dengan setelan seragam berantakan yang baru saja datang itu akhirnya brofist dengan Han, Felix, Seungmin dan Bomin yang sedang nongkrong. Ketiganya mabar sambil ngudud, sedangkan Seungmin cuman ikut makan indomie doang.
"Nganter siapa emang?"
"Biasa."
"Si Donghyuck nganter Si Somi? Lah Si Soobin?" tanya Jeno lagi begitu selesai pesen indomie sebungkus.
"Nganter Siyeon." Kerutan dahi pada cowok itu seketika muncul begitu mendengar nama cewek itu disebut oleh Jisung. Semua orang juga tahu kalau yang namanya Soobin ini sebelas-dua belas sama Han masalah cewek. Gak peduli-peduli amat. Yang mereka tau Soobin tuh biasanya nganter cewek yang beda sekolah, tapi katanya itu sahabatnya. Bisa dibilang Soobin ini gak punya inisiatif, jangankan inisiatif, ditebengin aja ogah dia mah.
"Gebet Si Siyeon paling, jomblo kan dia?" kata Bomin enteng, Jeno hanya mengangkat kedua bahunya pelan.
Hari ini sudah seminggu lamanya ia dan Siyeon tampak tidak saling kenal. Bahkan Siyeon menolak ajakan Jeno di hari ulang tahun 14 november kemaren. Biasanya mereka bakal jalan-jalan tengah malem dan beli sesuatu sebelum pulang. Jujur, Jeno gak tahan kalau harus terus begini.
Ia merogoh ponselnya dan men-scroll laman chat-nya untuk mencari kontak seseorang. Bahkan sudah dua minggu lamanya mereka tidak saling mengirim chat.
Bersamaan dengan korek gas yang berhasil membakar ujung rokoknya, Soobin dan Donghyuck datang secara bersamaan membuat suasana kian ramai. Bukan ramai lagi sih, tapi menjurus ke ribut sekarang.
"Ada gerangan apa ini, sepertinya ada bau-bau gebrakan bawah tanah."
"Gerakan."
"Gebrakan dong! Kapan lagi liat Soobin suka sama cewe?" ledek Bomin mengundang tawa dari yang lain.
"Sungkem dulu noh sama Si Bos kalo mau gebet Siyeon mah." seru Han sambil nunjuk dirinya yang mencoba memasang wajah biasa aja.
"Apaan sih! Gue cuman mau hard disk gue ketinggalan di rumah dia kan minggu kemaren abis kerja kelompok sekalian aja nganter." kata Soobin beralibi. Tanpa mendengar ceng-cengan dari teman-temannya Soobin duduk di samping Jeno yang sedang menyatap mie rebus pake telor.
Soobin menyimpan barang-barangnya di atas meja sebelum akhirnya pergi lagi karena panggilan alam.
"Betewe, emang sekolah kita jelek banget ya?" celetuk Bomin di tengah-tengah ngemil gorengan.
"Kagak dah perasaan. Akreditasi A kok. Nape emang?"
"Lo tau Sam anak sebelah gak sih?"
"Alah, Sam Sem Sam Sem. Nama aslinya Hyunjin, anjing." Samber Felix membuat gelak tawa semua orang.
"Si Hyunjin mau pindah ke sekolah kita?" kali ini Seungmin yang angkat bicara.
Bomin mengangguk. "Sekolah ngeluarin dia gara-gara balapan."
"Banyak duit kali, makanya bisa pindah." Donghyuck menyahuti kembali dengan pendapat yang masuk akal.
Di saat teman-temannya asik ngasih pahala ke Hyunjin-Hyunjin itu, pikiran Jeno melalang buana. Raganya di sana seakan menyimak tapi pikirannya malah justru ke hal lain. Entahlah, perasaan Jeno gak enak.
Mata Jeno beralih pada ponsel Soobin yang bergetar. Sebuah panggilan dari kontak yang Soobin tulis "demek" tapi bukan itu yang mencuri perhatiannya, melainkan foto profil yang mengisi hampir seluruh layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Distance
Fanfiction"gue baru sadar mau sedeket apapun kita, pada akhirnya tetap berjarak ya?" ㅡlee jeno & park siyeon prequel 'a blessing in disguise' ⚠️ harsh word ⚠️ non-baku