Layla : 05

28 7 0
                                    

Happy reading
Don't forget to vote and comment, I hope you open silent readers. Selamat membaca.
_____________________

Layla membuka matanya secara perlahan, selang infus terpasang di tangannya. Ia memegang kepalanya yang terasa sangat sakit.

Violet memasuki ruangan milik Layla. Betapa leganya dia setelah melihat Layla sudah sadar dari pingsannya. Violet duduk tepat di samping ranjang Layla dan meraih tangan Layla.

"Layla..." panggilnya.

"Kakak, kok Layla bisa disini?" tanyanya dengan suara serak.

Layla memanggil Violet dengan sebutan 'kakak' karena umur mereka terbilang cukup dekat.

"Oh itu... tadi kamu pingsan" ucap Violet

"Aska... Aska kak?" tanya Layla dengan panik.

"udah.. udah Aska gak papa kok, dia tadi udah sempat siuman. Aska baik - baik aja jadi, gak usah panik" balas Violet seraya mengelus rambut yang berwarna cokelat itu.

"Dek, kalau kepala mu sakit atau kamu lagi lemes. Tolong kamu jangan paksakan dirimu untuk melakukan sesuatu, yah? Kakak cuman mau liat kamu sembuh" ucap Violet.

Layla menggelengkan kepalanya "engga kak, Layla mau sama bunda aja" lirihnya memilukan, setetes air mata pun jatuh.

"Dek, kamu ngomong apa sih. Udah - udah jangan ngomong gitu lagi" larang Violet "Layla harus kuat dong, kan Layla anaknya kuat, masa mau nyerah gitu aja? gak kan. Kamu gak boleh nyerah, lain kali jangan ngomong gitu" Ucap Violet yang sudah meneteskan air matanya.

"Nyerah? Layla sekarang nyerah kak. Buat apa Layla bertahan? Disini gak ada siapa - siapa. Layla gak punya tempat disini" lirihnya sembari menundukkan kepala dan kembali mengingat kejadian - kejadian memilukan yang di alaminya.

Hati Violet seketika remuk mendengar Layla yang begitu sudah putus asa.

"Hei.. jangan bilang gitu dong. Disini masih ada yang peduli sama kamu tau. kamu masih punya teman , kamu masih punya kakak, kamu masih punya bi imeh, kamu masih punya om Arif. Jadi jangan ngerasa sen-"

"Tapi Layla gak punya keluarga" potong Layla.

Violet tertohok mendengar kata - kata yang di ucapkan oleh Layla.

"Kakak, sebenarnya Layla salah apa? Kenapa Layla di hukum seperti ini kak?" Ucap Layla yang sudah di banjiri oleh air mata.

"Layla, tenang sayang.. tenang. Ingat ini yah, semua apa yang kamu alami ini bukan hukuman, mungkin saja Tuhan sedang mengujimu sebelum kamu merasakan kebahagian, agar kamu tidak melupakannya disaat kamu bahagia nanti. Kamu pasti bisa melewati semua ini" Balas Violet sembari menghapus air mata Layla yang sudah membasahi pipinya.

"Tapi kak... semua orang bahkan termaksud ayah pasti akan bahagia kalau Layla pergi. Layla gapapa gak bahagia tapi setidaknya ayah dan yang lain bisa bahagia dengan kepergiaan Layla. Pasti semuanya bakalan bahagia dan pasti mereka akan hidup kembali normal seperti dahulu. Jadi Layla gapapa dong kalau pergi demi kebahagiaan mereka" ucap Layla dengan senyum disertai dengan air mata yang masih saja terus mengalir.

"LAYLA! jangan ngomong gitu. Kalau kamu pergi sama bunda mu, Kakak sama siapa? Kalau Kakak mau jalan - jalan sama siapa lagi? Setidaknya pikirin kakak dulu Layla" ucap Violet dengan mata berkaca - kaca, ia berusaha menahan cairan bening tersebut agar tidak membasahi pipinya.

LAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang