Layla : 03

55 11 4
                                    

Happy reading
Don't forget to vote and comment, I hope you open silent readers. Selamat membaca.
_____________________

"Kakak?" Aska yang sedang bersantai diruang tamu berdiri melihat Layla yang baru saja masuk kedalam rumah.

Layla yang mendengar suara itu pun kaget dari lamunannya. Ia melihat adiknya yang kini sudah dewasa, tak seperti dulu disaat dia pergi meninggalkan rumah ini.

Aska berdiri dan mendekati sang Kakak, ia ingin memeluknya dan ingin melepas rindu. Perlahan Aska mendekati sang kakak sembari merentangkan kedua tangannya, "saya mau istirahat dulu, permisi" Layla jalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Arif membawa koper Layla kekamarnya.

"Wah...wah... ada apa ini kok ramai banget?" Seseorang muncul dari arah lain dan ternyata itu adalah Max.

Layla yang baru saja sampai dibelakang sofa pun langsung mengalihkan perhatiannya kearah suara tersebut. Ia membulatkan matanya, ternyata itu adalah sang ayah. Tanpa ia sadari air matanya menetes , ssetelah sekian lama akhirnya ia bertemu kembali dengan sang ayah  "Ayah..." batin Layla.

Senyumnya mengembang saat melihat wajah sang ayah yang sangat ia rindukan.

"Eh siapa yah? Pacarnya Aska...?" Tanya Max kepada Layla.

Dada Layla sesak mendengar itu, ucapakan yang Max lontarkan membuat hati Layla tergores sehingga membuat Layla tidak bisa bernafas. Air matanya menetes berulang kali, ia terpaku, lidahnya mendadak kaku tidak bisa mengeluarkan kata - kata apapun. Bisa-bisanya sang ayah melupakan dirinya.

"Nama kamu siapa..?"
"Lah? Kamu kok nangis? Kamu diapain sama Aska? Bilang aja sama om" Ucap Max.

Aska ataupun Layla tidak mengeluarkan jawaban sama sekali. Tubuh Layla serasa kaku, hatinya merasa terguncang, ia sadar bahwa sang ayah sudah melupakan dirinya. Dada Layla makin sakit seperti ada anak panah yang sudah tertancap didadanya.

"Ayah..." ucap Aska "ayah beneran gak ingat dia siapa? ayah gak lagi bercandakan?" tanya Aska

"Hm.. mukanya kayak gak familiar, sepertinya ayah pernah liat tapi dimana yah?" jawab Max.

Layla rasanya ingin mati sekarang juga. Ia tak menyangka bahwa sosok ayah yang sangat ia sayangi, yang sangat ia rindukan telah melupakannya begitu saja.

Layla hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataan sang ayah membuat hati Layla teriris.

"Dia kak Layla" ucap Aska dengan suara pelan.

Max yang mendengar itu membulatkan mata "Layla!"

"A-ayah..." lirih Layla dengan gugup, ia mendekati sang ayah "stop! lu jangan deketin gua" larang Max

"Berani sekali lu menginjakkan kaki dirumah gua!" ucap Max dengan sorot mata tajam

Bagaikan petir yang menyambar disiang bolong. Tubuh Layla bergetar, cairan bening menetes ketika mendengar ucapan Max, benar - benar membuat hatinya remuk.

"Dasar anak sialan, ngapain lu pulang hah!? siapa yang suruh lu pulang?!" Max dengan suara keras "Dasar anak yang gak tau diuntung, berani-beraninya lu menginjakkan kaki dirumah ini lagi. Udah untung gua masih mau nyekolahin lu yah"

Layla tak bisa lagi menahan air matanya "Layla gak pernah minta untuk disekolahin" ujar Layla.

"Sialan emang anak gak tau di untung lu. Bukannya lu terimakasih, malah ngejawab disaat orang tua lagi ngomong. Lu gak di ajarin adab apa?! sekarang lu pergi dari hadapan gua atau...." Ucap Max

"Ayah...." lirih Layla. Satu tamparan pun melayang kepipi mulusnya. Sakit, itu yang ia rasakan sekarang. Ia tak sangka bahwa sang ayah akan memukulnya sama sewaktu ia kecil.

LAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang