7

229 34 1
                                    

.












.














.















.

Bukan malah berhenti, tawa Chris malah semakin menjadi. Bahkan kini ia memenggangi perut nya saking terlalu lepas tawa nya.








"Aduh.., perut ku jadi sakit, Mark. Hahahaha..., tolong jangan terlalu imut di depan ku. Hahahaha....," pinta nya.








Karena Chris yang tak kunjung diam, akhirnya Mark mencoba menyumpal bibir Chris dengan kedua tangan mungil nya. Dia terlampaui kesal oleh tertawaan kakak kelas sekaligus pelatih nya di tim basket itu.










"Diam...!!! Kak Chris harus diam..!!!" pelotot nya garang.









"Uuuhmm...,"






Sedangkan Chris masih saja tertawa meski sudah di sumpal Mark begitu.










"Diam..., kak~~~!!!" rengek Mark kemudian.









"Ehem...,"









Tiba-tiba suara deheman laki-laki lain terdengar mengintrupsi kegiatan mereka berdua. Mereka pun menoleh kan kepala bersama melihat siapa kah orang yang menyapa nya.











"Changbin...,"









Buru buru Mark melepaskan bekapan nya dari bibir Chris. Tak lupa juga dia kembali pada posisi awal nya. Duduk manis dengan benar di kursi kantin. Dia menggigit bibir nya takut dan menunduk. Entah kenapa ia melakukan hal itu.









"Boleh aku ikut bergabung?" tanya Changbin kemudian.







"Silahkan saja, di sini masih leluasa tempat nya." jawab Chris mewakili Mark yang diam saja.









"Terimakasih kak."









"Tak masalah.., lagian aku akan pergi sekarang. Mark akan sendirian jika aku pergi. Temanilah..,"











"Kenapa buru - buru sekali? Aku lihat kakak belum memesan apapun di meja ini. Yang ada di sini hanya milik Mark kan? Kakak tidak makan siang?"









"Ahahaha.., tidak.., tidak. Aku ke sini tidak untuk makan siang. Hanya ingin membeli minuman dingin saja. Lalu kembali ke kelas. Tapi tak sengaja tadi aku melihat Mark sendirian. Jadi aku samperin. Sekarang kan ada kamu, jadi aku bisa pergi." jelas Chris.








"Beneran kak? Atau malah aku nih yang ngeganggu kakak? Ayo lah makan siang bareng!" ajak Changbin yang tidak enak hati.







"Tidak, Bin. Mungkin lain kali saja. Nikmati makan siang kalian. Dan Mark..., nanti sore jangan lupa latihan basket ya. Aku pergi duluan, bye...," pamit Chris, tak lupa juga dia mengacak gemas rambut Mark sebelum pergi.








"Bye.., kak Chris."








"Okay.., kak."








Setelah kepergian Chris itu, suasana di meja mereka masih hening. Mark masih diam dan menunduk. Sedangkan Changbin belum bersuara sama sekali. Merasa tidak nyaman dengan suasa seperti itu, Changbin pun lantas mencoba memulai pembicaraan dengan Mark.









"By.., kenapa kamu diam saja? Dan kenapa duduk jauh begitu dari aku? Aku ada salah ya? Kok kita kayak kemusuhan gitu? Duduk dekat aku sini dong!" kata Changbin menarik Mark agar duduk di sebelah nya.












Mark tidak menjawab, hanya menurut saja di tarik Changbin. Dia tidak bereaksi apa apa. Tidak bertingkah. Tidak bersuara. Hanya diam saja sambil menunduk.










"Baby..., di jawab dong pertanyaan ku! Masa diam saja gitu dari tadi. Aku salah apa? Jangan ngambek dong!!!" bujuk Changbin yang tidak mengerti situasi.










Dia bingung kenapa Mark tiba-tiba diam begini kepada nya. Ia merasa sedari tadi pagi, diri nya tidak melakukan apapun yang membuat Mark kesal. Lalu kenapa sekarang Mark malah mendiami nya begini?










"Baby...,"








Changbin merangkul pundak Mark berusaha mencari simpati teman manis nya itu.







"Uuuh..., kamu gak marah sama aku, Bin?" cicit Mark curi - curi pandang kepada Changbin.









"Marah karena apa?" bingung Changbin.







"Soal semalem." lirih Mark takut takut.







"Hahahaha...., serius?! Cuman gara-gara itu kamu kek gini sama aku?" tanya Changbin tak percaya.






"Iya.., kamu gak marah?" Mark balik bertanya polos.








"Ya ampun Mark. Ngapain sih sampai segitu nya? Udah deh lupain yang semalem."







"Serius...?"


"Serius. Gak usah dipikirin ya! Aku gak marah. Semua itu tidak bisa dipaksakan? Lagian aku malah lega sekarang, karena telah mengungkap kan perasaan yang ku pedam selama ini. Ya walaupun tidak seindah ekspetasi. Tapi aku senang, kamu sudah mengetahui nya. Dan maaf, aku membuat kamu terkejut dan menangis semalam. Maafkan aku. "







Changbin menjawab begitu lembut. Tiada nada kesal, benci maupun kecewa di dalam nya. Hanya ada senyum manis yang begitu memuja. Bahkan dengan manjanya dia bersandar di bahu Mark.








"Terima kasih, Bin. Kamu mau mengerti aku."





Mendengar jawaban yang begitu melegakan dari Changbin itu, Mark merasa bahagia sekali. Dia pun ikut tersenyum manis, membalas ketulusan Changbin. Pria itu pantas mendapatkan nya bukan.



TBC
Yeyyyyy, aku double up buat nemenin malming kalian nih. Diramein dong, zheyeng.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang