= 14 =

211 23 1
                                    

sekarang Alve dan Deka sudah berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang setelah acara menginap di rumah orang tua Alve. sementara ferla lebih memilih untuk tinggal lebih lama di rumah orang tuanya dengan alasan 'agar keponakannya cepat terwujud' yang tentu saja di dukung oleh kedua orang tuanya.

"kamu mau sekalian potong rambut gak? mumpung masih diluar" katanya mengingat bagaimana rambut suaminya itu sudah cukup panjang di banding biasanya. "boleh"

"di tempat biasa?" tanya alve ketika deka mengubah jalur tujuan mereka, berbalik arah "aku belum buat janji disana. di tempat lain aja" jawab deka yang kini tampak fokus dengan jalanan di depannya.

"yang di sebelah annabelle florist aja mas, ada barber shop baru buka disana" katanya mengingat bagaimana beberapa hari lalu ia melewati toko bunga langganannya itu dan melihat ada barber shop baru buka disana. "kamu mau beli apa lagi ke toko bunga?"

"aku tiba-tiba pengen bunga lily deh, kayanya bagus buat di rumah." kata alve dengan wajah riang karena sudah membayangkan bagaimana cantiknya bunga lily dalam khayalannya.

"vas yang mana lagi sayang, rumah kita aja udah kaya toko bunga. dikamar aja hampir ada 5 vas belum yang di kamar mandi, walk in closet. " kata Deka , suaminya itu seperti sudah sedikit lelah melihat bagaimana istrinya itu benar-benar berkutat dengan hobinya.

"kamar kita terlalu minimalis, makanya aku tambahin bunga aja." ucap Alve membela hal-hal yang menyudutkan hobinya itu. "ya tapi konsepnya jadi aneh sayang" lagi-lagi Deka mengeluarkan keluhannya.

alve kini cemberut, kenapa tiba-tiba suaminya itu tampak tidak senang dengan hobinya. ya memang sih dia akui hampir di setiap sudut rumahnya itu penuh dengan bunga, bahkan halaman belakang rumahnya itu yang awalnya diniatkan untuk lapangan basket milik Deka harus dibatalkan karena nyatanya Alve lebih dulu menanam bunga disana, yang tentu Deka tidak akan tega jika harus menggusurnya.

mobil mereka berhenti tepat dimana tempat yang Alve sarankan tadi, deka jelas melihat bagaimana istrinya itu kini tampak 'ngambek' dengannya. "gak jadi nemenin aku potong rambut?" tanya deka, alve hanya mengangguk kemudian turun dari mobilnya.

Deka hanya menggeleng, gemas sendiri dengan ekspresi yang ditampilkan istrinya itu. Deka kemudian memasuki barber shop dengan diikuti oleh alve di belakangnya, alve tampak langsung mengambil tempat di kursi tunggu ketika deka juga berlalu memotong rambutnya.

setelah selesai, alve masih dengan ekspresi yang sama yang kali ini sembari dengan berkutat pada handphone di tangannya. "ini ceritanya ngambek?" tanya Deka ketika mereka sudah ada di luar barber shop. "enggak" alve menjawabnya sembari berjalan menuju mobil mereka yang terparkir tidak jauh dari sana. "mau kemana?"

"pulanglah mas, mau kemana lagi"

deka menekan tombol buka di remotenya "masuk duluan aja, aku kelupaan sesuatu di dalem" setelah memastikan istrinya itu masuk ke dalam mobil dan berkutat dengan handphone ditangannya tentu saja. deka memilih memasuki toko kesukaan istrinya, ya sepertinya ia harus merelakan rumah dengan konsep minimalisnya dipenuhi sesak oleh bunga. asal istrinya senang.

"Aku emang paling gak bisa liat kamu ngeluarin mode ngambek" ucap deka ketika sudah masuk kembali ke dalam mobil mereka sedangkan alve masih dengan posisi duduk dan berkutat pada handphone di tangannya. deka mengulurkan bouquet bunga lily ditangannya yang cukup besar. bahkan pandangannya ke arah istrinya itu terhalang oleh bunga ditangannya, bahkan ia yakin alve tidak mungkin bisa melihatnya sekarang ini.

"jangan senyum-senyum dulu, ini diterima dulu sayang aku gak bisa duduk kalo pegang ini terus." kata deka mengingatkan istrinya untuk tidak hanya memandang bunga didepanya. bouquet bunga tersebut akhirnya berpindah tangan menuju alve yang kini sudah memasang wajah penuh senyum. "ini buat aku?"

"bahaya kalau aku bilang itu buat yang lain kan"

"awas aja kalo kamu macem-macem" kata alve pada deka, walau tatapannya masih berfokus pada bunga di tangannya. Deka bergerak memundurkan sedikit kursi alve agar memberikan sedikit ruang untuk istrinya itu. "aku gak dapet hadiah apa-apa nih?" tanya deka menatap ke arah alve, istrinya itu kini beralih menatapnya lalu mencium pipi kanannya lama " cuman itu?" tanya deka tak percaya.

"emang kamu mau apa?"

"ya apa gitu, yang lain. cium pipi doang mah tiap mau berangkat kerja juga aku dapet" katanya kini sudah mulai menjalankan mobilnya untuk kembali ke rumah.

"jadi kamu gak ikhlas beliin aku ini?"

"ikhlas sayang" jawabnya mengusap kepala alve.

Alve membawa tangan deka dari atas kepalanya, lalu mengecupnya "makasih banyak ya sayangkuhhhh" ucapnya gemas mengecup berkali-kali tangan deka.

deka hanya bisa tersenyum melihat bagaimana sikap istrinya itu yang terlampau bahagia itu. membawa tangan alve di dalam genggamannya. "aku mau martabak deh, telor. kayanya enak ya mas" kata alve tiba-tiba.

"tumben, mau makan lagi abis makan malem" ucapnya, walau akhirnya ia kembali meminggirkan mobilnya di depan gerobak martabak langganannya. "gak tau, tiba-tiba kepengen."

"mau yang telor aja?"

alve mengangguk "aku mau ikut."

"sini aja, lagi sepi kok itu gak akan lama" ucapnya menunjuk gerobak martabaknya yang hanya sedang mengunjungi satu pengunjung. alve kembali menggeleng "aku mau ikut~" oh astaga, kenapa istrinya itu malah mengeluarkan suara memohon seperti itu. membuatnya ingin menyerang istrinya saat ini. untung pikirannya masih jernih.

setelah acara membeli martabak, dan kini mereka sudah sampai di rumah. alve yang langsung berlalu memasuki rumahnya, sedangkan Deka berlalu memarkirkan sendiri mobil di garasi rumahnya.

"Non Ferlanya gak ikut pulang pak?" tanya satpam rumahnya ketika menolong deka membawa barang-barang dari bagasi mobilnya. "masih lanjut nginep disana"

setelah menaruh barang-barangnya, deka berlalu bergabung dengan istrinya yang sudah sibuk dengan bunga-bunga yang baru saja dibelinya. "bagus gak?" tanya alve menunjukkan vas baru yang lumayan besar dengan susunan rapih bunga di dalamnya.

"bagus, mau ditaruh dimana kali ini?"

"malem ini mau aku bawa ke kamar, oh ya aku baru inget belum ganti bunga di kantor kamu. pasti udah layu ya?" tanya alve tiba-tiba mengingat bahwa sudah cukup lama ia tak mengganti isi vas bunga di ruangan suaminya.

"emang bisa bawanya?"

"kan ada kamu "

"besok aku ganti deh yang di kantor kamu, tapi kamu mau ke kantor papah ya?"

"iya, selasa aja. jadwalnya kamu libur kan? temenin aku ke kantor, siangnya aku ada meeting di jakarta sekalian kesana"

"oke"

setelah acara makan martabak di malam hari yang sudah menunjukkan pukul 10. Deka berlalu membawa vas bunga milik istrinya itu ke kamar mereka, dan meletakkan di atas meja sofa di ujung kamarnya, yang bahkan sudah ada dua vas berukuran sedang dan kecil di atasnya.

"terima kasih, kamu ganti baju gih. aku udah taruh di tempat biasa"

"kamu gak mau ngasih aku apa-apa udah beliin bunga, martabak, udah bawain juga ke kamar"

"kamu mau apa sih emangnya? beneran gak ikhlas judulnya nih?" tanya Alve. "Ikhlas sayang, tapi-"

Alve dengan cepat menahan tubuh Deka yang hendak maju dan menggeleng "stop, besok kamu ada acara penting dan aku ada jadwal pagi. kita tunda dulu ya"

Deka mendesah pasrah dan berlalu dari hadapan istrinya itu. Gagal sudah keinginannya.

Full Cream || Manurios [Sequel Cold Creamy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang