5

282 37 1
                                    

.







.








.

Keesokan harinya, Mark nampak mengerjapkan matanya, bangkit dari tidurnya semalam.





"Ehhmm..., sudah pagi ternyata." gumannya pelan sambil merentangkan kedua tangannya untuk mereganggkan otot ototnya yang terasa kaku.








"Hmmm..., enaknya." 







Terukir senyum indah di wajah cantiknya ketika mengatakan itu. Saat hendak turun dari ranjangnya, ia menyadari sesuatu. Ada keganjilan yang telah terjadi.








"Eh.., kenapa aku pakai selimut ya? Perasaan tadi malam, aku lagi nangis sambil meluk Dwakkie kan?" lirihnya bingung.










"Oh.., iya. Ke mana Dwakkie sekarang?!" lanjutnya sambil menengok kanan kiri mencari cari si pigrabbit kesayangan nya.









Dan akhirnya ia menemukan nya di atas meja nangkas.








"Haish..., ternyata kau di sini rupanya." gemas Mark, mencubit hidung pesek Dwakkie.









Baru setelah itu, Mark memutuskan segera mandi. Ia tidak ingin nanti terlambat pergi ke sekolah. Dia kan anak teladan.









Tak butuh waktu lama untuk dia menyelesaikan mandi nya dan bersiap ke sekolah. Bahkan sekarang kaki kaki kecil nya melangkah ke ruang makan. Di sana sudah ada Felix yang duduk manis menunggu sarapan bersama dengan diri nya.










"Selamat pagi, Felix..," sapa Mark dengan riang nya.











"Pagi juga kakak ku sayang." balas Felix tak kalah riang nya dari sang kakak.










Mark tersenyum manis mendengar balasan dari Felix itu. Kemudian ia mengambil jatah sarapan nya.









"Uuhmm.., Felix boleh tanya sesuatu?" tiba-tiba Felix bercelutuk.







"Boleh. Memang nya Felix mau tanya apa? Kok kelihatan nya serius sekali?" tanya Mark.





"Hmmm.., itu aku mau ngomongin yang semalam."







"Semalam kenapa?"







"Semalam kak Changbin datang ke sini lagi. Lalu kak Changbin bilang ingin minta maaf ke kakak. Memang nya beneran kak Changbin ya yang membuat kakak menangis semalam itu. Kalian ada masalah apa?" ujar Frlix yang keliatan amat sangat penasaran sekali.








"Bukan masalah besar."







"Ouh..,"







"Eh.., tapi apa setelah itu dia mengatakan sesuatu kepada mu? Atau malah langsung pulang? Dia gak tau kan kalau aku nangis?"








"Uuuhmm.,sorry. Semalam Felix bilang kakak menangis di kamar." Felix meringis meminta maaf.










"Hah?! Apa?! Kenapa kamu bilang seperti itu Felix?! Huhuhuhu, malu nya aku. Pasti dia nanti ngeledekin aku di sekolah."










"Sorry, kak...,"










"Terus apa dia masuk ke kamar ku juga?"










"Seperti nya memang begitu, kak."










"Aish...!!! Anak itu, benar-benar ya."








Mark merasa kesal kepada Changbin yang masuk ke dalam kamar nya tanpa permisi. Wajah nya bertambah cemberut oleh karena nya.











"Eh.., apa jangan jangan yang semalam itu.., Aaarkkhh..., awas saja kamu ya, Bin!!" lirih Mark frustasi.









Dia berpikir, berarti semalam suara yang dia dengar itu bukan lah ilusi. Melainkan benar-benar suara Changbin. Dan pria itulah yang membenarkan posisi tidur nya. Mengelus rambut nya serta mencium dahi nya sayang.









"Hih...!!! Berani berani nya anak itu." gereget Mark.






TBC

Kakaknya

Kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adeknya

Adeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang