Min Hyun membawa Jisoo ke tempat yang lebih tenang agar Jisoo nyaman. Jisoo masih diam sambil menghapus jejak tangis di pipinya. Min Hyun membawakan sekaleng minuman untuk Jisoo. Ia duduk di samping Jisoo, menunggu gadis itu tenang.
"Min Hyun-ah, mian, kau pasti terkejut tadi," ucap Jisoo.
"Gwencanha, anytime for my friend," balas Min Hyun.
Hening kembali. Banyak pertanyaan yang muncul di benak Min Hyun. Ia sungguh khawatir dengan Jisoo. Apakah ada masalah dengan Kyungsoo? Apakah laki-laki itu selingkuh? Apakah....
"Aku memiliki teman yang sudah aku anggap sebagai kakakku," Jisoo mulai bercerita masalahnya.
"Aku baru akrab dengannya sebulan ini, menemaninya di rumah sakit dan aku menyaksikan bagaimana ia berusaha sembuh dari penyakitnya," Jisoo berhenti dan mengatur napasnya.
"Dia menandatangani sebuah kesepakatan dengan suatu lembaga di Swiss, organisasi yang melegalkan untuk bunuh diri. Dalam waktu seminggu ia akan pergi dan aku baru mengetahuinya sekarang. Bahkan orang-orang disekitarku mengetahui ini dan aku yang terakhir dan hanya memiliki waktu tiga hari untuk menemani di sisa hidupnya," ucap Jisoo yang tak kuasa menahan tangisnya lagi.
"Jika aku tau lebih awal, aku pasti akan mencegahnya. Aku pasti akan menolak keputusannya," lanjut Jisoo yang mulai sesenggukan.
Min Hyun memeluk Jisoo. Menenangkan gadis itu dalam dekapannya.
Min Hyun memegang pundak Jisoo dan menatap wajah gadis itu.
"Aku mengerti perasaanmu. Namun, mengubah keputusan yang dibuat seseorang memang sulit dan kita tidak bisa apa-apa setelah mereka memutuskan hal yang penting tanpa kita ketahui. Untuk saat ini, akan lebih baik kamu berada di sampingnya buatlah tiga hari itu seperti kenangan tiga bulan yang kamu buat dengannya," ucap Min Hyun sambil menghapus bekas air mata di pipi Jisoo.
"Mau aku antar pulang?" tanya Min Hyun.
"Tidak usah, bawa aku ke rumah sakit saja, aku ingin bertemu langsung," jawab Jisoo.
~STARLIGHT~
Jisoo masuk ke ruang pasien, di mana Wendy di sana bersama Suho. Suho berdiri dari duduknya saat melihat Jisoo memasuki ruangan.
"Unnie, mianhae," ucap Jisoo.
Wendy mengangguk. Ia merentangkan tangannya bermaksud untuk memeluk Jisoo. Jisoo menyambut pelukan itu. Gadis itu menahan tangisnya.
"Nado," balas Wendy.
Jisoo melepas pelukannya, lalu duduk di samping Wendy. Suho pergi dari ruangan itu untuk memberikan mereka waktu bersama.
"Kamu akan menjadi adik perempuanku yang paling cantik dan pengertian, Kyungsoo patut bersyukur mempunyai seseorang di sisinya sepertimu, Jisoo-ya," ucap Wendy.
"Unnie, aku juga bersyukur bisa bertemu dengan Unnie," balas Jisoo.
Mereka berbicang lagi seperti biasa. Melupakan apa yang akan terjadi kedepannya.
Saking asiknya mengobrol, Jisoo sampai tidak tau ada seseorang yang masuk sampai Wendy menunjuk orang itu. Kyungsoo baru saja masuk. Wendy menyuruh Kyungsoo untuk mendekat.
Wendy tersenyum melihat pasangan yang ada di hadapannya saat ini.
"Kalian memang cocok, aku senang melihatnya," ucap Wendy.
"Jisoo-ya, jangan marah pada Kyungsoo atau membencinya. Aku ingin melihat dua orang yang aku cintai bahagia selalu," lanjut Wendy.
Jisoo menatap Kyungsoo dan begitu pula dengan Kyungsoo. Senyuman terukir di antara mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Fiksi Penggemar"Aku terbiasa sendirian, hari-hariku yang kelabu. Tapi aku ingat hari di mana kamu perlahan menghampiriku, mengetuk pintuku," Do Kyungsoo. "Dibalik wajahnya yang dingin ada juga kehangatan yang membuatku nyaman di sampingnya," Kim Jisoo. ENJOY READI...