[ 5 ]

578 49 1
                                    

Happy Reading~

~ | ~

"Loh udah bangun?" Tanyanya saat merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya dan dagu yang bertengger di atas kepalanya. Siapa lagi kalo bukan suaminya itu.

Ia memutar balikkan badannya sebentar saat tak afa sautan.

"Mas kenapa turun, air udah aku taruh di nakas kamu hm?"

Ia menyampirkan rambut yang menutupi dahi Deka, sepertinya suaminya itu harus potong rambut dalam waktu dekat.

"Aku mau peluk kamu, gak boleh?"

Kali ini deka kembali memasukkannya kedalam rengkuhan hangat, dan kembali menutup matanya.

"Boleh, tapi kalo gini terus aku gak bisa masak. Kamu sama ferla gak bisa sarapan nanti. Apa mau aku temenin dulu di kamar? Kayanya udah waktunya kamu mandi" ucapnya lalu melihat jam di dinding yang menujukkan pukul setengah tujuh pagi.

Deka mengangguk. Lalu membawanya berjalan menjauhi dapur dengan keadaan ia masih masuk dalam rengkuhannya dulu.

"Et tunggu dulu" hentinya lalu mengendurkan pelukannya menatap deka yang juga menatapnya.

"Abis kamu mandi aku turun ya? Aku belum siapin sarapan sama sekali. Semalem kamu request mau makan nasi goreng ayam kan?"

"Tapi sikatin gigi ya sama cuciin muka" pinta deka yang membuat alisnya terangkat.

"Kak juan semanja itu ya mba? Baru tau aku"

Jelas itu bukan suaranya, tapi suara Ferla yang kini sedang berdiri di anak tangga terakhir lalu menatap kakaknya itu tak percaya.

Deka hanya menatap adiknya sengit lalu mengatakan hal yang membuat Alve harus menutup telingannya kuat.

"Fasilitas kamu kakak tahan 2 minggu"

"MBA LIAT TUH KAK JUAN, NYEBELIN!!!"

Membuatnya hanya bisa mencubit perut Deka yang tak terhalang apapun. Ia tak habis pikir suaminya itu bisa-bisanya pergi tanpa atasan keluar kamar. Ya walaupun di rumahnya tidak ada siapapun selain mereka bertiga.

"Sakit dong yang" rintih deka yang langsung berlalu begitu saja menuju kamar mereka. Membuatnya hanya menggeleng pelan.

Deka manja di pagi hari saja bisa membuat semuanya telat. Apalagi kalo ngambek begini, membuatnya hanya bisa bersiap melihat apa yang terjadi nanti.

"Fer, mba boleh minta tolong gak?"

"Boleh kok asal aku bisa, kenapa mba?"

"Mba tadi baru sempet goreng ayam, boleh minta di suwir-in gak ya? Kakak kamu tuh request nasi goreng ayam tapi manja pagi-pagi. Tolong ya"

Ia bisa lihat Ferla menujukkan pose hormat dan senyum mengembangnya "siap mba, dah mba urusin big baby aja . Serahkan semuanya padaku"

"Oke, Yaudah mba tinggal ya"

Alve melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya yang masih gelap gulita itu dan menemukan Deka yang sedang duduk di atas ranjang memainkan Handphonenya. Jelas matanya akan sakit nanti.

Berlalu mendekat dan mengambil handphonenya lembut. "Udah dong jangan ngambek, mana coba tadi yang aku cubit sakit ya" ujarnya lalu mengusap pelan tempatnya mencubit deka tadi.

"Yuk mandi ya, aku gak mau kita semua kesiangan. Terlebih kamu, hari ini jadwalnya cuman di Jakarta tapi jadwalnya full meeting kan? "

Deka tak menghiraukannya.

Alve hanya bisa tersenyum lalu menarik bangun deka dari duduknya, membawanya pergi ke depan wastafel lalu melakukan apa yang dipinta deka tadi.

"Buka mulutnya, kumur-kumur dulu" menyodorkan gelas berisi air, bahkan deka tak repot menggerakkan tangannya sama sekali.

"Ini aku sikatin nya gimana kalo kamu cemberut mulu hm?"

Deka membiarkan Alve menjelajah mulutnya dengan sikat gigi yang dipakai tidak bersusah payah membantunya sama sekali. Dan kembali menerima sodorab air didalam gelas untuk membilas sisa busa pasta gigi di mulutnya.

"Kalo muka kamu kaku gini gimana aku bersihinnya dong hm?"

Ia benar-benar tak percaya dengan deka yang hampir mirip seperti maneken didepannya , tak bergerak sama sekali. Membilas wajah Deka pelan lalu mengeringkan tangannya.

"Dah aku tinggal keluar ya, aku mau beresin kamar selagi nunggu kamu mandi okey"

Tak ada jawaban berarti, ia hanya menggeleng lalu mengecup singkat bibir Deka yang sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tibanya.

"Itu dulu, gak lebih. Aku belum siapin sarapan apa-apa dan aku gak mau ada yang lebih nantinya. Sekarang kamu mandi ya , aku tinggal"

Sebelum Deka berniat menahannya lebih lama didalam sana ia memilih untuk keluar dari kamar mandi dan beralih ke ruang tidur utamanya. Mematikan lampu tidur membuka gorden yang menutup kaca besar di depannya membiarkan cahaya matahari masuk dengan lebih bebas ke dalam kamarnya.

Merapikan tempat tidurnya, men- charger handphone Deka. Lalu duduk di sofa depan ranjang tidurnya sambil membaca jurnal-jurnal kedokteran.

Ia bisa mencium bau sabun yang menguar , tandanya suaminya itu sudah selesai mandi. Melangkah ke arah walk in closet dan menemukan Deka disana.

"Aku tinggal ya, kasihan Ferla sendiri. Oh ya tadi ada panggilan tak terjawab dari Dion. Nanti kalo mau pake dasi di bawah aja ya."

"Coba sini dulu" pinta Deka menyuruhnya mendekat pasalnya ia dari tadi hanya berdiri di pintu masuk ruangan itu tak berniat bergerak lebih jauh.

"Ngapain ?" Tanyanya melangkah masuk ke dalam sana.

"Sini aja dulu" kata Deka lagi sambil memakai kemejanya.

"Jangan macem-macem ini udah siang" tegasnya.

"Emang kamu mau di macem-macemin?" Ledek Deka saat berhasil menjangkau tubuhnya lalu mencium pipinya gemas.

"Tuhkan, muka aku ikutan basah kena rambut kamu. Udah aah males mau turun aja"

||

Rajzhuan Deka Samudra
&
Alverina Zaiba Alzelvin

Full Cream || Manurios [Sequel Cold Creamy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang