1 O .

328 89 9
                                    

Hari sabtu. Bisa dibilang hari khusus karena berisi kegiatan siswa di luar jam kegiatan belajar mengajar, seperti ekskul misalnya. Disaat orang-orang memilih untuk menyibukan diri dalam kegiatan ekstra maupun organisasi, tentu cewek yang bernama Park Siyeon ini lebih memilih untuk mengisi waktunya di rumah dan sibuk tidak melakukan apapun.

Sebenernya hari begini Siyeon sering menghabiskan waktu memasak ketimbang di kamar. Hanya saja kebetulan Bapak sedang di rumah membuat Siyeon memilih diam di kamar. Jangan salah sangka dulu, Bapak itu baik hanya saja tidak memiliki banyak waktu untuk dekat dengan anak-anaknya, terutama Siyeon. Siyeon lebih baik menahan diri ketimbang harus berada di situasi yang membuatnya canggung.

Tok tok tok!

Siyeon yang sedang berguling-guling di atas kasur kemudian mendongak dan menyuruhnya masuk. Seorang perempuan dengan rambut sebahu menampilkan eksistensinya seraya tersenyum cerah.

"Bunda masak, bantuin napa."

Yah, sabtu itu akhirnya diisi dengan kegiatan masak di rumah bunda. Finally produktif!

"Pj aku apa, bund?" tanya Siyeon begitu sesampainya di kediaman Pak Donghae, ia langsung duduk di depan bunda yang sedang memotong bahan masakan.

"Kakak, bunda kan manggil Siyeon buat makan." Si Sulung Lee itu hanya menggerakan kedua alisnya kemudian ikut nimbrung melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

"Ih gak apa-apa, Bund. Aku juga lagi gak ngapa-ngapain kok."

"Hmm... buat sop aja gimana? Sop buatan kamu enak." kata bunda yang langsung diangguki semangat oleh Siyeon.

"Hari ini rumah ke datangan tamu ya?" tanya Si Sulung Park penasaran, kali ini sambil mengupas bawang seraya menunggu airnya mendidih.

"Iya, Eyang Uti lagi di sini. Cuman dia lagi jalan-jalan sama Jeno." jawab Saerom dengan mata berkaca-kaca sedang mengiris bawang merah.

"Hari ini Yonghoon dateng ikut makan malem bareng. Kan kemaren waktu tunangan gak sempet dateng soalnya sibuk, makanya dateng hari ini." Siyeon hanya mengangguk-angguk paham.

Bunda bilang menu hari ini ada ayam bakar, beserta sambel, dan sop—biar ada kuahnya. Katanya Eyang Uti gak suka kalau terlalu banyak lauk. Jadinya Bunda hanya menghidangkan menu praktis seperti di atas.

Ayam bakar tanggung jawabnya bunda, sedang Saerom bertanggung jawab membuat sambel dan membuat minuman. Iyasih simpel, tapi karena yang makan banyak ya lumayan menguras tenaga dan gas.

"Bunda ini sayurnya mau empuk atau agak keras kaya biasanya?" tanyanya sambil menusuk-nusuk wortel dengan garpu.

"Empuk aja, kasian Eyang."

"Kak, sambelnya jangan kepedesan ya."

Hari itu yang seharusnya panjang bisa disingkat berkat bantuan Siyeon dan Mba ART yang kerjasama menyiapkan segalanya. Semua lauk sudah tertata di meja, begitu pula dengan keadaan rumah yang sudah rapi.

Siyeon yang tadinya hendak pulang malah ditahan dan berakhir ghibah di kamar Saerom. Siyeon tak bisa menolak, apalagi dengan pembukaan.

"Yeon, lu tau gak, tapi jan bilang-bilang ya." Duh, Siyeon hanya manusia biasa punya nafsu dan berdosa mau tidak mau menyimak.

"Bu RT kan rese banget kan ya, apalagi kalo Jeno main di teras lo aja dinyinyirin. Eh, anaknya hamil tau." Sontak keduanya tak bisa menahan tawa puasnya.

"Ini ngatain 'mampus' halal gak sih?"

"HALAL BANGET. HAHAHAHA."

Ya Allah, Istigfar kamu, Lee Saerom :").

[2] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang