Kedatangan Lintang sore itu, membuat Rinjani senang. Setelah dipikir tidak akan datang, karena memang dia enggak tahu atas kepergian ayahnya. Lintang khawatir karena Rinjani tidak dapat dihubungi, pada akhirnya memutuskan datang ke SMA Pasundan hanya untuk mengetahui kabarnya. Rinjani salut mendengar cerita Lintang, dan meminta maaf karena memang kemarin ponselnya dibiarkan tidak aktif seharian.
Dengan seragam putih abunya, Rinjani duduk di samping Ardhan yang tengah menyantap sarapan dengan tenang. Meskipun guratan kesedihan masih tampak di beberapa titik wajahnya, terutama area mata yang masih terlihat hitam sedikit bengkak.
“Mah, aku berhenti kuliah aja, ya?” Laki-laki berkemeja biru tua memulai percakapan dengan tenang, setenang tatapannya. “Aku mau lanjutin usaha bapak. Jadi, Mamah enggak perlu ke pabrik.” Seruan napas tertahan sejenak, sebelum terempas dengan lega.
Rini mulai bergabung setelah menyiapkan dua gelas susu untuk dua buah hatinya yang sangat ia cinta dan banggakan. Bola mata Rini berotasi menatap Ardhan, lalu menggeleng pelan.
“Kamu fokus selesaikan kuliah, biar ibu yang mengurus usaha. Lagian kuliah kamu sebentar lagi, kan? Jangan macam-macam, kuliah itu pilihan kamu sama bapak.” Kini mata Rini beralih ke Rinjani yang sedang menyantap sarapan dengan hati-hati. “Kamu juga jangan pernah berpikir untuk mengakhiri les Bahasa Inggris, Jani. Kalian berdua harus lulus, agar apa yang kalian cita-citakan tercapai. Bukan hanya mamah yang senang, tapi bapak juga.” Mendadak mata Rini berkaca-kaca, disertai hela napas penuh dengan kepedihan.
Rinjani menoleh ke arah Ardhan, yang perlahan menenggelamkan wajahnya menghindari kontak dari Rini yang tentu saja bisa membuat mata yang menatap ikut merasakan harap bercampur kepedihan di sana, termasuk dirinya.
“Mah?”
“Oh, iya, kemarin Langit bawain kamu eskrim sama novel. Mamah lupa enggak ngasih tau kamu kemarin, habisnya kamu keasyikan ngobrol sama Lintang.” Wanita berpakaian daster itu, memotong ucapan Rinjani seraya menepikan air mata yang nyaris keluar lalu melambangkan senyum kepadanya.
Rinjani mengembuskan napas pendek, kemudian mengangguk. Semula hendak membela Ardhan, akhirnya ia urungkan. Rini selalu saja begitu, hal ini membuat Rinjani menyesal membeberkan mimpi-mimpinya secara gamblang kepada mereka. Rini dan Heri selalu memokuskan ia dan Ardhan untuk belajar yang rajin, agar bisa meraih mimpi yang selalu dibanggakannya. Namun, masa ini membuat Rinjani sedikit berpaling dari mimpi-mimpinya, melahirkan keinginan baru untuk membantu keluarganya.
Dan, ya! Kemarin Rinjani lebur dalam obrolan yang Lintang lontarkan. Meskipun hanya sebatas membahas film, kebiasaan mereka, dan hal-hal menarik tentang hidup masing-masing. Obrolan mereka semakin seru, ketika Ardhan bergabung—setelah menenangkan diri entah di mana—begitu juga Rini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Kau Putus || OPEN PRE ORDER
Teen Fiction[Song Series] [on going versi revisi 1] Langit dan Rinjani telah bersahabat sejak kecil. Maka mustahil jika teman-temannya menganggap kedekatannya tidak terlibat dalam perasaan. Namun, semuanya berubah ketika Langit berpacaran dengan Anggita. Meskip...