Senin 9 Januari 2017. Banyak murid yang mengutuki tanggal tersebut. Padahal bukan salah tanggalnya, melainkan kebijakan sekolah menetapkan tanggal tersebut sebagai awal hari memasuki semester genap.
Siyeon tak beda jauh dengan murid-murid lain yang malas masuk sekolah. Libur dua minggu tentu saja rasanya tidak cukup. Meskipun begitu, jiwa ambis menggebu-gebu setelah semester kemarin mendapat peringkat lima besar di kelasnya, agaknya sedikit menyulut semangatnya untuk berangkat.
Sudah menjadi rutinitasnya setelah bangun tidur ia meminum air di tumbler-nya kemudian membuka gordein agar sinar matahari masuk. Disambut oleh deruman motor dari depan rumahnya. Matanya mengerling pada jam dinding di atas, dan memang ia tidak salah jam karena sekarang ini jam menunjukan pukul setengah enam pagi. Tentu Siyeon keheranan dong melihat Jeno sudah siap berangkat sekolah pada jam segini. Ya biasanya sih telat.
"Rajin amat udah siap. Mau nyapu sekolah apa begimana?" goda Siyeon dari atas balkon membuat Jeno mendongak dan menggerakan kepalanya.
"Duluan." Tanpa menjawab pertanyaan Siyeon, ia melenggang pergi bersama motornya membelah dinginnya pagi.
"Dasar kunyuk!"
Siyeon berdecak lalu kembali ke dalam kamarnya seraya menahan kesal. Karena sudah tidak ada waktu meruntuki cowok itu, akhirnya ia memilih bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Musim penghujan yang biasa menemani sedari akhir hingga awal tahun sepertinya dapat bersahabat untuk pagi ini, meskipun langit agak mendung namun kumulonimbus tidak menunjukan eksistensinya. Dihantar oleh mamang ojol, Siyeon sampai dengan selamat baik secara fisik maupun dari incaran osis dan guru BK alias tidak telat dan berpakaian semestinya anak sekolah.
Karena Siyeon berangkatnya agak mepet jam masuk suasana sekolah terlihat ramai, tapi berbeda dengan kelasnya. Hanya segelintir orang atau bahkan mungkin bisa dihitung dengan jari yang mengisi bangku-bangku. Bahkan tas-tas mereka tidak terlihat. Siyeon menatap suasana kelasnya, kemudian mendudukan tubuhnya di samping Somi yang asik dengan ponselnya hingga tak menyadari kehadirannya.
"Nah, akhirnya dateng!" seru Somi seraya menepuk lengan Siyeon pelan.
"Gue mau nanya."
"Paan?"
"Tapi lu harus jujur." Siyeon menyipitkan matanya kemudian memutarkan bola matanya malas.
"Hm." jawab Siyeon sekenanya kemudian menelungkupkan wajahnya di antara tangannya. Rasanya badan lemes begitu sampe kelas.
"Donghyuck bilang lu ciuman sama Jeno di mobil?" bisik Somi sontak membuat Siyeon melebarkan netranya yang semula memejam.
"Salah liat kali." elak Siyeon namun Somi kian mengintimidasi.
"Bener nih?" goda Somi membuat Siyeon menatapnya dengan malas kemudian kembali pada posisinya. Entahlah, Siyeon bingung harus bagaimana, Somi tuh orangnya peka banget jadi kalo Siyeon kelamaan natap Somi yang ada keliatan bohong.
"Tapi kayaknya salah liat kali ya, kan Jeno masih sama Lia juga kan? Buktinya gue tadi berangkat ketemu mereka berdua di lampu merah." Siyeon mengerutkan dahinya pelan, dan tersadar bahwa Jeno tidak akan berangkat sepagi itu kalau tidak ada urusan penting. Ternyata....
"Tapi, Yeon. Lu yakin ga pernah baper ke Jeno? Maksud gue ya gimana ya, gak ada cuy cewe sama cowo sahabatan." kali ini Siyeon mendongak dan tertawa mengejek. Apa tadi katanya baper?
"Lu perasaan nanya itu mulu deh. Kan gue bilang kagak."
"Ya kan kali aja."
"Nih ya, banyak alesan kenapa gak baper sama cowo modelan Jeno. Pertama dia labil, kedua sok ganteng."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Distance
Fanfiction"gue baru sadar mau sedeket apapun kita, pada akhirnya tetap berjarak ya?" ㅡlee jeno & park siyeon prequel 'a blessing in disguise' ⚠️ harsh word ⚠️ non-baku