"Siyeon, mama mau tanya."
Suapan keriga berhasil masuk ke dalam perutnya yang masih bergejolak menolak asupan. Tapi, karena makan malam kali ini mama yang memasak, Siyeon tentu akan sangat menghargai itu dan memakannya walau terpaksa. Harus dipaksa tepatnya. Terlepas dari itu, Siyeon memang menghargai mama yang meluangkan waktu santainya yang tidak banyak untuk memasak.
"Tanya apa?" tatapan mama yang sulit diartikan membuat Siyeon susah memprediksi topik yang akan dibahas dan seberapa menegangkan suasananya.
"Tadi kata Bu RT, Jeno masuk ke rumah siang-siang, bener?"
Gerakan pada rahangnya seketika berhenti. Sendok yang semula di tangannya kini tergeletak begitu saja di atas piring berisi makanan yang tinggal setengah. Siyeon menelan makanan dalam mulutnya sebelum menjawab.
"Iya, soalnya—"
"Mama kan udah bilang—"
"Mama boleh dengerin aku dulu gak? Aku belum selesai ngomong." potongnya balik yang untungnya dituruti oleh yang paling tua.
"Tadi siang aku sakit karena haid dan lagi deres-deresnya. Perut aku kram, kepala juga pusing. Jeno inisiatif anter aku pulang. Jeno cuman nganter sampe depan rumah awalnya, tapi dia balik lagi karena khawatir takut aku kenapa-kenapa, dan bener aja aku hampir jatoh karena gak kuat buat naik tangga ke kamar. Dia juga buatin air anget buat kompres perut aku. Dan yaudah cuman sebatas itu aja." jelasnya membuat mama memijat keningnya pelan.
"Tapi kan tetep aja jelek diliatnya, apalagi rumah dalam keadaan kosong. Takut kamu kenapa-kenapa. Mama gak suka anak mama dipandang jelek sama orang."
Siyeon boleh gak sih ketawa? Sumpah yang dia denger bener-bener lucu.
"Mah, kalo mama gak mau Jeno masuk rumah buat bantuin Siyeon, ya mama bisa gak gantiin peran dia yang tadi? Mama kan sibuk kerja."
Mama menegakan tubuhnya dan memandang putrinya dengan tatapan tidak percaya.
"Kamu kok ngomongnya gitu sih? Kan mama kerja buat kamu juga."
"Emang gaji pilot kurang buat ngehidupin kita sekeluarga? Enggak, Ma. Itu lebih dari cukup. Tapi, aku gak pernah nuntut Mama di rumah dan selalu ada buat aku sama Jisung, karena aku tau Mama bahagia kerja disana. Aku cuman minta mama percaya sama aku dan gak dengerin tetangga yang gak tau detail kejadiannya gimana. Toh kalo aku macem-macem, Jisung udah ngadu ke mama duluan. Salah emangnya Jeno selalu ada buat Siyeon di saat Mama sama Bapak gak ada?"
Helaan napas panjang terdengar dari Mama yang sepertinya sudah salah langkah untuk mengutarakan maksud sebenarnya yang ingin ia sampaikan.
"Mama tau dan percaya, tapi hati mama sakit tiap kamu diomongin jelek sama tetangga katanya sering berduaan di rumah pas lagi kosong."
"Ma, kalo Mama tau anaknya gak kayak orang lain pikir harusnya gak usah dengerin merrka apalagi bu RT yang anaknya hamil di luar nikah. Mau pembelaan kayak gimana pun orang yang suka nyari kesalahan orang lain bakal tetep kayak gitu. Yang ada Mama capek kalo dengerin terus. Mama harus tau kalo Jeno itu ngehormatin aku, dia gak pernah ngelecehin aku sedikitpun, Ma. Siyeon bisa jaga diri, mama percaya aku ya?"
Memang sejak kejadian Mama, Bapak dan Jisung pulang ke kampung halamannya Bapak kemudian Jeno menginap membuat kepercayaan Mama terhadap Siyeon berkurang, padahal Mama belum pernah melihat buktinya. Mama yang tidak di rumah setiap waktu tentu kadang kala memanfaatkan CCTV tercanggih yang pernah ada, alias mata tetangga yang kerap memperhatikan keluarganya. Mama bertanya seperti itu karena terlalu banyak yang memberikan laporan maka dari itu Mama memutuskan untuk bertanya. Ya, Mama hanya bertanya, bukan menuduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Distance
Fanfiction"gue baru sadar mau sedeket apapun kita, pada akhirnya tetap berjarak ya?" ㅡlee jeno & park siyeon prequel 'a blessing in disguise' ⚠️ harsh word ⚠️ non-baku