2 4 .

301 41 5
                                    

Bel pulang sekolah sudah berkumandang beberapa menit yang lalu, tapi meskipun begitu Siyeon belum pulang. Yaps betul sekali, karena hari ini jadwalnya ia piket dan kebetulan karena Siyeon berangkatnya mepet makanya dia kebagian bersih-bersih pulang sekolah.

"Som," Somi mengerutkan dahinya begitu mengendus sesuatu yang tidak mengenakan akan terjadi setelah mendengar temannya memanggilnya dengan nada yang sengaja diimut-imutkan. Iyuh.

"Ape?" balasnya malas.

"Gue duluan boleh?" Tubuh cewe setengah bule itu berbalik, menatap Siyeon datar lalu menatap cowok yang setia duduk di depan kelasnya sedari tadi.

"Boleh, abis lo selesai nyapu." Siyeon mencibir. Sama aja bohong kalo gitu.

Ia menoleh pada Hyunjin yang masih tetap anteng duduk di tempatnya sembari mabar sambil sesekali memperhatikannya. Bibir tebal cowok itu melengkung manis, tanda bahwa ia tak masalah harus menunggu.

Sama seperti Siyeon yang menunggu untuk ditembak. Ciat.

"BTW, tadi lo mau cerita apa?" tanya Siyeon teringat sesi curhat Somi harus dipotong jam pelajaran dan ulangan harian.

"Lu kenal Yeji temen SMP gue?" Kerutan pada dahi Siyeon yang kebingungan nampak jelas, matanya refleks langsung melirik pada Hyunjin.

"Kenal, kembaran Hyunjin kan?" Somi mengangguk pelan.

"Gue kan nanya ke dia hari ini jadi les pengganti apa enggak, dia bilangnya hari ini lesnya jadi, tapi dia gak dateng ke les soalnya mau jengukin Lia, berhubung gue juga agak deket sama itu anak dua gue tanya tuh Lia sakit apa, Yeji bilang percobaan bunuh diri. Asli gue merinding banget dengernya. Gue gak nyangka dari dulu Lia ternyata masih struggle sama kesahatan mentalnya itu. Mana lagi...."

Telinga Siyeon tiba-tiba saja terasa tersumpal oleh sesuatu, perkataan yang keluar dari mulut Somi terasa kian jauh dan semakin tak terdengar dirungunya. Satu nama seketika muncul dalam benaknya saat mendengar berita tak mengenakan itu.

Suasana hati Siyeon tentu saja berubah tak seceria sebelumnya. Padahal tadinya dia exited banget mau jalan sama gebetannya. Siyeon mencoba sebisa mungkin untuk menutupi murungnya itu. Setidaknya dia harus menghargai Hyunjin yang sudah meluangkan waktu untuk jalan bersamanya.

"Hai." Siyeon membalas sapaan Hyunjin dengan melambaikan tangannya.

"Gimana? Jadi daftar?" Hyunjin tersenyum saat cewek di sampingnya itu mengangguk.

Mata Siyeon menyapu area parkiran yang sepi dan tersisa sebaris motor yang berjajar. Biasanya walau nongkrong, Jeno tetep parkir di sekolah. Tapi, motor teman-temannya Jeno pun tak ada. Tumben.

"Kenapa? Nyariin motor aku ya?" suara Hyunjin yang di akhiri dengan kekehan itu mengintrupsinya.

"I-iya." Siyeon tertawa pelan, dan ia baru sadar ternyata motor Hyunjin juga gak ada.

"Aku bawa mobil Mama hari ini."

Kepala Siyeon mengangguk mengerti, kemudian mengekori Hyunjin jauh di belakang. Sedang tangannya sibuk menghubungi beberapa orang.

Lagit mendung kembali menyelimuti, awan-awan kelabu siap menurunkan air membasahi kota. Untung saja Hyunjin nurut pada mamanya untuk membawa mobil untuk acara jalan sama gebetannya kali ini.

Jalan kali ini sudah didiskusikan sebelumnya dengan Siyeon, biar efesien  jalannya. Siyeon sendiri berniat untuk mendaftar les untuk persiapan ujian nasional dan tes masuk perguruan tinggi—Siyeon gak mau berharap banyak dari jalur rapot. Iya belajarnya dicicil dari sekarang, mumpung masih punya waktu tiga semester.

"Kita ke Nouron kan?" Hyunjin memasang wajah bingungnya saat mendapati respon Siyeon yang menggeleng.

"Engga, ke Bimbel aja."

[2] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang