Chapter 18

61 8 0
                                    

Jisoo sedang berada di rumah sakit menemani Wendy. Sudah sebulan ini, Jisoo merawat Wendy.Hari ini, Kyungsoo tidak datang bersama Jisoo karena ia ada kelas dan akan menyusul setelah kelas selesai bersama teman-temannya yang lain. 

Wendy tertidur pulas, Jisoo mengusap wajah dan tangan Wendy dengan waslap yang sudah dibasahi air hangat. Kondisi Wendy lumayan membaik, meskipun kadang drop. Dokter berkata, Wendy harus selalu diperhatikan kondisinya. Ia juga harus terus diingatkan untuk meminum obat. Ada kalanya Wendy menjadi orang yang berbeda, penuh dengan emosi dan enggan meminum obat atau ia lupa siapa dirinya. Rambutnya rontok sangat banyak. Jika tiba-tiba 'episode' kambuh, tubuhnya akan kejang. Itu akan menjadi berbahaya jika tidak ada orang di sampingnya. 

Sayangnya, hingga kini keluarga terdekatnya belum juga ada yang menengoknya. Kedua orang tuanya sudah berpisah. Ibunya berada di Amerika, sedangkan ayahnya berada di Belanda. Ibunya sudah mengetahui bahwa Wendy dirawat di rumah sakit, namun ia masih sibuk dengan pekerjaannya dan meminta untuk Wendy dipindahkan  ke Amerika dengan perawatan yang lebih baik. Ia juga sudah lama tidak pernah berkomunikasi dengan ayahnya. 

Wendy terbangun dari tidurnya. 

"Unnie?" panggil Jisoo.

Jisoo membantu Wendy bangun dari tidurnya. 

"Jisoo-ya," panggil Wendy.

"Bisakah kau menjadi orang terakhir yang bisa kupercaya?" tanya Wendy.

Jisoo segera mengangguk.

"Ada kertas di nakas, aku mau kamu menjadi orang terakhir yang mengetahui ini," ucap Wendy.

Dengan sigap Jisoo mengambilkan kertas itu untuk Wendy. Jisoo membaca isi dokumen itu.

"Unnie? Ini apa? Apa maksud dari dokumen ini?  Bukan kah ini organisasi bunuh diri legal Swiss?" tanya Jisoo tidak percaya dengan isi dokumen itu.

"Aku nggak akan hidup lama lagi, dokter sudah menyerah, bahkan perawat berbicara bahwa tidak ada harapan lagi," jawab Wendy.

"Aku ingin menggunakan hakku, sinikan dokumen itu," ucap Wendy. 

"TIDAK!" tolak Jisoo tegas.

"Unnie akan tetap hidup, penyakit itu akan sembuh! Ini tidak benar, lembaga ini seharusnya tidak ada!" ucap Jisoo yang amarahnya meluap.

"Aku tidak ingin menjadi beban, tolong sinikan dokumen itu!" ucap Wendy tegas.

"Unnie, aku pikir aku akan bangga padamu, nyatanya aku kecewa dengan sikapmu yang egois!" sarkas Jisoo kemudian pergi dari sana. 

Saat membuka pintu bangsal, di sana ada Suho yang baru saja akan masuk. Suho terlihat bingung karena Jisoo menangis dan buru-buru pergi. Jisoo menabrak tubuh Suho agar ia bisa keluar dari sana.

Suho menatap Wendy dan ia melihat dokumen bunuh diri legal Swiss di atas nakas. Ia sudah mengetahui pilihan Wendy dan dengan terpaksa menyetujuinya. Wendy menyuruh Suho untuk mengejar Jisoo.

"Jisoo!" teriak Suho.

Suho menarik tangan Jisoo. Gadis itu menangis.

"Oppa sepertinya mengetahui semuanya?" tebak Jisoo sambil masih sesenggukkan.

Suho tidak menjawab.

"Ah.. haha, aku tahu aku baru saja berteman dengan Wendy unnie dan mencampuri urusannya bukanlah hal yang tepat. Walaupun begitu, aku kecewa pada kalian. Terlebih pada sahabatnya sendiri. Apakah Kyungsoo oppa dan yang lainnya juga mengetahui hal ini?" tanya Jisoo.

Tangan Suho yang awalnya menahan Jisoo, terlepas. Ia tidak bisa menyangkal apa-apa lagi. 

"Oke, aku tahu jawabannya. Aku memang tidak pernah dianggap dalam pertemanan ini, aku pergi," kata Jisoo yang segera pergi dengan taksi.

Suho segera menelepon Kyungsoo dan memberi tahu bahwa Jisoo mengetahui tentang keputusan Wendy.

~STARLIGHT~

Kyungsoo sampai di rumah. Ia segera berlari melihat keadaan Jisoo. Gadis itu sedang menangis di kamarnya, menutupi wajahnya dengan bantal. Kyungsoo membantu Jisoo untuk bangun. Ia segera memeluk Jisoo. 

"Jisoo-ya, mianhae," ucap Kyungsoo sambil menenangkan Jisoo.

Jisoo memukul dada bidang Kyungsoo. Namun, usahanya tidak berhasil karena energinya sudah terkuras untuk menangis. 

"Apakah mengingkari janji adalah hobi? Oppa, ini adalah hal penting, bagaimana bisa tidak memberi tahuku? Aku memang baru dekat dengan Wendy unnie sebulan ini, apakah sebulan itu keberadaanku memang tidak dianggap? Oppa sendiri sudah mengenalku bertahun-tahun, lalu kau juga memperlakukanku seperti yang lain?!" kesal Jisoo.

"AKU! TEMAN WENDY UNNIE, AKU JUGA PUNYA HAK UNTUK BERPENDAPAT DALAM KEPUTUSAN ITU!" teriak Jisoo.

"AKU JUGA TEMANNYA! SEJAK DAHULU!" bentak Kyungsoo bahkan volume suaranya tak kalah keras dari Jisoo.

Jisoo terdiam.

Kyungsoo menatap luar jendela. Mengatur napasnya. 

"Itu keputusan Wendy dan dia memintaku untuk tidak memberi tahumu. Tolong jangan bersikap seperti ini, aku tahu kamu sedih. Tapi, bagaimana dengan perasaan Wendy sekarang?" ucap Kyungsoo.

"Sudah lama ia memikirkan ini, bahkan sebelum memberitahu kami alasan sebenarnya dia kembali ke Korea. Ia sudah sesekali melakukan percobaan bunuh diri, namun tidak pernah berhasil. Dan akhirnya memutuskan untuk mencari informasi tentang organisasi itu," jelas Kyungsoo.

"Tolong jangan membuatnya merasakan beban yang berat lagi," ucap Kyungsoo.

"Sampai saat ini pun aku terus berpikir bahwa kalian semua sama saja membunuhnya," balas Jisoo. 

Jisoo pergi dari rumahnya, ia tidak ingin melihat Kyungsoo sementara waktu ini. Ia butuh waktu untuk menerima itu semua.

Jisoo berjalan kaki entah kemana. Wajahnya murung. Bahkan, sesekali tidak sengaja menabrak seseorang karena ia terus saja menunduk.

"Jisoo?" panggil seseorang di depannya.

Gadis itu mendangak dan mendapati Min Hyun berdiri di depannya. Tangisnya meledak. Min Hyun segera mendekap Jisoo erat. Membiarkan Jisoo menenangkan dirinya dalam pelukan Min Hyun.

Bagaimana bisa aku pergi jika kamu seperti ini, Jisoo-ya? batin Min Hyun.

Bersambung

Part ini pendek ya.. hehehehehhehehehe

Nggak papa ya:v see you next chapter!!

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang