14th : It's about Letting Go

1.5K 197 95
                                    

Langkah kaki jenjangnya yang begitu terburu-buru menggema di sepanjang lorong rumah sakit, dimana sang Ibu sedang dirawat disana. Keringatnya mengucur deras membasahi seragam serta jaketnya yang berwarna abu begitu sampai di dalam kamar rawat ibunya.

Lelaki manis bermarga Kim itu tak menyangka jika satu-satunya orang yang sangat ia benci di dunia ini sedang berada di hadapannya sekarang. Pria paruh baya dengan pakaian jas kerja lengkapnya berdiri saat melihat Younghoon dengan raut wajah yang memerah memasuki kamar dimana ibunya dirawat.

"Hoon.." Panggil sang Ayah dengan perasaan rindu kepada Younghoon setelah tidak bertemu dalam jangka waktu yang cukup lama.

Perasaan asing yang hinggap di dalam lubuk hati si manis kala mendengar suara dan melihat sosok Ayah yang selama ini telah menggoreskan luka yang sangat amat dalam untuk dirinya serta sang Ibu. Raut wajahnya pias, ia berpaling dan melewati Ayahnya begitu saja dengan hanya sedetik kontak mata. Tatapannya sekarang tertuju hanya pada Ibunya yang tengah terbaring tak sadarkan diri dengan banyaknya selang dan alat bantu yang menempel pada tubuhnya. Lelaki manis itu berusaha untuk tetap tegar di depan sang Ayah yang masih tetap berdiri melihat dirinya duduk membelakanginya menemani sang Ibu.

Sosok Juyeon yang ternyata sedari tadi hanya berdiri di belakang pintu pun menjadi pusat perhatian Ayah Kim sekarang. Lelaki berhidung bangir itu lantas membungkukan badan memberi salam kepada Ayah Younghoon yang tengah melayangkan tatapan intens dari ujung kepala hingga ujung kaki kepadanya.

"Kamu teman anak saya?" Tanya Ayah Younghoon ketus tanpa basa-basi.

Juyeon sangat paham dan sudah tahu pasti jika Ayah dari sahabatnya itu tidak suka kepada dirinya. Namun, ia berusaha untuk tetap bersikap ramah.

"Iya, Om." Jawab Juyeon dengan nada sopan.

Kalimat pria paruh baya itu setelahnya membuat Juyeon sedikit kaget dan seperti yang ia duga sebelumnya.

"Selama ini Younghoon gak pernah punya teman modelan seperti kamu. Apa jangan-jangan kamu yang bikin anak saya gak punya tata krama sama orang tua ya?" Ketus dan jelas menandakan bahwa Ayah Younghoon benar-benar tidak suka dengan Juyeon.

Mendengar kalimat sang Ayah, Younghoon jelas kaget dan langsung berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Juyeon yang sedang berhadapan dengan Ayahnya.

"Asal P-papa tau! Papa gak berhak ngatur-ngatur hidupku. Gak berhak buat tau semua urusanku. Gak berhak buat tau siapa temen-temenku. Dan gak berhak untuk ikut campur semua masalahku. Papa tau apa soal Juyeon sampai-sampai nuduh dia penyebab aku gak punya tata krama? Emangnya Juyeon temen modelan kayak apa? Berandalan? Iya? Papa yang dulu nggak pernah nge-judge orang cuma dari covernya. Papa udah berubah semenjak kejadian itu, dan aku benci itu. Bagiku, Papa udah aku anggap-mati."

"Jangan salahin siapapun kalo aku berubah dan nggak punya tata krama. Tolong tanya ke diri Papa sendiri, siapa yang ngerubah aku jadi kayak gini."

"Sekarang, aku mau Papa pergi dari sini. Aku nggak mau lihat wajah Papa lagi." Younghoon benar-benar murka melihat sikap sang Ayah. Ia kemudian langsung meraih lengan Juyeon dan menariknya menjauh dari hadapan pria paruh baya itu.

Ayah Younghoon mati kutu dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia mencoba meraih tangan Younghoon yang memunggunginya sekarang. Tapi si manis itu menampiknya dan semakin mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Juyeon yang hanya bisa terdiam melihat wajah sahabatnya sangat memerah.

"Pergi!" Satu kata dengan nada tinggi menjadi akhir perdebatan Ayah dan anak itu. Ayah Younghoon lantas keluar tanpa basa-basi lagi.

Setelah mendengar suara pintu tertutup, tubuh Younghoon merosot ke bawah dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya. Ia sangat terpukul mendengar perkataan sang Ayah dan sikapnya yang sangat berbeda jauh seperti dahulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strawberries & Cigarettes; bbangjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang