BAB 16

363 56 60
                                        

Mata gue nanar melihat waffle di meja. Masih dengan penyesalan, dan berulang kali merutuki diri sendiri.

Bego! Bego! Bego!

Kenapa sih gue bisa lupa! Kan sia-sia perjuangan gue selama  beberapa minggu ini...

Ah tapi enggak apa-apa kan? Orang diet biasanya ada cheating day-nya. Sudut bibir gue terangkat.

Tapi kan kalo makan yang banyak gulanya, bisa nambah beruntusan. Jerawat gede-gede... Aaah enggak ah! Langsung aja gue dorong piring itu menjauh.

Tapi... kata papa enggak boleh buang-buang makanan. Mubadzir!Lagian di saat bokek begini, sayang banget udah keluar uang 80 ribu dan enggak dihabisin. Tangan gue pun mendekatkan piring berisi waffle itu lagi, selanjutnya gue meraih pisau dan garpu.

"Duuh sebel deh, wajah gue breakout coba... " Spontan tangan gue berhenti. Suara yang cukup mengganggu terdeteksi dari meja di depan gue.

"Mana sih.. " Tangan gue dengan lincah memotong kembali waffle yang sempat gue cuekin beberapa menit lalu. Tapi, dengan lancang telinga gue fokus mendengarkan. Eh bukan salah gue ya! Mbak-mbak itu aja yang kalo ngomong suaranya kenceng! Emosi deh...

"Iniiii" Gue yakin dia pengen temennya mengamati lebih jauh, tapi dengan tak tau malunya gue pun ikut memperhatikan. Kali ini gue menoleh terang-terangan.

"Waah iya, waduuh kok bisa gitu"

Tangan kanan gue menggantung di udara, niat ingin melahap potongan besar waffle, kini kembali urung. Gue menunduk dalam.

Akhirnya garpu yang gue pegang kembali ke asalnya. Gue yakin mereka enggak bermaksud menyindir gue. Tapi entah kenapa hati gue jadi tersambit belati. Gue mencoba melirik lagi ke arah sana.

Mata gue merekam 2 orang perempuan dengan gaya super stylish duduk dengan anggun di kursinya. Satu berambut panjang indah tergerai, dan yang lain memiliki gaya rambut pendek ala ala unnie korea. Sesembak yang mengeluhkan jerawatnya mengenakan dress floral, menambah kadar cantiknya. Tak nampak wajah geronjalan bak parutan keju, kayak.... Gue. Bahkan yang gue lihat dari jarak sejauh ini, jerawatnya tak nampak mengganggu. Hanya satu di dekat alis sebelah kanan, dan itupun sangat kecil.

Sedih rasanya. Kalo yang begitu aja disebut breakout, lantas... Gue..?

Mata gue memindai piring dan hidangan di atasnya. Waflle yang sudah mulai lembek, ice cream yang meleleh. Bahkan milkshake stroberi ekstra whipe cream di sebelahnya hampir menyamai suhu ruang.


"Hayo!!!" Gue tersentak.

Astaga!!! Bikin jantungan setengah hidup!!!

"Yeee bengong aja" Laki-laki yang tadi gue tinggal gitu aja di parkiran udah duduk di depan gue tanpa permisi.

"Kok lo bisa di sini?" Belum kelar kedongkolan gue, eh harus ketemu lagi sama si kunyuk satu ini.

"Ya bisa dong. Sendirian?" Gue cuma ngangkat bahu, males nanggepin.

"Sama dong gue juga sendirian. Eh kok sama-sama sendirian ya, Jangan-jangan kita jo.... " Kalimat menggantung Dimas cukup mengganggu. Pasalnya dia ini sering kepede...

"Mblo..."

Hah?? Sialan!

Tapi.... Emang bener sih.

"Katanya ada urusan?" Dimas meraih milkshake yang udah enggak menarik lagi di atas meja. Menyeruput dalam hingga isinya tandas setengah. Ekspresi gue bisa dibaca dengan gamblang ngeliat tingkahnya.

Jijique!!

"Kenapa lo?" Dimas melempar tatapan dengan mengangkat satu alis, tapi kemudian bola matanya memindai waffle gue penuh minat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balada Cewek BerjerawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang