Ruang kelas ini mendadak hampa dan canggung. Beberapa pasang mata beberapa kali membagi pandang antara laki-laki beramput agak ikal, dengan perempuan cantik yang masing-masing menggeluti buku. Mereka merasa kehilangan momen menarik hari ini, yang biasanya bisa melahirkan tawa kecil atau kekesalan. Akan tetapi hari yang cerah ini benar-benar terasa bisu.“Lo marahan sama Langit, Rin?” tanya Salma menoleh sekejap dari buku paket tebal yang dipeluknya. Hanya Salma satu-satunya orang yang menggeluti buku Bahasa Indonesia, sementara yang lainnya fokus sama Kimia.
“Bisa dibilang begitu,” jawab Rinjani singkat. “Lo ngapain sama buku Bahasa Indonesia? Kan, pelajarannya habis Kimia?”
“Gak tau, lagi pengen aja.” Salma menopang kepalanya, lantas memutar tubuhnya ketika sederet kata mengingatkan hal yang membuat dirinya bahagia. “Ja, makna dongeng menurut lo apa?”
Rinjani menghela napas lega, ketika Salma tidak cerewet mengenai masalahnya dengan Langit. Biasanya dia akan berkicau, kadang mengompori kadang pula mendadak sok bijak. Rinjani turut memutar tubuhnya, mengikuti Salma menatap Senja yang kini menatapnya bergantian.
“Cerita yang tidak benar-benar terjadi? Cerita turun-temurun, fiksi, pokoknya gitu. Kenapa?” tanya Senja.
Salma malah terkekeh. “Menurut gue dongeng itu, kek kisah lo sama Fajar!”
“Anjir!”
Sial, Rinjani turut tertawa melihat Salma tertawa lepas atas ucapannya, bahkan Senja juga menampilkan tawa sebelum melayangkan gulungan buku paket kimia ke kepala Salma. Bisa-bisanya Salma beranekdot ria, yang mungkin jika suasana hati Senja sedang tidak baik bisa menimbulkan peperangan hebat pagi ini.
“Sori-sori, entahlah ketika gue baca pengertian dongeng, pikiran gue langsung tertuju sama lo, Ja!” terang Salma masih dengan tawanya.
“Lo itu ya, gak pernah support gue Sal!” cetus Senja. “Lagian kenapa lo ngapalin indo? Jam pertama kan kimia, bego!” Senja kembali melayangkan gulungan buku paket kimia ke kepala Salma.
“Serah gue dong!” sewot Salma.
“Lo mau tau kenapa Salma ngapalin indo?” Rinjani menatap kedua temannya bergantian. “Nanti ketika dia gak bisa jawab soal, dia akan berteori sendiri menggunakan banyak kata kek koran,” lanjut Rinjani.
“Terus, kalo susah dapat isi, dia bakal jawab dongeng, enggak bisa diketahui kebenarannya,” timpal Senja.
“Bully terus sampe mampus! Kalo gue bisa dapetin nilai lebih gede dari kalian, gue jitak sampe botak terutama lo, Ja!” Salma memberikan tatapan tajam kepada dua temannya yang masih terkekeh karena berhasil membalikkan keadaan.
“Sayangnya itu dongeng, Sal!”
Kini giliran Salma yang melayangkan buku paket Bahasa Indonesia yang super tebal ke kepala Senja. “Dongeng-dongeng, mau gue buat jadi nyata kek di tv?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Kau Putus || OPEN PRE ORDER
Teen Fiction[Song Series] [on going versi revisi 1] Langit dan Rinjani telah bersahabat sejak kecil. Maka mustahil jika teman-temannya menganggap kedekatannya tidak terlibat dalam perasaan. Namun, semuanya berubah ketika Langit berpacaran dengan Anggita. Meskip...